35

4.7K 364 8
                                    

Setelah cukup lama Wooyoung menahan tangan San agar tak pergi dari kamarnya itu, sekarang ia sudah dapat melihat San yang tak memberontak karena sedari tadi San terus memaksa ingin pergi.

Itu menyakinkan Wooyoung jika San sudah kehilangan kesadarannya sekarang. Wooyoung tersenyum tipis yang wajahnya sudah memerah karena mabuk, sangat menggemaskan menurutnya.

"San."

"Hmm??"

"Apa kamu pernah merasa kesal atau marah padaku?"

"Tidak pernah..."

Wooyoung mengerutkan dahinya saat mendengar jawaban dari San karena seharusnya seseorang yang mabuk akan berkata dengan jujur tapi San, mengapa dia menjawab tak pernah, apakah San belum sepenuhnya mabuk.

"Karena aku tak punya alasan untuk itu, kamu orang yang sangat baik Woo."

"Aku tau kamu sedang berboho–"

"Aku tak berbohong, kamu memang baik. Apa kamu merasa heran karena aku tak pernah memberontak?"

Wooyoung sedikit mengangguk menjawab pertanyaan dari San, karena ia memang sedari awal selalu penasaran mengapa San tak pernah memberontak bahkan dia hanya pasrah dengan apa yang ia lakukan padanya.

"Itu karena aku memang menginginkannya."

"Apa?! apa maksudmu dengan itu?"

"Aku memang ingin kamu terus menyiksaku..."

Wooyoung cukup terkejut dengan apa yang diucapkan San barusan, ia bahkan tak pernah berpikir jika San malah menikmati perlakuan kasar darinya, itu cukup membuatnya semakin penasaran pada San sekarang.

"Sampai aku bisa mati ditanganmu."

Wooyoung benar-benar terkejut sekarang, ia melihat San yang tersenyum lembut padanya dan senyumannya terlihat seperti senyuman yang dipenuhi banyak kesedihan. Entah mengapa hatinya tiba-tiba sakit setelah melihat senyuman itu dari San.

"Aku selalu berharap kamu dapat menyiksaku tanpa henti, Woo."

"Aku bahkan berharap kamu membunuhku."

"Setidaknya dengan kamu yang terus menyiksaku, aku akan mati secara perlahan."

"Tapi karena kamu terlalu baik, kamu terus saja menolongku."

Wooyoung tak dapat lagi mengeluarkan kata-kata apapun dari mulutnya sekarang, ia terlalu terkejut dengan kejujuran San padanya. Wooyoung bahkan tak pernah benar-benar berniat untuk menyiksa San.

Wooyoung mengerutkan dahinya saat tiba-tiba San menangis disana, ini kali pertamanya ia melihat San menangis dan entah mengapa itu membuatnya jadi khawatir pada San. Wooyoung mencoba untuk menghapus air mata San.

"Aku marah pada diriku sendiri, dan bukan padamu."

"Aku terlalu takut untuk bunuh diri sampai-sampai aku berharap ada seseorang yang dapat membunuhku."

"Dan harapan itu ada padamu, Woo."

"Aku tak pernah merasa sakit hati karena ucapan atau tindakanmu padaku..."

"Hanya saja ucapan kedua orangtuaku yang berkata untuk aku cepat mati, membuatku ingin mencoba untuk mati."

Wooyoung ikut menangis, entah mengapa ia dapat merasakan apa yang San rasakan sekarang, rasa putus asa karena tak dapat melakukan apapun selain menerimanya. Itu ia rasakan saat ibunya memilih untuk mati agar dapat menyelamatkan ayahnya.

"Aku selalu melakukan yang terbaik agar dapat membuat kedua orangtuaku bangga padaku, tapi mereka malah menyalahkan kehadiranku dikehidupan mereka."

"Perkataan mereka benar-benar menyakitiku, Woo. Rasanya sangat sakit."

"Disaat aku berjuang untuk dapat membuat mereka bahagia, mereka hanya memikirkan tentang uang saja."

"Seolah apapun yang aku lakukan tak ada artinya bagi mereka selama itu tak berhubungan dengan uang."

Wooyoung mulai memeluk San dengan erat, ia sudah paham sekarang seberapa menderitanya San sampai dia terus mencoba menyakiti dirinya sendiri, mungkin itu adalah cara dia untuk dapat melampiaskannya.

Wooyoung benar-benar tak bisa berkata apapun pada San. San berkata jika dirinya adalah orang yang baik, tapi apa yang sudah ia lakukan pada San, itu semua adalah tindakan yang seharusnya tak dilakukan pada seorang manusia, bahkan hewan sekalipun.

Wooyoung mencoba untuk menenangkan San yang masih terus terisak itu didalam pelukannya, ia juga tak dapat menghentikan air matanya itu yang terus mengalir diwajahnya. Wooyoung mengelus rambut San perlahan.

"Aku ingin berkata jujur padamu."

"Katakan saja, San."

"Berjanjilah jangan marah padaku, aku tau ini akan menjijikan untukmu."

Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya bingung mendengar ucapan San itu, ini bahkan bukan saatnya untuk ia marah pada San disaat ia sudah mengetahui seberapa menderitanya kehidupan San itu selama ini.

"Maafkan aku... tapi aku menyukaimu, Woo."

My Pet : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang