Sinar matahari yang cerah, serta hembusan angin sepoi-sepoi, siap mempercantik pagi seorang sekretaris OSIS yang tengah bersemangat karena akan membacakan hasil pemilihan ketua OSIS yang dilaksanakan Rabu lalu.
Starla, dengan jas OSIS yang ia kenakan, menyapa hangat beberapa siswa yang berada di sepanjang koridor sekolah. Pagi ini, koridor sudah mulai sepi, karena kegiatan belajar mengajar akan dimulai sekitar 15 menit lagi.
Starla melewati beberapa kelas sebelum sampai di kelasnya, kelas XI MIPA 2.
Tapi mood cewek itu seketika berubah saat dia menyadari tatapan aneh seisi kelas. Kecuali Elsa, teman sebangkunya yang juga mencalonkan diri sebagai ketua OSIS.
Starla melangkahkan kakinya menuju tempat duduk, berusaha acuh dengan tatapan orang-orang yang tidak biasa padanya hari ini.
Starla memperhatikan Elsa yang sedari tadi sibuk memainkan handphone tanpa berniat menoleh ke arahnya sedikitpun. Ini orang-orang pada kenapa sih gumamnya dalam hati.
"Elsa," panggil Starla.
"Apa?"
"Ini orang-orang kok pada aneh ya, apa cuma perasaan gue doang?" Elsa menaruh benda yang dia mainkan di atas meja.
"Gak perasaan lo doang sih, gue juga," balas Elsa.
"Nah kan, lo juga ngerasa?" Elsa mengangguk, lalu sorot matanya lurus ke arah Starla.
"Keknya gara-gara kemarin deh, Star," ujar Elsa, membuat Starla kembali mengingat kejadian hari itu. "Soal lo nolong Alexa, dari yang gue tangkep sih, itu penyebabnya." tambahnya.
Starla semakin mengerutkan dahi. Wait, kenapa orang-orang kayak pada gak suka sama Alexa? Batinnya.
"Kan gue cuma nolong, apa salahnya?" Untuk kedua kalinya, Starla menanyakan hal yang sama seperti yang dia tanyakan pada Belva waktu itu. "Lagian udah dua hari lalu kejadiannya,"
"Ya, kan, Alexa..." Ujar Elsa ragu, antara melanjutkan kalimatnya atau tidak.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Zia, berhasil memotong pembicaraan antara Starla dan Elsa. "Silahkan keluarkan buku matematika kalian, karena pelajaran akan segera kita mulai."
Seluruh siswa kelas XI MIPA 2 dengan cepat mengeluarkan buku matematika dari tas mereka masing-masing.
"Kapan-kapan aja gue cerita," ujar Elsa kepada Starla. Starla menggangguk, sedikit tidak rela dengan waktu pembicaraannya yang terpotong. Karena Starla sebegitu inginnya tau kebenaran tentang sosok Alexa, perempuan paling dingin, egois, dan arogan se-SMA Lentera Bangsa.
.
Sebelum bel masuk berbunyi, Starla membuka handphonenya yang sedari tadi bergetar. Menampilkan beberapa notifikasi chat dari grup OSIS.
Dari sekian banyak pesan yang masuk, matanya hanya terfokus pada notifikasi chat dari Bintang yang baru muncul beberapa menit lalu. Starla dengan cepat menggerakkan jarinya membuka notif chat tersebut.
Starla bergegas menuju lokasi yang Bintang ketik lewat sebuah pesan, ruang OSIS.
"Star, nanti lo yang bacain hasilnya ya," pinta Naura, wakil sekretaris 1. Starla mengangguk.
"Dinda, kemana? Kok gue gak liat dia dari tadi?" tanya Starla, mencari-cari keberadaan Dinda, wakil sekretaris 2.
"Keknya gak masuk, sakit dia, Star," balas Naura.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LOVER [End]
Random⚠️ [ Bisex area ] Broken home, broken heart, broken life. Tiga kata yang menjadi simbol kehidupan Alexa, perempuan dingin, egois, dan sok berkuasa, pemimpin tujuh puluh kepala, ATLANTIS. Namun, di balik segala kenakalannya yang mendunia, Alexa adala...