51. Video Call

3K 99 0
                                    

Rian sudah mendarat di kota ini dengan tujuan menyelesaikan masalah perusahaannya. Dia tidak mau meninggalkan anak istrinya akan tetapi tanggung jawabnya pada perusahaannya tidak bisa disepelekan.

"Selamat pagi pak Rian..." Rian mengangguk tanda respon kepada pria yang menyapanya yang tak lain adalah pria yang diberi tanggung jawab menjaga cabang perusahaannya dikota ini.

"Persiapkan kita akan rapat dua jam lagi" ucap Rian penuh wibawa.

"Baik pak.."

Rian memulai tugasnya sebagai pemimpin perusahaan. Pria itu meneliti masalah yang ada untuk menemukan solusinya.
Ternyata proyek yang sedang di garap perusahaan mereka diklaim menggunakan bahan yang tidak sesuai dengan anggaran yang sudah disepakati.

Rian mengetatkan rahangnya, ada permainan apa ini? Perusahaannya termasuk perusahaan yang berintegritas tinggi tidak mungkin menggunakan bahan yang tidak berkualitas apalagi melakukan kecurangan yang akan membawa perusahaannya dalam bahaya. Jelas ini ada yang coba main-main dengannya.

"Besok kita cek langsung pembangunan proyek itu" ucap Rian yang semakin dingin. Saham perusahaannya merosot gara-gara masalah ini, jadi dia tidak akan tinggal diam, dia akan mencari sampai ke akar-akarnya siapa yang melakukan ini kepada perusahaannya ini. Dan dia tidak akan melepaskan siapapun itu yang coba-coba mengganggunya.

★★★

Sudah tujuh hari Ismi bermuram durja, karena dia sangat merindukan suaminya tetapi pria itu tidak mengaktifkan ponselnya, selalu suara operator yang menjawab panggilannya kepada suaminya itu.

"Nak... Kenapa ya nomor ayahmu tidak aktif? Apa dia sudah melupakan kita? Kamu juga kangen ayahmu kan? Ibu juga kangen" monolog Ismi berhadapan dengan putrinya yang melongo menatap ibunya tanpa tahu apa yang sedang di omongin ibunya.

Ismi menghela nafasnya, apa kerjaannya begitu padat sehingga mengaktifkan nomor saja pria itu tidak sempat?

Ismi terlonjak ketika bunyi ponsel terdengar. Segera dia meraih ponselnya tersebut dengan sumringah sedetik kemudian senyuman itu hilang karena yang meneleponnya bukan suaminya.

"Kenapa sih?" Ucapnya ketus.

"Heh... Upil.... Kenapa Lo? Galau ya?" Ismi mendengus mendengar pertanyaan kakaknya.

"Bukan urusan Lo... Kenapa nelpon?"

"Tidak apa-apa pengen saja"

"Dasar jomblo akut, sana cari cowok biar nggak gangguin gue" Ismi menutup panggilannya sepihak. Sedangkan Isma berdecak kesal. Dasar mama muda.

Isma melemparkan ponselnya kekasur, dia sangat bosan, rencananya dia mau ngusilin adeknya tetapi malah dimatikan, entah apa yang terjadi sama ibu anak satu disebrang sana.

Tak berapa lama ponselnya berbunyi. Isma meraihnya. Keningnya berkerut nomor baru. Siapa? Isma memilih tidak mengangkatnya karena mungkin panggilan iseng.

Karena bosan dia membuka aplikasi khusus nonton drama. Dia mencari drama yang trending. Lalu menontonnya. Pilihannya tepat, drama yang dipilihnya sangat romantis. Saat adegan romantis tersebut layar ponselnya tiba-tiba berganti dengan panggilan dari nomor yang tidak di kenal. Lagi?

Isma mengernyit bingung. Isma menggeser ikon hijau jangan sampai penting.

"Halo?"

"Bisa kita ketemu?"

" Kamu Siapa? GK ada angin, GK ada ujan ngajak ketemuan? Maaf ee salah sambung" Isma mematikan ponselnya lalu melanjutkan acara nontonnya.

★★★

Ismi akhirnya terlihat tersenyum pasalnya suaminya sekarang sudah menelepon dan meminta video call-an.

"Kenapa beberapa hari ini nomernya tidak aktif?"

"Maaf yank... Kerjaanku padat banget sampai aku lupa pegang ponsel" ucap Rian bersalah.

"Oh gitu? Terus gimana kerjaannya?"

"Alhamdulillah berjalan lancar... Gimana kabarmu yank?"

"Baik... Kamu? Gimana?"

"Baik juga Alhamdulillah, Ataya mana?"

"Tidur baru habis nyusu"

"Yank... Kunci pintu kamar gih" Ismi menautkan alisnya.

"Kenapa?"

"Cepatt.." Ismi bangun dari baringan lalu mengunci pintunya.

"Udah..."

"Yank... Vcs yuk" Ismi melotot tak percaya dengan ajakan suaminya.

To be continue.

Suami Pengganti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang