51. PERMAINAN

201 6 2
                                    

Halo sengkuuu 💖

Met malming semuanyaaa. Maapin author yang kemarin telat² Mulu updatenya yaaa ><

Eh iya, ini kalian gatau kah kalo aku udah up chapter kemarin, tapi pagi?

Yang gatau, boleh dong dibaca dulu, biar ga salah paham sama alurnya ^^

***

Yuk, sayang, langsung aja, selamat membaca ✨

***

Langit malam pun tiba. Perempuan berambut sebahu dengan cincin silver yang melingkar di jari manisnya itu bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan menuju lemari pakaian untuk menggantung seragam olahraganya yang baru selesai dia setrika, juga seragam putih abu-abu yang akan ia pakai saat waktu pergantian pakaian tiba. Kini, seragam putih abu-abu dengan name tag Fransisca Aurora itu sudah berkibar gagah di gantungan lemari.

Usai menggantung pakaiannya, Friska melangkah dengan tujuan kamar mandi untuk bersiap pergi menemui Alvaro sesuai ucapannya tadi.

Selesai dari kamar mandi, Friska beranjak ke depan cermin. Menatap pantulan cermin yang menggambarkan wajah cantiknya, kemudian memoles tipis wajahnya agar semakin bervolume dan sempurna.

"Perfect. Oke, sekarang gue mau kabarin cowok gue dulu, baru setelah itu, pergi deh." Selesai berucap seperti itu, Friska bergegas menghubungi Alvaro untuk mengabarkan bahwa dirinya akan segera berangkat.

Di tempat lain, Alvaro tampak sangat antusias menunggu semesta mempertemukan dia dengan perempuan kesayangannya. Sama seperti keramaian kota, benak Alvaro juga ramai dengan bayang-bayang indah Fransisca Aurora yang sejak mengapung di kepalanya. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan, betapa sempurnanya sosok Friska tatkala menemui dirinya nanti.

Alvaro membelokkan motornya ke sebuah bangunan minimalis modern yang terletak di ujung kota.

Sekitar lima belas menit kemudian, Alvaro merasakan tangan seseorang telah menyentuh pundaknya. Refleks laki-laki itu memejamkan matanya begitu sepuluh jari-jemari yang semula memegang pundaknya beralih menutup kedua matanya.

"Friska? Itu lo, kan?" Terka Alvaro setelah meraba-raba punggung tangan yang halus nan lembut itu.

"Hahaha. Tau aja, lo." Balas Friska kemudian memposisikan duduknya tepat berhadap-hadapan dengan Alvaro, pacarnya tercinta.

"Anyway, tumben lo minta ketemuan malem-malem? Kemarin kemana aja lo, gue ajak keluar malem sok-sokan gak mau," sindir Friska mengingat beberapa penolakan yang sempat ia terima dari Alvaro beberapa hari terakhir.

"Hehe, sorry, Sayang. Gue kemarin sibuk banget ngurusin cewek sok kaya itu,"

Merasa paham akan maksud perkataan Alvaro, Friska memberi sahutan, "Maksud lo, Starla?"

"Siapa lagi kalau bukan dia. Tuh cewek lumayan nguras emosi, ya. Dia sekarang udah mulai berani sama gue, ngeselin banget."

Mendengar ucapan itu, Friska refleks memuntahkan minuman yang baru dipesannya itu ke atas meja. Dia sama sekali tidak percaya bahwa perempuan yang terkenal selembut Starla, bisa membuat kesal pacarnya?

BAD LOVER [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang