Minggu pagi, tante Vivi sudah disibukkan dengan acara membuat sarapan untuk dirinya sendiri dan siapa lagi kalau bukan Alexa, keponakannya tercinta.
Dari tangga, turun sesosok cewek dengan kondisi rambut yang masih acak-acakan. Dengan kondisi nyawa yang belum sepenuhnya balik, Alexa nyamperin tantenya yang lagi sibuk menata alat makan di ruang makan.
"Sa, kamu keknya kecapean, what did you do last night?" Tanya Vivi sambil nuangin air ke sebuah gelas di depan Alexa.
"I didn't do anything last night, cuma minum."
Vivi seketika kesedak padahal gak ngunyah apa-apa.
Alexa reflek panik, segera menuangkan air ke dalam gelas kaca tepat di depan sang tante.
Alexa bingung, apa yang salah?
Daripada penasaran, Alexa memberanikan diri bertanya,
"Tante kenapa?"
Bukan jawaban, yang Alexa dapat adalah tatapan yang tidak dapat diartikan.
"Tante gak salah denger? Kamu minum Sa?"
Alexa sontak sadar. Oh, ternyata salahnya disini.
Alexa emang suka ngelag kalo baru bangun tidur, jadi asal ceplas-ceplos aja depan tantenya. Kayak rem kendaraan yang blong.
Padahal niatnya ngga mau ketahuan, eh malah ngasih tahu. Mampus Lo, sa.
Ngerasa ngga ada jawaban, Vivi berdiri to ask Alexa again. Diikuti Alexa yang ikutan berdiri juga.
Posisinya sekarang mereka lagi berhadap-hadapan dibatasi meja makan.
"Jawab tante, sa!"
Sebelumnya Vivi gak pernah bicara dengan nada setinggi ini pada Alexa. Menurutnya kali ini Alexa sudah melewati batas.
Vivi emang ngasih kebebasan buat Alexa. Tapi bukan kebebasan yang benar-benar bebas, masih ada batasnya.
Tapi sepertinya Alexa sudah salah mengartikan, dipikir tantenya akan ngebiarin dia ngelakuin apapun yang dia suka, padahal enggak.
Vivi tetep ngga akan diam saja kalau sampai Alexa kelewat batas kayak gitu.
Dengan segala keberanian, Alexa akhirnya buka suara,
"Gak banyak, cuma tiga botol."
"Tante gak peduli berapa botol sa," kata Vivi, "you know this isn't what I mean. Tante ngasih kamu kebebasan, tetap ada batasnya, sa. And you should know that!"
Ini kalimat panjang pertama yang Vivi lontarkan pada Alexa.
Sebelumnya mungkin hanya sebatas sapa, nanya kabar, udah. Mereka emang tinggal seatap, tapi gak pernah yang namanya ngomong apalagi ngobrol, sama sekali gak pernah.
Seakan ngga denger, Alexa milih buat ninggalin meja makan dan tantenya yang lagi emosi.
Bukannya ngga menghargai, Alexa cuma lagi males debat aja. Tantenya juga pasti makin ngomong yang enggak-enggak kalau semisal diladenin.
Daripada suasana makin gak karuan, mending pergi.
"Mau kemana sa?" tanya Vivi. Sama sekali tidak ada respon dari Alexa.
Alexa menaiki tangga menuju kamarnya lalu melepas piyama, memakai celana jeans serta hoodie hitam yang ia kenakan semalam. Ngambil helm sama kacamata ngga lupa earphonenya juga.
Ia lalu turun ke bawah dan bergegas mengambil motornya dari garasi. Alexa merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kontak sepeda motor ninja.
Alexa menaiki motornya. Ngga lama kemudian, udah ngilang gak tau kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LOVER [End]
Aléatoire⚠️ [ Bisex area ] Broken home, broken heart, broken life. Tiga kata yang menjadi simbol kehidupan Alexa, perempuan dingin, egois, dan sok berkuasa, pemimpin tujuh puluh kepala, ATLANTIS. Namun, di balik segala kenakalannya yang mendunia, Alexa adala...