San melepas celana dan juga celana dalam Wooyoung, menyisakan Wooyoung yang hanya memakai kemeja saja disana, bahkan itu sudah terlihat kusut, tapi Wooyoung terlihat sangat cantik sekarang.
Wooyoung terkejut saat tiba-tiba kakinya ditarik oleh San dan yang lebih mengejutkannya lagi sekarang San sedang menjilat lubang miliknya itu disana. Wooyoung sedikit mengigit bibir bawahnya.
"Sial, mengapa aku merasa malu dengan ini."
Wooyoung menutup mulutnya itu dengan punggung tangannya, ia tak bisa menahan desahannya sekarang, lidah San yang bermain dilubangnya itu terasa geli tapi ia malah menikmatinya dan bahkan ia menyukainya.
"Mmhhhh mphhh Sanhh..."
San terus menjilati lubang Wooyoung yang sudah berkedut itu, ia juga sesekali menghisapnya dan memasukkan lidahnya itu kedalam lubang Wooyoung. San mulai mengocok penis Wooyoung yang kembali menegang itu disana.
"Akhhh nghhh ahhh.. f-fuck me Sanhh–"
Wooyoung menahan tangan tangan San yang terus mengocok penisnya cukup cepat. Ia melirik pada San yang masih setia menjilati lubangnya dibawah sana. Wooyoung mencoba untuk menahan kepala San agar San berhenti menjilati lubangnya.
San menghentikan pergerakannya saat Wooyoung terus mencoba untuk menahannya. San tersenyum manis pada Wooyoung yang sedang menatap padanya disana. Sebenarnya ia sedikit takut untuk melakukan sex ditempat seperti ini.
"Berhenti menggunakan lidahmu."
"Tapi kamu terlihat menikmatnya juga."
Wajah Wooyoung tiba-tiba terasa panas saat mendengar jawaban dari San, ia memang menikmatinya terlebih San sangat pandai bermain lidah, ia bahkan tak menyangka jika dirinya akan kembali terangsang sekarang.
"Apa kamu sakit? wajahmu memerah."
"Apa?! a-aku tidak!"
San mengerutkan dahinya kebingungan melihat Wooyoung yang berbicara gugup disana, ia berpikir jika Wooyoung sedang berbohong padanya sekarang, bahkan wajahnya memang terlihat memerah, jika bukan sakit lalu apa.
San mulai berdiri, ia sedikit melirik pada penisnya yang sudah menegang didalam sana. San menghela nafasnya pelan, ia menginginkannya tapi Wooyoung sedang dalam keadaan yang tak memungkinkan untuk melakukan sex dengannya.
"Aku tak akan melakukannya, kamu sedang sakit bukan? kamu tak perlu berbohong."
Wooyoung mendengus kesal mendengar ucapan San itu, ia pikir jika San adalah pria yang bodoh yang tak dapat mengerti bahasa tubuh, tidakkah dia berpikir jika dirinya ini sedang merona karena menahan malu. Benar-benar menyebalkan.
"I'm not sick!"
"Tap–"
"I want your fucking big dick inside me San."
Wooyoung berdiri dari duduknya itu, ia memeluk pinggang San dan mengecup bibirnya itu. Wooyoung menggesekkan penisnya pada penis San yang masih terbalut dengan celana itu. Bahkan penis San sudah sepenuhnya menegang.
Wooyoung meremas kedua pantat San disana dengan masih terus menggesekkan penisnya itu pada penis San. Wooyoung mulai menjilat leher San dan naik keatas sampai ke telinga San, ia sedikit berbisik pada San.
"Fuck me, San."
San tak menjawabnya, ia terlalu sibuk menahan hasratnya, bahkan ia tak yakin jika dirinya dapat puas hanya dengan satu kali sex saja. Dan dengan Wooyoung yang terus menggodanya itu membuat San semakin terangsang.
Wooyoung mulai membuka resleting celana San, dan ia memasukkan tangannya kedalam sana untuk mengeluarkan penis San yang sudah mengeras itu dari dalam celananya.
Wooyoung membalikkan badannya, dengan masih memegang penis San yang mengeras itu, ia bertumpu satu tangan pada kursi kantornya dan mulai memasukkan penis San kedalam lubang miliknya.
"Mphhhh... Sanhh bantu aku–"
San melihat Wooyoung yang sedang menatap memelas disana, bahkan baru kepala penisnya saja yang masuk kedalam lubang Wooyoung tapi ia sudah bisa merasakan betapa ketatnya lubang Wooyoung itu.
San melepaskan tangan Wooyoung dari penisnya, ia menahan pinggangnya dan mulai mendorong penisnya secara perlahan untuk masuk kedalam lubang Wooyoung itu. San sedikit meringis saat lubang Wooyoung menjepit kuat penisnya.
Wooyoung sedikit mendongak merasakan penis San yang terus masuk kedalam lubangnya disana. Setelah berkali-kali melakukan sex dengan San, ia sekarang sudah cukup bisa menerima penis San itu didalamnya.
"Mmhhh shhh Sanhhh..."
Dengan sedikit hentakan dari San berhasil membuat penisnya itu masuk sepenuhnya kedalam lubang Wooyoung. San meremas bongkahan kembar milik Wooyoung dan mulai menggerakkan penisnya perlahan.
San menaikkan kameja Wooyoung keatas dan meraba punggungnya itu, ia sedikit menunduk untuk menjilati punggung Wooyoung dengan perlahan mulai mempercepat gerakan penisnya didalam sana.
"Anhhh mmhhh..."
Wooyoung sedikit menunduk, ia sedikit menyesal melakukannya di posisi seperti ini, ia jadi tak dapat melihat wajah tampan San yang sedang menahan sempit dari lubang miliknya itu, terlebih ia juga ingin berciuman dengannya sekarang.
"Akhhh mphhh fuck me harderhh Sanhh..."
San kembali menahan pinggang Wooyoung dan menghentakkan penisnya itu dengan kasar. San terus menggerakkan penisnya dengan cepat membuat banyak suara tabrakan antar tubuhnya dan juga Wooyoung.
Wooyoung sedikit tersentak saat penis San masuk terlalu dalam disana, itu membuat dirinya sedikit mual sekarang tapi entah mengapa ia malah menyukainya, ia suka dengan sensasi yang ia dapatkan dari hentakan kasar dari San itu.
"Akhhh ahhhh Sanhhh nghhh–"
San meremas kedua pantat Wooyoung dan terus menghentakkan penisnya itu dengan cepat didalam sana, ia dapat merasakan Wooyoung yang terus mengetatkan lubangnya itu, membuat penisnya seperti dipijat kuat oleh lubangnya.
"Hahhhh anhhh San... i wanna cumhh–"
Wooyoung dapat merasakan San yang terus menghentakkan penisnya dengan kasar di titik prostat miliknya, membuat Wooyoung tak tahan dan dengan beberapa hentakan yang diberikan San itu, ia mengeluarkan cairannya.
"Hmhhh mphhh..."
Dan setelah ia keluar, ia juga sudah bisa merasakan cairan San yang memenuhi lubangnya didalam sana, bahkan itu terasa sangat jelas. Wooyoung tersentak saat San tiba-tiba melanjutkan menusuk lubangnya itu disana.
"San? akhhh ahhh mphh–"
"Sial, San benar-benar memiliki nafsu yang besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pet : Sanwoo/Woosan
FanfictionSan dijual oleh kedua orangtuanya ke tempat perdagangan manusia untuk melunasi hutang mereka pada rentenir. San menghabiskan sisa hidupnya didalam kandang besi, San juga sempat berpikir untuk bunuh diri tapi ternyata kesialannya masih terus berlanju...