6

7.5K 521 23
                                    

Wooyoung pergi keluar dari kamarnya itu meninggalkan San disana. Wooyoung berjalan menuju meja makan dan disana sudah banyak makanan yang tersedia. Ia hanya tinggal sendirian disini, sedikit membuatnya bosan tapi mengingat dirinya jarang berada dirumah, ia jadi tak peduli dengan hal itu.

Wooyoung mendudukan dirinya dikursi dan mulai menikmati sarapannya, ia melihat banyaknya pelayan yang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, seharusnya mereka diam ditempat saat dirinya sedang makan tapi ia tak terlalu suka dikerumuni saat sedang menikmati makanannya.


"Pak Jang, setelah aku pergi berikan sarapan untuknya dan carikan semua informasi tentangnya, aku ingin itu sudah ada di mejaku setelah aku pulang nanti."

"Saya mengerti tuan muda."


Wooyoung kembali menikmati sarapannya. Ia sempat berpikir bagaimana caranya agar San mau membuka suaranya itu, meskipun ia sudah cukup senang karena sempat mendengar San yang meringis pelan barusan, tapi ia belum merasa puas hanya dengan itu saja.


"Satu hal lagi, belikan makanan anjing."

"Tapi kita tak memiliki anjing tuan muda."

"Itu untuknya."

"Bukankah itu terlalu berbah–"

"Aku tak butuh pendapatmu dan lakukan saja apa yang aku perintahkan."

"Baik tuan muda."


Setelah Wooyoung menyelesaikan sarapannya, ia mulai beranjak pergi dari tempatnya dan berjalan keluar rumahnya dengan didampingi sopir dibelakangnya. Seharusnya ia bisa berangkat lebih pagi dari sekarang, tapi karena anjingnya itu, ia jadi sedikit terlambat.



















San menghela nafasnya berat, ia jadi seperti pria mesum jika hanya menggunakan handuk kecil saja dipinggangnya ini. San beranjak dari duduknya dan berjalan pergi ke kamar mandi, mungkin untuk mandi ia masih diperbolehkan bukan, tak mungkin Wooyoung mau membiarkannya bau.


"Kepalaku benar-benar pusing."


San melepas handuknya dan mulai membersihkan dirinya. Entah mengapa sampai sekarang ia masih tak bisa melupakan perlakuan kedua orangtuanya padanya, ia masih bisa mengingatnya dengan jelas bahkan itu sampai terbawa ke dalam mimpinya.

Setelah San selesai dengan mandinya, ia keluar dengan hanya menggunakan handuk kecil saja seperti semalam dan tentu saja ia akan mengunakannya seharian ini, mungkin jika Wooyoung tak memberikannya baju, ia hanya akan terus menggunakan handuk kecil saja.

Suara pintu terbuka membuat San mengalihkan pandangannya, terdapat seorang pelayan dengan nampan berisi makanan disana. Dia seorang wanita, ia jadi benar-benar merasa seperti seorang pria yang mesum sekarang. San dengan perlahan berjalan mendekatinya.


"Terimakasih."

"Ahh.. i-iya, kamu bisa meletakkannya didepan pintu kamar nanti jika sudah selesai. A-aku permisi."


San menatap kepergian pelayan wanita itu dari hadapannya, ia sempat bingung mengapa dia berbicara gugup seperti tadi, apakah karena dirinya hanya memakai handuk kecil saja. San sedikit menatap kearah tubuhnya, atau karena luka memar ditubuhnya ini, mengerikan.

San mulai mendudukan dirinya diatas kursi, menatap nampan berisikan makanan itu disana, ada garpu dan sebuah pisau juga. Melihat kilauan pisau itu membuat San berpikiran untuk menyakiti dirinya sendiri. Ia mengambil pisaunya.

San sedikit menekan ujung pisaunya itu dengan jarinya. Bercak darah mulai mengalir di jari telunjuknya sekarang, pisaunya benar-benar tajam, ini bukan hanya sebuah pisau yang hanya untuk memotong roti saja, ini dapat digunakan untuk memotong hal lainnya.


"Seperti bagian tubuhku mungkin?"



















Wooyoung sedang memperhatikan tingkah laku San dilayar laptopnya, ia memasang banyak cctv di kamarnya sebelum ia mulai membeli San, bahkan ia sedari tadi melihat San yang sedang mandi. Ia merasa kesal karena ia sempat melihat San berbicara tapi ia tak memasang penyadap suara dikamarnya.

Wooyoung sedikit membulatkan matanya saat tiba-tiba San menggores tangannya itu dengan pisau, bahkan dia terlihat sedang mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri disana. Mata Wooyoung mulai memanas saat melihat San mulai menyayat lengannya itu sekarang.


"Brengsek, apakah dia sedang mencoba bunuh diri?"

"Tuan mau pergi kemana? kita ada pertemuan penting sekarang."

"Apakah tak bisa dibatalkan? saya harus pulang."

"Tidak bisa tuan, ini pertemuan yang sangat penting dan tak bisa dibatalkan atau bahkan ditunda"

"Baiklah, kita pergi sekarang."


Wooyoung menghela nafasnya berat, ia akan benar-benar menghukum San jika dia berani melukai dirinya sendiri. Bahkan tak ada yang boleh menyakiti San selain Wooyoung, tuannya. Ia juga sungguh mengutuk seseorang yang memberikan benda tajam pada San.


"Sialan."

My Pet : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang