12. SEBUAH PESAN

723 47 0
                                        

Seharusnya, malam menjadi waktu yang paling menyenangkan. Seharusnya, malam adalah waktu yang paling dinantikan. Seharusnya, malam adalah waktu terbaik untuk menenangkan pikiran.

Tapi, semua itu tidak berlaku bagi seorang remaja perempuan yang sedang tidur nyaman di pangkuan mamanya. Terlihat tenang, namun sebenarnya bising.

Dua malam terakhir, Pikirannya selalu dipenuhi akan kalimat seseorang. Padahal, kalimat itu telah terucapkan sejak dua hari lalu.

"Dan mulai hari ini, lo bebas. Gue gak akan ganggu lo lagi. Gue gak akan jadi beban buat lo lagi." Kalimat singkat namun melekat.

Entah kenapa, Kalimat itu terus terulang di pikiran Starla. Kalimat itu, seakan menghantuinya dua hari belakangan ini. Tapi sampai detik ini, Starla belum bisa memastikan penyebabnya.

Jika orang lain yang mendengarnya, itu akan terasa menyenangkan bagi mereka. Dan seharusnya, memang seperti itu. Siapa sih, yang suka diganggu murid berandalan?

"Kenapa gue malah overthinking sih, gak jelas banget." Gerutu Starla dalam hati.

Starla sedang menonton televisi bersama mamanya di ruang keluarga.

"Kenapa sayang? Kok kamu kayak lagi mikirin sesuatu?" Tanya Bella pada putri tunggalnya.

"Kok mama tau?" Starla menaikkan kepalanya tepat di sela-sela kedua paha mamanya. Membenarkan posisinya.

Bella yang mendapat pertanyaan itu, hanya tersenyum.

"Ya, tau lah, mama kan psikologi. Jadi mama tau apa yang anak mama rasain sekarang," ucap Bella tulus, sambil mengelusi kepala putrinya.

Starla mengangguk-angguk kecil, lalu mengubah posisinya yang kini duduk tepat di sebelah kanan mamanya.

Starla menatap mamanya intens, ragu untuk bertanya.

"Kenapa? Ada yang pengen kami tanyain?" Kata Bella.

Oh ayolah, Starla, mama kamu itu seorang psikologi. Jadi dia bisa tau semua yang kamu pikirin. Kamu ragu pun, mama kamu ngerti.

"Ih, mama kok bisa tau?" Gerutu Starla pada mamanya.

Melihat hal itu, Bella dengan cepat menarik anak kesayangannya itu dalam dekapannya. Hangat sekali.

"Kalau ada problem, cerita ke mama, ya. Jangan dipendem sendiri," tutur Bella dengan segala ketulusan cinta.

Bella itu psikologi. Hal-hal yang berhubungan dengan psikis seseorang, sudah biasa ia jumpai. Sudah banyak kasus gangguan psikis yang ia tangani pula. Dan sebagian besar penyebabnya adalah pikiran yang berlebihan. Dan hal itu kebanyakan terjadi pada orang-orang yang tidak mau terbuka dengan orang lain, sehingga memicu stress dan overthinking berkepanjangan.

Hal itu tentu sangat tidak Bella inginkan terjadi pada putrinya, putri satu-satunya. Bella tidak akan membiarkan Starla memendam semua sendirian terlalu lama.

Starla menarik nafas pelan, lalu berkata, "Ma, aku boleh nanya nggak?" Kata Starla meminta persetujuan mamanya.

"Of course, baby girl,"

Tangan Bella meraih benda yang tergeletak di meja, lalu menekannya.

"Kenapa dimatiin, ma?" tanya Starla.

"Gapapa, mama nonton TV aja. Starla kan, bisa cerita sambil mama nonton TV." Bella menggeleng.

"Otak manusia itu, gak bisa fokus sama dua hal. Hanya bisa fokus sama satu hal," kata Bella. "Mama mau fokus sama Starla dulu, nonton TV-nya bisa nanti-nanti. So, mau cerita apa?"

BAD LOVER [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang