16. Usaha?

6.1K 215 3
                                    

Ismi membuka rantangan yang dia bawa dari rumah. Menu sederhana itu terlihat enak Dimata Rian. Ismi menyajikan di meja yang ada diruangan Rian.

"Aku cuma masak ini, aku belum belanja lagi"

"Ini juga enak kok sayang, apapun yang kamu masak aku akan memakannya" ucapnya tulus. Ismi tersenyum mendengarnya.

"Aku sengaja lebihin ini agar bisa makan bersama" ucapnya riang.

"Cie... GK enak ya makan sendiri?" Ismi mengangguk.

"Mari makan hon... Jangan lupa berdoa" ucap Ismi. Rian terkekeh mengangguk.

★★★

"Kamu mau pulang?" Tanya Rian. Ismi menggeleng.

"Aku males dirumah sendiri, aku mau kerja aja gimana hon?"

"Kamu nggak usah kerja... Aku kan kerja buat kamu, kalau kamu bosan, jalan-jalan cari hiburan ajak kakakmu, atau dengan mama papa kalau mereka mau"

"Tapi kan kalau terus-terusan jalan bosan juga, dan aku juga tidak terbiasa jalan-jalan begitu"

"Tapi yang pasti aku tidak mengizinkan kamu untuk kerja yank" ucap Rian serius.

"Terus kalau aku bosan gimana? Atau aku buka usaha aja?" Rian menaikan alisnya.

"Usaha?" Ismi mengangguk.

"Usaha kecil-kecilan saja gimana?"

"Kalau itu yang buat kamu senang silahkan saja"

"Bener ya..." Rian mengangguk.

"Yess... Oke suamiku aku akan buka usaha dirumah saja"

"Terus pemasarannya gimana?"

"Lewat media sosial kan bisa hon"

"Oh... Kamu usaha online gitu?" Ismi mengangguk sumringah.

"Betul... Tapi aku bingung mau usaha apa ya?" Ismi mengerutkan keningnya tanda sedang berpikir keras.

"Makanan, fashion, sovenir, atau sesuai keahlianmu yank" saran Rian.

"Atau jual perabotan rumah?" Tambahnya.

"Nanti deh aku pikirkan, oh iya hon... Aku kunjungi mama papa dulu deh kayaknya"

"Boleh. Aku izinin.. sekarang?" Ismi mengangguk.

"Baiklah... Hati-hatilah.. salam sama papa mama"

"Oke... Bye.. aku pergi ya..." Ismi mendekati Rian dan mencium pelipis suaminya. Rian terkejut.

"Makasih yank.. ciuman nya" Ismi seketika memerah dan keluar dari kantor suaminya. Dirinya refleks mencium pria itu. Ismi merutuki dirinya.

"Emang salah? Dia kan suamiku" gumamnya seolah membalas ejekan dalam dirinya.

Ismi melajukan mobilnya menuju rumah orang tuanya. Dia mengklakson saat mobilnya nyampe dihalaman orang tuanya.

Rahma tergopoh-gopoh keluar dari rumah, karena penasaran siapa yang mengunjunginya memakai mobil mewah.

Ismi keluar dari mobilnya.

"Ismi? Ya Allah kirain siapa" Rahma mengusap dadanya lega.

"Hehe... Maaf ma... " Ismi merangkul lengan ibunya memasuki rumah orang tuanya.

"Mana papa ma?" Ismi celingukan mencari ayahnya.

"Dihalaman belakang ngurusin anaknya"

"Oh Isma ada?"

"Bukan.."

"Loh.. papa punya anak lain?"

"Papamu lagi ngurusin tanamannya"

"Ohh... Yang jelas dong ma" ucap Ismi lega. Lalu dia menuju ke tempat yang disebutkan ibunya.

Ismi melihat ayahnya sedang menyiangi tanaman disana. Ismi mengedarkan pandangannya. Halaman belakang ini sudah ada perubahan. Papanya menanam cabe, tomat, ada sere juga.

"Assalamualaikum papa..." Ready menoleh melihat siapa yang datang.

"Ismi? Waalaikumssalam...kirain siapa" Riyadi menghentikan kegiatannya dan menghampiri anaknya itu yang hampir sebulan ini tidak mengunjungi mereka.

"Papa rajin banget perasaan" ucap Ismi melihat-lihat kebun papanya yang sudah ditumbuhi macam-macam bumbu dapur.

"Bukan rajin... Papa hanya mengusir kebosanan aja, makanya papa berpikir berkebun saja yang ringan dilakukan, kamu sendirian?"

"Iya... Mas Rian di kantor tapi dia titip salam buat papa sama Mama, lain kali dia akan datang berkunjung"

"Terus gimana? Sudah ada belom?"

"Apanya?" Ismi bingung dengan pertanyaan papanya.

"Utun" tunjuk papanya ke arah perut Ismi. Ismi meringis dalam hati.

"Doakan saja pa..." Ismi menggaruk belakang kepalanya.

"Walau berdoa kalau tidak berusaha tetap GK jadi" seloroh papanya bercanda.

"Lagian aku belum ada dua bulan nikah pa... Harus sabar..."

"Jangan lama-lama, papa sama Mama makin hari makin tua, kami pengen punya cucu" ucap Riyadi santai.

"Elah pa... Papa sama Mama itu masih muda masih bisa hidup sampe 100 tahun.. amiin... Jadi bisa bermain dengan cucu" Riyadi mendengus. Anaknya ini memang paling pintar menyanggahnya.

"Atau? Kalian belum gituan ya?" Tanya ayahnya dengan tampang jahil.

"Papaaaa... Apaan sih.." Ismi kesal dengan ayahnya menjahilinya dengan pertanyaan absurd itu.

"Hahaha... Pantes... Papa ngerti" Riyadi mengangguk. Sedangkan Ismi makin kesal dibuatnya.

To be continue

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang