8. Menyerah untuk Takdir?

8.2K 339 3
                                    

"Tapi kamu jangan kayak seperti papa kamu itu yang cemennya minta ampun, kamu harus berani mengungkapkan isi hati kamu dan jadikan dia milikmu, akan lebih bagus gebetanmu itu kayak mama yang berani nembak cowok kalau tidak? Siap-siap saja diambil orang dan kamu harus siap dengan itu"

"Udah ah... Mama dah ngantuk... Kamu harus pikirin cara mendapatkan dia"

"Oke ma.." Rian memikirkan ucapan mamanya itu. Dirinya mengangguk. Dia sudah bertekad akan menembak Ismi. Harus.

***

Rian memasuki area kampus. Dia akan menghampiri Ismi pujaan hatinya itu.

Sampainya dikelas Ismi Rian mengernyit bingung ketika ruang kelas itu rame, dan ada sorak-sorai dari mahasiswa/i.

"Romantis banget ya mereka? Apalagi tadi cowoknya melamar Ismi dengan berani" ucap mahasiswi yang duduk di koridor sekolah.

"Ismi?" Gumam Rian.

Rian yang penasaran mendekati kelas itu dan berjinjit agar bisa melihat kedalam kelas itu.

Rian terpaku melihat seorang wanita yang berdiri dengan sosok pria yang bertekuk lutut di dalam kelas.

"Jika kamu mau menikah dengan ku terima bunga ini" ucap pria itu.

Ismi tersenyum bahagia dan menerima buket bunga dari Rivan. Pacar yang selama setahun ini selalu bersamanya.

Semua orang yang ada di tempat ini memberi selamat kepada Ismi dan Rivan.

Ismi sangat bahagia Rivan melamarnya didepan teman-teman kampusnya tanpa menyadari ada salah seorang diantara mereka ada patah hati

Seketika Rian menjadi lesu tak bertenaga. Dirinya telah di tikung oleh orang lain di tikungan tajam.

Semua rangkaian kata-kata yang sudah ia hapal dari semalam kini hilang entah kemana.

Rian meninggalkan kerumunan itu, hatinya sakit, dirinya sangat menyesal kenapa tidak dari dulu dia mengungkapkannya kepada Ismi.

Kalau sudah begini dia hanya bisa merelakan wanita itu dengan pria lain yang lebih berani daripada dirinya.

***

Rian menggeleng pelan lalu tersenyum bahagia, wanita yang tidur disampingnya sudah menjadi istri sahnya.

Dia akan membahagiakan wanita ini apapun yang terjadi. Dan dia bersyukur Tuhan menakdirkan dirinya menjadi suami wanita ini.

Rian melirik jam dinding ternyata sudah jam setengah empat subuh. Matanya seakan tidak merasakan ngantuk padahal dirinya baru dioperasi tetapi malah bergadang.

Dia ingin tidur menghadap istrinya tetapi kondisinya tidak memungkinkan.

Puk.

Rian melirik tangan yang berada diperutnya, dia tersenyum walaupun dalam keadaaan tidur wanita ini memeluknya.

Perlahan matanya sudah merasa ngantuk, dia menutup matanya perlahan dan tertidur.

***
Orang tua Rian yang mendapat kabar bahwa anaknya menikah mendadak datang dari luar negeri.

Sampai di Indonesia mereka dikejutkan dengan kabar bahwa Rian dirawat di rumah sakit karena kecelakaan.

Sarina benar-benar marah pada anaknya itu, awas saja.

"Antarkan kerumah sakit sekarang" ucap Sarina marah. Ini baru jam setengah enam pagi mereka tiba tanpa istirahat Sarina dan juga Rudi langsung menjenguk Rian dirumah sakit.

"Dimana ruangannya?"

"Mari nyonya... Saya antar" ucap sopir Rian. Dia mendapat telepon dari sekretaris Rian bahwa orang tua dari bosnya itu sudah berada di bandara. Dia langsung menjemput mereka saat itu juga.

Padahal bosnya itu sudah mewanti-wanti jangan ada yang memberi tahu kecelakaan nya ke orang tuanya.

Sarina yang sudah berada di depan pintu ruangan anaknya langsung masuk tanpa mengetuk.

Sontak Sarina terpaku melihat pemandangan yang dia lihat sekarang. Perlahan bibirnya tersenyum.

Disana anaknya masih tertidur dengan wanita yang sedang memeluknya.

Dia yakin itu menantunya.

Sarina mengambil ponselnya dari tas yang dia bawa lalu membuka ikon kamera dan mengarahkannya ke posisi dua sejoli.

Cekrek.

Sarina tersenyum bahagia, lalu mendekati tempat duduk di samping brangkar.

Jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan enam lewat sedikit.

Krieet

Sarina menoleh karena ada yang membuka pintu dari luar ruangan. Pria yang memakai sneli khas seorang dokter masuk.

"Oh.. dokter"

"Ibu ini keluarga pasien?"

"Iya dokter..."

Lenguhan terdengar dari pasangan yang masih tertidur. Sarina dan dokter menunggu keduanya bangun.

Sarina mendekati brangkar untuk membangunkan anaknya tidak enak pada dokter.

"Ian... Iannn... Bangun"

Suara Sarina masuk ke gendang telinga Ismi, mata Ismi mengerjap sontak dirinya terkejut karena dokter dan seorang wanita parubaya sedang melihatnya.

Hampir saja dirinya jatuh dari ranjang, kalau tidak memegang pinggiran ranjang.

Rasa canggung menyelimuti Ismi.

Saat itulah Rian baru terbangun dan melihat dokter dan mamanya? Mata Rian membola karena ada mamanya.

"Mam..a?"

Ismi mendengar gumaman Rian. Rasa canggungnya makin menjadi, dadanya berdetak kencang, rasa takut seketika menyelimutinya.

"Bangun... Dokternya mau meriksa kamu"

"Saya periksa dulu lukanya ya?!!"

"Iya dokter"

Dokter memeriksa dengan teliti luka bekas operasinya. Sedangkan Rian meringis dalam hati karena tatapan maut dari mamanya.

Tbc

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang