12

6.7K 493 7
                                    

"Apa aku akan keluar seperti ini?"

"Tentu saja tidak, kau pikir aku akan berbagi tubuhmu itu pada orang lain? pakai ini."

San menangkap pakaian yang dilemparkan Wooyoung padanya, dan ia mulai memakainya dengan cepat karena ia sudah tak sabar ingin berkeliling rumah Wooyoung, meskipun hanya berkeliling saja tapi itu sudah cukup untuknya, terlebih ia memang sudah sangat bosan berada dikamar Wooyoung.

















Sudah cukup lama San dan Wooyoung berkeliling di rumah, San benar-benar terpukau dengan rumah yang dimiliki oleh Wooyoung ini, terlihat sangat mewah. San sedikit melirik pada Wooyoung, sedari tadi dia terus fokus pada ponselnya, sepertinya Wooyoung sangat sibuk meskipun dihari libur.

Wooyoung kembali memasukkan ponselnya setelah ia sudah membaca semua email yang dikirimkan oleh sekertarisnya itu semalam. Padahal ini hari liburnya tapi pekerjaannya masih tetap saja menumpuk, haruskah dirinya mengambil cuti. Wooyoung menatap San.

"Sudah puas? aku masih ada pekerjaan."

"Aku masih ingin tinggal disini, bolehkah?"

"Baiklah, aku akan pergi."

San menatap kepergian Wooyoung dari pandangannya, ia cukup merasa senang karena diijinkan untuk tinggal lebih lama di taman ini. San terus memandangi tamannya tanpa henti, bahkan taman ini diurus dengan baik, pandangan San terhenti saat ia melihat ada bunga tulip disana.

San berjalan mendekat pada taman yang dipenuhi oleh bunga tulip itu, hanya ada bunga tulip saja disini dan sepertinya ini adalah bunga yang Wooyoung sukai, jika bukan seharusnya ada bunga yang lainnya juga. Wangi dari bunga tulip mulai bisa tercium oleh San saat dirinya sudah berdiri tepat didepan tempat yang dipenuhi bunga tulip tersebut.

"Jangan menyentuhnya."

San menghentikan pergerakannya saat ia ingin menyentuh bunga tulip itu, ia menatap kearah belakang dan terdapat pelayan wanita yang pernah datang ke kamar Wooyoung kemarin, wanita itu berjalan menghampirinya sekarang. San menatapnya dengan bingung karena dia melarangnya untuk menyentuh bunganya.

"Tuan muda tak suka jika ada seseorang yang menyentuh bunga tulip miliknya."

"Mengapa begitu?"

"Karena bunga itu adalah bunga yang disukai oleh mendiang nyonya besar."

San sedikit mengangguk. Tak ada yang membuka suara setelah pelayan wanita itu menjelaskan soal mengapa ia tak boleh menyentuh bunganya, tapi sejujurnya ia jadi penasaran tentang kehidupan bagaimana Wooyoung, ia menjadi ragu karena sepertinya Wooyoung bukanlah seseorang yang jahat.

"Bisakah aku bertanya tentang tuan kalian?"

"Tentu, tapi itu tergantung dari pertanyaanmu."

"Apakah dia memang seseorang yang memiliki sifat yang dingin dan juga kejam?"

"Tentu saja tidak, tuan muda memiliki hati yang lembut tapi semenjak nyonya besar tak ada dia benar-benar berubah sepenuhnya..."

San kembali mengangguk, sepertinya ia sedikit paham mengapa Wooyoung bisa menjadi seperti Wooyoung yang sekarang. Ditinggal oleh seseorang yang sangat dia sayangi membuat Wooyoung tak memiliki emosi lain dan dia melampiaskannya dengan cara menjadi seseorang yang kejam dan juga dingin.

"Terlebih saat tuan besar menikah kembali, itu menjadi sebuah pukulan keras untuk tuan muda."

"Seyeon, jangan membicarakan sesuatu tentang keluarga Jung pada orang asing."

San menatap kebelakang dan ia melihat seorang pria yang sudah berumur disana, yang ia yakini dia adalah seorang kepala pelayan disini, seseorang yang sangat diandalkan oleh Wooyoung. San sedikit melirik pada pelayan wanita yang bernama Seyeon itu, ada sedikit ekspresi wajah ketakutan disana.

"Bersihkan tamannya dan berhenti bergosip."

















Wooyoung memijat pelipisnya, semua pekerjaan yang menumpuk sekarang benar-benar tak bisa ia kerjakan lagi. Bukannya berkurang, mereka malah bertambah semakin banyak, ia sepertinya harus mengambil cuti agar dirinya bisa sedikit berisitirahat dari banyaknya pekerjaan yang datang menghampiri.

Wooyoung menyandarkan tubuhnya pada kursi, ia kembali menyesap rokoknya. Kepalanya sudah benar-benar pusing sekarang, ia juga lapar, jika diingat ia belum sarapan sama sekali, San juga. Wooyoung beranjak dari duduknya dan berjalan kearah jendela di ruangan kerjanya itu.

Wooyoung mengerutkan dahinya saat ia melihat San yang sedang berada ditaman dengan seorang pelayan wanita. Bahkan mereka terlihat asik mengobrol berdua disana dan entah mengapa ia menjadi kesal dengan itu semua, terlebih San yang tersenyum manis pada pelayan wanita itu.

"Sialan, bahkan dia tak pernah tersenyum padaku."

My Pet : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang