Pagi-pagi, deretan motor sport sudah tertata rapi di halaman parkir SMA Lentera Bangsa. Pagi ini, Alexa sengaja meminta teman-temannya untuk datang lebih awal. Mengenai alasannya, Alexa belum bisa menjelaskan.
"Lo ngapain sih, Sa? Masih ngantuk gue, anjing," keluh Raka, si paling gak bisa bangun pagi.
"Huahhhh," Shaga menguap dengan suara lantang. Memicu kekesalan pada teman-temannya, tentunya.
"Nafas lo bau jengkol, setan," sahut Tristan yang anteng di atas jok motornya. Tristan itu kebalikannya Raka, si paling bangun pagi.
"Lagian tumben banget sih, Sa," kali ini Jovanka yang mengeluh. Karena tidak biasanya Alexa meminta teman-temannya datang sepagi ini. Biasanya, paling pagi jam 06.30. Itupun, masih dapet hukuman karena jamnya mepet dari jadwal jam pertama.
"Bisa diem gak?" Ketus Rega, si paling nurut sama ketuanya, apapun itu.
Arga yang dari tadi nyimak protesan teman-temannya, akhirnya buka suara,
"Ada masalah, Sa? Soalnya lo gak pernah minta kita berangkat sepagi ini," bukan protes, hanya sekedar bertanya. Alexa tidak menggubris. Kalo gini, Arga cuma bisa diem deh.
Alexa yang sedari tadi tampak melamun, kini matanya terfokus pada seorang murid perempuan yang baru saja tiba.
Dari kejauhan, terlihat perempuan dengan cardigan abu-abu tua berjalan dari arah gerbang. Alexa dengan cepat turun dari jok motornya, dan berlari kecil menuju perempuan itu.
Ketika sampai pada jarak yang cukup dekat, Alexa memanggilnya, "Star,"
Starla menoleh. Mendapati seorang siswi yang sedang melangkah ke arahnya. Starla menyipitkan mata, memastikan bahwa siswi tersebut adalah....
"Alexa," ucap Starla dalam hati.
Ia kembali menormalkan matanya setelah yakin bahwa cewek yang menghampirinya adalah Alexa.
Langkah Alexa semakin dekat. Dan kini, ia tepat berada di samping perempuan itu.
"Sini, gue bantu," tangan kecilnya meraih totebag merah yang terpasang rapi di pundak kiri Starla.
Starla yang kaget, langsung nolak,
"Eh, gak usah, gue bisa sendiri," tolak Starla, mencoba melepaskan totebagnya dari genggaman Alexa.
"Yaudah, kalo gitu," kata Alexa menjeda kalimatnya, mencari sesuatu lain yang bisa dia bawa.
"Kotak bekal lo, gue yang bawa." Ucap Alexa mutlak. Tangannya kembali meraih sesuatu yang Starla genggam di tangan satunya, kotak bekal beserta tasnya.
"Tapi-"
Alexa berusaha sabar. Bagaimanapun, ini adalah tanggung jawabnya.
"Sini," Starla dengan terpaksa memberikan kotak bekal itu pada Alexa. Sejujurnya, dia kerepotan jika membawanya sendiri. Ditambah, dia membawa satu bekal lagi. Lumayan, kan?
"Bu ketu, ngapain, tuh?" Tanya Shaga.
"Jangan-jangan, Bu ketu-" kata Shaga menggantung ucapannya. Semua anak Atlantis yang memenuhi parkiran, kini fokus pada mimik wajah cowok dengan tinggi 170 cm itu.
"Suka lagi sama tuh cewek," tebak Shaga ngasal. Langsung mendapat keplakan kecil dari Jovanka.
"Diem lo," ucap Jovan.
"Gak mungkin lah, Alexa suka sama gebetan gue," katanya lagi.
Pernyataan Jovanka sukses membuat teman-temannya memasang ekspresi nganga.
"Ngeri," goda Shaga.
"Mungkin aja gak sih?" Timpal Raka.
"Lo mau gue bogem, Ka?" ancam Jovanka. Raka menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LOVER [End]
Rastgele⚠️ [ Bisex area ] Broken home, broken heart, broken life. Tiga kata yang menjadi simbol kehidupan Alexa, perempuan dingin, egois, dan sok berkuasa, pemimpin tujuh puluh kepala, ATLANTIS. Namun, di balik segala kenakalannya yang mendunia, Alexa adala...