1

12.5K 698 12
                                    

"Kau anak sialan!! aku menyesal karena telah melahirkan anak sepertimu!!"

San terbangun dari tidurnya, ia menghela nafasnya berat, akhir-akhir ini dirinya jadi sering bermimpi hal yang sama dimana ibunya terus menyalahkan kehadirannya atas semua hal buruk yang terjadi pada keluarganya itu.

San mengedarkan pandangannya, sudah hampir satu minggu sejak dirinya berada dikandang besi ini, bahkan ia tak pernah sekalipun berpikir jika dirinya akan dijual oleh kedua orangtuanya sendiri, tapi mungkin ini jauh lebih baik.

San hanya berdiam diri didalam kadang ini, tak ada yang memukulnya dan tak ada juga yang menyalahkan kehadirannya. Tapi ia masih banyak menerima hinaan dari orang-orang yang berada disini, bahkan hampir setiap hari dirinya dihina oleh mereka semua.

San sedikit tersentak saat tiba-tiba ada yang memukul kandangnya itu, ia mulai menatap seseorang yang sedang berdiri diluar sana dengan tatapan hinaan itu padanya, ia seperti sudah terbiasa dengan tatapan hina itu sekarang.

"Aku dengar kau dulu seorang pelacur, apa orangtuamu juga yang menyuruh untuk menjual lubangmu itu? hahaha"

"Jawablah sialan!! kenapa hanya diam saja!?"

San tetap diam dan tak menjawabnya, bahkan ia tak ingin mengingat kenangan buruknya itu. Ia harus memuaskan nafsu orang-orang yang membayarnya, baik itu wanita atau pria, ia harus tetap melayani mereka. Dan semua uang yang ia dapatkan diambil oleh kedua orangtuanya.

"Hahhh sialan, kenapa kau tak bunuh diri saja? atau kau sedang berharap ada yang memungutmu?"

"Hei jangan terus mengganggunya! cepat kemari ada barang datang!"

San menatap kepergian lelaki yang terus menghinanya itu sejak tadi. Ia memang sempat berpikir untuk bunuh diri, tapi jauh dilubuk hatinya, ia masih berharap dapat menjalani kehidupan yang normal seperti orang-orang pada umumnya.

San menyandarkan tubuhnya pada tembok, dan mulai memejamkan matanya membayangkan kehidupan normal yang selalu ia impikan sejak kecil. San menghela nafasnya berat, ia sudah disiksa oleh kedua orangtuanya sejak ia masih kecil.

Meskipun dulu ia banyak mencapai berbagai macam prestasi, tapi kedua orangtuanya hanya memikirkan uang dan uang terus-menerus. Bahkan prestasi yang ia dapatkan hanya dianggap tak berguna oleh kedua orangtuanya itu.

"Apa aku memang tak akan pernah bisa mendapatkan kehidupan yang aku inginkan?"

















"Apa kau tak bosan bercumbu setiap hari?"

Wooyoung mengerutkan dahinya mendengar ucapan Yeosang padanya, ia melepaskan ciumannya dengan Jiyeon, salah satu jalang yang selalu datang padanya. Wooyoung menatap Yeosang yang sedang menyesap rokok disana.

"Aku tak akan pernah bosan mencumbu jalang cantikku ini."

Wooyoung tersenyum manis pada Jiyeon yang juga sedang tersenyum padanya. Ia mulai memeluk pinggang Jiyeon untuk lebih mendekat padanya, Wooyoung kembali memangut bibirnya dan meremas bongkahan kembar milik Jiyeon disana.

Yeosang yang melihat tingkah sahabatnya itu mulai memutar bola matanya malas, ia tau jika Wooyoung hanya sedang merasa bosan dan yang dia lakukan saat bosan adalah mencumbu jalang-jalang kecil yang dia miliki.

Suara pintu terbuka membuat Yeosang mengalihkan pandangannya melihat siapa yang datang sekarang. Ia melihat Mingi datang dengan peliharaannya itu, bahkan sampai sekarang ia masih tak habis pikir mengapa seorang manusia bisa dijadikan peliharaan.

"Mengapa? suka dengan peliharaanku?"

"Aku tak tertarik memelihara manusia."

Mingi mulai mendudukan dirinya dikursi berbentuk U itu dengan diikuti oleh peliharaannya yang duduk dibawah menghadap padanya. Mingi tersenyum tipis melihat peliharaannya itu sangat menggemaskan hari ini, meskipun ia lebih suka jika dia tak memakai pakaian.

"Jadi, siapa namanya?"

"Tanya saja sendiri pada si manis ini."

Yeosang mulai menatap kearah seseorang yang selalu disebut Mingi peliharaannya itu. Meskipun ia tak terlalu peduli, ia tetap merasa sedikit kasihan saat melihatnya, tapi jika dilihat dari kondisinya, dia terlihat baik-baik saja, sepertinya Mingi memang merawatnya dengan cukup baik.

"Siapa namamu?"

"Yunho..."

Wooyoung melepaskan ciumannya saat Jiyeon mulai sedikit mendorong tubuhnya itu, ia paham jika dia sudah kehabisan nafasnya. Wooyoung mengalihkan pandangannya pada seseorang yang dibawa oleh Mingi, dengan kalung rantai dilehernya itu membuatnya terlihat seperti benar-benar seorang peliharaan.

"Dimana kau membelinya?"

"Kenapa? kau tertarik untuk membelinya juga?"

"Sedikit, aku ingin memelihara sesuatu juga tapi bukan hewan. Seorang manusia cukup menarik."

My Pet : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang