10. Pindah?

7.7K 311 0
                                    

Rian sudah diizinkan pulang kerumah oleh dokter. Dan kini Rian sedang menatap Ismi intens.

"Kenapa?" Ismi bingung pria ini menatapnya sedari tadi.

"Aku mau tanya sesuatu sama kamu"

"Tanyakan saja" Ismi memutar bola matanya.

"Kalau aku ajak kamu tinggal di rumahku kamu mau?"

Ismi terdiam sesaat. Hal ini sudah dia pikirkan sebelumnya. Sebagai istri dia harus menerima jika suaminya mengajaknya untuk tinggal terpisah dengan orang tuanya. Dan itu wajib bagi seorang istri.

"Baiklah... Aku ikut kamu"

"Benar?" Ismi mengangguk. Rian tersenyum. Dia mengira istrinya akan menolak ajakannya.

"Ya udah... Aku izin sama papa mama dulu" Rian keluar dari kamar dan mendekati Rahma dan juga Riyadi diruang tamu.

Rian membawa kursi rodanya ke sofa yang diduduki mertuanya.

"Loh... kenapa tidak istirahat dulu?" ucap Rahma.

"Mm.. pa.. ma..."

"Ada apa nak?" Riyadi bertanya.

"Sebelumnya Rian minta maaf, rencananya Rian akan bawa Ismi tinggal dirumah Rian besok"

"Papa... Mengizinkan nak... Karena itu memang kewajiban seorang istri ikut kemanapun suaminya pergi"

"Mama juga setuju nak... Walau ada rasa sedih, karena anak mama akan pergi tapi itu semua hak kamu mau membawa istrimu"

"Makasih ma... Pa... Rian akan sesekali datang kesini dengan Ismi kok... Dan Rian juga akan selalu mengizinkan Ismi datang kesini"

"Iya nak... Ismi sudah tahu?" Rahma menatap menantunya.

"Iya ma... Ismi sudah tahu, tadi kami sudah bicara berdua" Rahma mengangguk.

Ismi keluar dari kamar dan mendekati Rian lalu menyerahkan ponsel milik Rian.

Raut bertanya muncul dari wajah Rian.

"Mama..." Ucap Ismi pelan.

"Halo..."

"Mama sama papa ingin kerumah mamanya Ismi, kirim alamatnya" Sarina menutup panggilannya.

Rian mendengus. Kebiasaan mamanya itu. Rian mengirim alamat rumah mertuanya kepada mamanya.

"Ma.. pa... Orang tua Rian akan kemari" ucap Ismi

"Orang tua kandung?"

"Iya ma..." Jawab Ismi.

"Mama kira Rian itu yatim piatu loh... Maafkan mama ya nak" Rahma menatap Rian bersalah.

"Iya ma.. tidak apa-apa, Rian yang salah tidak mengatakannya kepada mama dan papa"

***

Kini Sarina maupun Rudi sudah mengetahui fakta pernikahan Ismi dan juga Rian.

"Jadi begitu ceritanya? Saya mengira anak saya mengancam Ismi agar mau menikah dengannya... Haha"

"Pantes kami tidak diberi tahu karena semuanya serba dadakan ya?"

"Iya jeng... Entahlah gimana jadinya kalau nak Rian tidak menggantikan calon prianya itu, pasti kami akan sangat malu"

"Maafkan kami pak Rudi... Jika anak kami tidak sesuai dengan keinginan kalian"

"Kamu bicara apa pak Riyadi? tidak ada kriteria khusus untuk menantu saya, saya bersyukur anak saya menikah dengan Ismi, karena menurut saya Ismi adalah wanita baik, malahan saya menganggap anak saya ini tidak akan pernah menikah"

"Kenapa bisa begitu?" Tanya Riyadi pemasaran.

"Karena anak saya itu sangat tertutup dan dingin terhadap wanita, dan juga kerjaannya hanya berhadapan dengan kertas-kertas kantor yang membosankan itu"

"Haha... Iya benar... Tapi syukurlah sekarang dia sudah menjadi suami" ucap Sarina bahagia.

"Untuk kalian berdua, terutama kamu Rian sayangi istrimu bahagiakan dia, karena kesuksesan seorang suami itu ganjaran dari membahagiakan istri" ucap Sarina serius.

"Dan untuk Ismi... Kalau Rian menyakiti kamu, jangan berpikir 10 kali untuk meninggalkannya, terlalu lama" Rian mendengus mendengar ucapan mamanya.

"Mama tenang saja... Aku akan membahagiakan Ismi sampai kapanpun" Riyadi maupun Rahma bahagia mendengar ucapan tulus menantunya itu. Mereka yakin Rian tidak akan menyakiti Ismi. Menantu mereka itu adalah pria baik.

"Buktikan jangan cuma omong doang" Rian berdecih.

"Mama dan papa kapan pulang?"

"Kamu mengusir kami?" Sarina melototi Rian. Rian menggaruk belakang kepalanya.

"Enggak... Nanya doang"

"Mama sama papa, nginap aja disini" ucap Ismi.

"Tidak nak... Mama dan papa hari ini juga akan keluar negeri, karena papa tidak bisa meninggalkan tugasnya lama-lama"

"Ma... Nggak bisa papa aja yang pulang? Mama tinggal aja dulu, baru kemarin kalian ke Indonesia kok mau pulang?" Ucap Rian.

"Enggak bisa... Tugas seorang istri adalah menemani suaminya kemanapun dia pergi, kamu sudah memiliki istri ngapain nahan mama disini?"

Rian mendengus lagi, padahal dirinya masih kangen sama wanita paru baya itu.

Tbc

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang