37

5K 364 14
                                    

"Sepertinya aku datang di waktu yang kurang tepat, bukankah begitu tunanganku?"

Wooyoung berhenti mengecup bibir San saat ia mendengar suara yang sangat familiar itu sekarang. Ia memutar bola matanya malas, entah mengapa mereka yang berada diluar sana mengijinkannya masuk ke rumahnya.

Yeonjun tersenyum tipis saat melihat Wooyoung yang menatapnya dengan dingin disana, ia mulai berjalan mendekat pada Wooyoung. Yeonjun sedikit melirik kearah pria yang berdiri disampingnya Wooyoung itu.

"Siapa dia sayang?"

"Jangan pernah kau berani memanggilku dengan sebutan itu, sangat menjijikan."

"Tapi kamu tunanganku, dan seharusnya aku lah yang kamu cium, bukan dia."

"Aku bahkan tak sudi untuk menghirup udara yang sama denganmu."

San hanya berdiam diri saja, ia tak berani untuk membuka suaranya karena ia hanya orang luar saja disini, terlebih pria yang sedari tadi terus menatapnya dengan dingin itu adalah tunangan dari Wooyoung.

Yeonjun hanya tersenyum manis pada Wooyoung untuk menjawab perkataan sarkasnya. Ia menatap pada pria yang terus memeluk pinggang tunangannya itu disana, ia melihatnya dari atas sampai bawah, tak ada yang istimewa darinya.

"Kau siapa? beraninya kau memeluk tunanganku."

"Maaf."

Wooyoung mengerutkan dahinya saat San tiba-tiba melepaskan pelukannya itu setelah mendengar ucapan dari Yeonjun. Ia benar-benar mengutuk seseorang yang membiarkan Yeonjun masuk kedalam rumahnya sekarang.

"Aku tak membutuhkan maafmu, aku sedang bertanya? apa kau bodoh?"

"Jaga ucapanmu pada kekasihku, Yeonjun."

San tentu terkejut mendengar apa yang diucapkan Wooyoung barusan, ia mulai menatap kearah Wooyoung. Ia bahkan masih tak percaya dengan apa yang ia dengar itu, dia berkata jika dirinya adalah kekasih Wooyoung.

Yeonjun juga terkejut dengan apa yang dikatakan Wooyoung, ia tak tau jika Wooyoung sudah memiliki kekasih, terlebih ayahnya Wooyoung juga tak pernah mengatakan apapun soal itu.

"Jadi kau kekasihnya? tapi dia tunanganku, bukankah seharusnya kau melepaskannya?"

"Aku buk–"

"Pergilah dari rumahku, Yeonjun. Aku bahkan tak pernah mengijinkanmu untuk datang kemari."

"Baiklah, aku akan pergi, nikmati waktu kalian berdua untuk yang terakhir kalinya."

San menatap kepergian pria yang bernama Yeonjun itu dari kamar Wooyoung, ia sebenarnya sedikit khawatir dengan apa yang diucapkan olehnya, bagaimana jika itu menjadi kenyataan. San kembali menatap pada Wooyoung.

San mengerutkan dahinya saat melihat Wooyoung mengerucutkan bibirnya itu disana dengan menatap kesal padanya. Apakah Wooyoung tak benar-benar ingin Yeonjun pergi dari sini, mengapa Wooyoung memasang wajah seperti itu.

"Apa kamu tak ingin Yeonjun pergi? aku dapat mengejarnya sekarang."

"Apa maksudmu?!"

"Kenapa?"

Wooyoung mendengus kesal, bahkan ia benar-benar ingin Yeonjun pergi agar tak mengganggu waktu berduanya bersama San tapi mengapa San malah berpikiran jika dirinya tak ingin pria sialan itu pergi. Benar-benar menyebalkan, apakah San memang tak memiliki rasa peka.

"Kamu sangat menyebalkan!"

San menghela nafasnya pelan, ia sungguh tak mengerti apapun sekarang tapi sepertinya Wooyoung sangat kesal melihat dia sudah tak ingin menatap padanya lagi disana. San kembali memeluk Wooyoung dengan erat dan sedikit menidurkan kepalanya dibahu Wooyoung.

"Maafkan aku, aku takut jika aku malah mengganggu hubungan kalian, terlebih dia adalah tunanganmu. Aku juga cemburu,"

"Cemburu?"

"Bukan, maksudku–"

"Kamu cemburu?"

"Tidak, bukan seperti itu."

San sungguh mengutuk dirinya sendiri karena kelepasan mengatakan hal tersebut pada Wooyoung, sekarang ia yakin jika Wooyoung akan benar-benar marah padanya. Ia harus menggunakan alasan apa sekarang untuk mengelaknya.

"Lalu apa?"

Wooyoung sedikit melirik pada San yang masih setia menyembunyikan wajahnya itu dilehernya, ia bahkan tak bisa melihat wajah San sedikitpun. Tapi dibandingkan dengan itu, entah mengapa dirinya merasa senang setelah mendengar San cemburu.

"Apa? kenapa kamu hanya diam saja?"

"Hei Choi San!! aku akan marah jika kamu tak menjawabnya!"

San kembali menghela nafasnya, ia mulai menatap Wooyoung sekarang, ia masih melihat Wooyoung yang cemberut disana. San sedikit mengusap pipi Wooyoung, ia tak ingin mengungkapkan perasaannya, ia takut jika Wooyoung akan merasa jijik dengan itu.

"Iya, aku cemburu. Maafkan aku, seharusnya aku tak–"

Ucapan San terhenti karena Wooyoung tiba-tiba menciumnya sekarang, bahkan Wooyoung menangkup wajahnya dengan cukup kuat seolah tak ingin jika dirinya menjauh darinya. Jika seperti ini, maka San akan terus menyukai Wooyoung.

"Aku harap aku bisa mengungkapkan perasaanku padamu, Woo."

My Pet : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang