43. Keinginan yang gagal

3.3K 96 0
                                    

Seorang wanita yang sedang hamil tua terlihat serius membolak-balikan isi map di atas meja kerjanya.

Map tersebut berisi laporan penjualan warung kebab yang hampir sembilan bulan ini dipantaunya.

Ada hari-hari tertentu penjualannya menurun, tapi tidak mempengaruhi omsetnya.

Ismi begitu bangga dengan dengan mama-papanya yang sampai saat ini mengurus warung kebab mereka.

Dan juga kakaknya begitu semangat melakukan pengantaran kepada pemesan online.

Kedepannya ia merencanakan untuk membuka cabang lain, nanti akan ia rapatkan dengan keluarganya setelah ia melahirkan.

Kemudian Ismi mengetik isi map tersebut di laptopnya. Tiba-tiba Ismi merasakan sakit di perutnya, sakitnya tidak terlalu.

"Kontraksi?" Gumamnya mengusap perutnya pelan. Ismi mengingat-ingat hpl-nya, lalu ia menggeleng karena memang hpl-nya masih dua Minggu.

Terdengar pintu terbuka. Ismi menoleh.

"Sudah pulang?" Ternyata suaminya baru pulang, dia tidak mendengar suara mobil.

"Baru aja.. ngapain?" Rian mencium puncak kepala istrinya.

"Ini lagi ngetik laporan penjualan"

"Ohh... Dah lama?"

"Lumayan.."

"Ingat jangan terlalu lelah yank"

"Iyaa..." Ismi berdiri dan menggerakkan tangan dan anggota tubuh lainnya yang terasa pegal. Sejenak Rian berjongkok dan mencium perut Ismi. Hal yang selalu dia lakukan setiap pulang kantor semenjak dia hamil.

"Aku mandi dulu yah..." Katanya. Ismi mengangguk mengiyakan. Ismi mengusap kedua lengannya, udaranya hari ini terasa dingin. Beruntung dia sudah mandi tadi, jadi dia tidak mau mandi lagi karena udaranya sangat dingin.

★★★

Rian bergabung dengan istrinya diranjang, ia sandarkan punggungnya dikepala ranjang.

"Honey... Mama sama papa kapan ke Indonesia?" Tanya Ismi menoleh kepada suaminya.

"Minggu-minggu ini kayaknya... Kenapa?" Tanya Rian.

"Nggak..nanya aja..." Jawabnya.

"Oh... Yank.." Rian melihat istrinya yang fokus dengan ponsel.

"Mmm.." Ismi tidak menatapnya.

"Yank..."

"Kenapa?" Wanita itu masih menatap ponsel. Rian berdecak dalam hati. Ponsel terus yang diliat. Rian juga memilih bermain ponsel. Kini keduanya sama-sama fokus pada ponsel masing-masing.

Beberapa saat kemudian.

"Honey..." Ismi melirik suaminya.

"Mmm..." Jawabnya.

"Honey" colek Ismi karena pria itu masih asik dengan ponselnya. Kebiasaan. Pikirnya.

"Kenapa?" Rian sudah menyadari Ismi yang meliriknya jadi dia membalas wanita itu tadi.

"Kok sibuk dengan ponsel terus sih?" Gerutu Ismi tanpa sadar dirinyapun tadi melakukan hal yang sama kepada suaminya.

"Kamu juga kan tadi sibuk sama hape, aku di anggurin..." balas Rian santai.

Ismi diam, matanya berkaca-kaca menatap suaminya yang sudah tidak perhatian lagi padanya.

Rian melirik istrinya. Matanya melotot.

"Loh kok nangis?" Rian menangkup wajah istrinya.

"Kamu jahat.. nggak perhatian lagi sama aku, apa aku sudah jelek makanya kamu berubah?" Ucap Ismi sesegukan. Rian meringis dalam hati.

"Kamu ngomong apa sih sayang? Jangan mikir macem-macem ah" Rian mendekap kepala istrinya yang masih menangis. Dasar ibu hamil.

"Lagian aku panggil juga nyahutnya begitu ya udah aku juga main ponsel" Rian mengusap sayang kepala istrinya.

"Jadi kamu balas dendam?" Ismi mendongak menatap suaminya.

"Tidak juga" Rian terkekeh dalam hati. Siapa yang berbuat siapa yang nangis.

"Pokoknya kamu jahat sama aku, kamu berubah" Ismi mendongak masih menatap suaminya.

"Tidak sama sekali sayang" Rian mencium seluruh wajah istrinya. Sesekali menjilati pipi tembem istrinya.

"Iiihhhhh... Honeyyy" seru Ismi menyeka ludah suaminya yang basah di pipinya.

"Makanya jangan mikir macem-macem, mikir satu macem aja" Rian menaik-turunkan alisnya menatap istrinya.

"Satu macem apa?" Tanya Ismi penasaran.

"Sini aku bisikkan" Ismi mendekatkan telinganya. Rian membisikan sesuatu.

"Mesummm" seru Ismi.

"Ayoklah yank..." Bujuk Rian manja. Ismi menggeleng. Rian mendesah pelan karena keinginannya tidak tercapai. Sabar ya nak. Rian mengusap miliknya dibalik selimut.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang