28

5.5K 436 2
                                    

Wooyoung menyesap rokoknya perlahan, ia terus menatap San yang masih tertidur disana. Itu cukup mengejutkan saat San tiba-tiba pingsan dihadapannya, terlebih saat diperiksa dia mengalami gangguan pencernaan.

Wooyoung menghela nafasnya berat, ini salahnya karena memberikan makanan anjing pada San selama seminggu penuh. Dan mengejutkannya, San benar-benar memakan semua makanan anjing itu tanpa memprotes sama sekali.

Wooyoung sedikit mendekatkan wajahnya pada San, ia mengusap pipi San dengan lembut. Wooyoung sedikit melirik kearah paha San, dokternya juga berkata jika San kehilangan banyak darah, mungkin itu juga salah satu penyebab San pingsan.


"Cepatlah bangun San."


Wooyoung mematikan rokoknya, ia naik keatas ranjang dan tidur disamping San. Seharusnya ia tak perlu merasa khawatir, karena San hanya seorang peliharaan saja baginya, tapi mengapa ia malah semakin khawatir karena San tak kunjung sadar.

Wooyoung memeluk San dengan erat dan bersandar pada dada bidang milik San, ia mulai memejamkan matanya. Wooyoung benar-benar berharap saat ia bangun nanti San sudah tersadar dari pingsannya.


"Aku takut."


















San terbangun dari tidurnya saat ia merasa tak bisa menggerakkan tangannya itu, ia melirik kearah samping dan melihat Wooyoung yang tertidur pulang di lengan miliknya. San mengerutkan dahinya saat ia melihat ada sedikit jejak air mata di pipi Wooyoung.

San mencoba untuk menghapus jejak air mata itu dari pipi Wooyoung, tapi ia kembali mengerutkan dahinya kala dirinya melihat tangannya di infus. San mencoba untuk mengingat apa yang terjadi padanya sebelumnya.


"Ahh aku pingsan? tapi kenapa aku sampai di infus?"


San menarik lengannya dengan perlahan agar tak membangunkan Wooyoung. San melepas infusnya juga dan beranjak pergi ke kamar mandi. Ia masih merasa sangat pusing sekarang, bahkan ia merasa ingin muntah.

San masuk kedalam kamar mandi dan sedikit bertumpu tangan pada wastafel, ia menghela nafasnya pelan saat menatap dirinya sendiri dicermin disana. Wajahnya benar-benar pucat dan terlihat seperti mayat hidup.


"Aku kira aku akan mati."

"Tapi aku memang berharap begitu."


San mulai membasuh wajahnya yang terlihat mengerikan itu. San sudah sangat lelah dengan hidupnya sekarang, bahkan ia sudah tak lagi berharap tentang kehidupan normal yang selalu ia impikan.

San kembali menghela nafasnya, hanya dengan menyakiti diri sendiri tak dapat membuat dirinya merasa benar-benar tenang. San sedikit mengedarkan pandangannya, ia melihat ada pencukur kumis disana.

San mengambil pencukur itu dan mulai mematahkannya, ia mengambil pisau cukurnya. San sedikit mengerutkan dahinya bingung, bagaimana ia harus menggunakannya. San mengarahkan pisaunya pada pergelangan tangannya itu.


"Jika melihat dari film yang tak sengaja aku tonton, menyayat urat nadi?"

"APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?!"


San terkejut mendengar suara teriakan disampingnya itu. San mengalihkan pandangannya dan melihat Wooyoung yang menatapnya marah disana. San dengan terburu-buru menyembunyikan pisau cukur itu.

Wooyoung berjalan mendekat pada San dan mencoba mengambil benda tajam yang disembunyikan San disana. Saat ia berhasil merebutnya, benar saja benda yang disembunyikan San barusan adalah benda tajam.

Wooyoung menatap tajam pada San, ia bahkan merasa khawatir padanya, tapi mengapa San malah terus ingin menyakiti dirinya sendiri, terlebih ia melihat San yang mencoba menyayat urat nadinya itu barusan.

San kembali terkejut saat melihat Wooyoung yang mulai menangis disana, ia langsung memeluk Wooyoung dengan erat. San benar-benar tak bisa melihat Wooyoung menangis karena hatinya selalu saja terasa sakit saat melihatnya.


"Maafkan aku."

"Hiks kenapa kamu terus menyakiti dirimu sendiri?! aku tak suka dengan itu!! hiks."

"Ak–"

"Tidak!! hiks... jangan mencoba pergi dariku hiks, aku... aku benci sendirian–"


Wooyoung terus memukul dada San. Ia sebenarnya sadar jika dirinya lah yang membuat San ingin menyakiti dirinya sendiri, tapi ia bahkan tak pernah menyangka jika San akan mencoba untuk bunuh diri.

San terus mengeratkan pelukannya pada Wooyoung, hatinya benar-benar terasa sakit mendengar suara isakan tangis dari Wooyoung, terlebih dia menangis karena dirinya. Itu berhasil membuat San merasa bersalah pada Wooyoung.


"Maafkan aku. Aku mohon berhentilah menangis, hatiku terasa sangat sakit saat melihatmu menangis."

My Pet : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang