Satu minggu berlalu sejak San dikurung oleh Wooyoung didalam kandang ia juga hanya memakan makanan anjing yang selalu Wooyoung bawakan untuknya. Ia juga hanya diijinkan keluar saat dirinya ingin pergi ke kamar mandi saja.
San sedikit melirik pada pahanya, entah sudah berapa kali ia menyayat pahanya itu, bahkan sekarang seperti sudah tak ada tempat lagi untuk ia dapat menyayatnya. Kedua pahanya sudah benar-benar penuh dengan sayatan.
"Apa aku harus mencobanya diperutku?"
San sedikit mengangkat bajunya, dan saat ingin mencoba untuk menyayat perutnya, ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat kearahnya itu. San dengan terburu-buru memasukkan kembali potongan piring itu kedalam sakunya.
San mengangkat kepalanya, melihat Wooyoung yang sedang berjalan mendekat kearahnya, ia pikir Wooyoung sudah pergi bekerja dan sepertinya hari ini hari libur. San bahkan tak tau hari dan tanggal berapa sekarang.
Wooyoung mengerutkan dahinya karena ia sempat melihat San yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu didalam saku celananya itu. Wooyoung mulai membuka kandangnya dan terus menatap San dengan tatapan dingin.
"Keluar."
San menurut dan beranjak keluar dari kandangnya itu. San sedikit menjauh dari Wooyoung karena ia takut jika Wooyoung mencium bau badan darinya. Karena San memang tak mandi selama satu minggu ini, ia yakin jika badannya bau sekarang.
"Apa yang kau sembunyikan?"
"Tidak ada."
"Kau tau aku bisa marah hanya dengan kebohongan bukan?"
"Aku tau."
"Lalu apa yang kau sembunyikan?!!"
Wooyoung kesal karena San tak juga menjawab pertanyaannya, ia mulai merogoh saku celana San dan ia sedikit meringis karena seperti tertusuk benda tajam. Wooyoung mulai mengeluarkan benda yang ada disana.
Wooyoung cukup terkejut dengan apa yang disembunyikan oleh San didalam sakunya itu, serpihan piring yang cukup tajam dan tentu saja ia tau apa yang dipikirkan San dengan menyimpan sesuatu yang tajam seperti ini.
"Dimana kau menggunakannya?"
"Aku tak menggunakannya."
"Jangan berbohong padaku!!"
Wooyoung dengan kesal menarik tangan San berjalan masuk menuju kamarnya, mustahil jika San tak menggunakan potongan piring yang cukup tajam itu untuk menyakiti dirinya sendiri.
Wooyoung membuka pintu kamarnya dan mendorong San untuk duduk diatas ranjangnya itu. Ia mengerutkan dahinya saat melihat San kembali berdiri dan malah berjalan menjauh darinya.
"Aku tak bisa berada dekat denganmu, badanku bau."
"Itu tak penting Choi San."
"Tap–"
"Lepas semua pakaianmu sekarang."
San menghela nafasnya pelan, padahal ia sudah bersusah payah untuk dapat menyembunyikannya tapi ternyata Wooyoung tetap dapat menyadarinya juga. San sedikit melirik kearah Wooyoung, ia mulai melepas baju dan celananya.
Wooyoung tentu terkejut saat melihat banyaknya luka sayatan dipaha San. Ia marah dan juga kesal pada San, terlebih ia sudah pernah berkata padanya untuk tidak melukai dirinya sendiri tapi apa sekarang, ia malah melihat banyaknya luka sayatan disana.
"Jelaskan padaku, apa maksudnya ini?"
"Aku hanya ingin–"
Belum sempat San menyelesaikan kalimatnya, ia sudah terlebih dahulu mendapatkan tamparan keras diwajahnya, ia tau jika Wooyoung memang akan marah padanya setelah mengetahui ini semua.
"Pergi mandi."
Wooyoung mendudukan dirinya ditepi ranjang, ia mengusap wajahnya kasar. Seharusnya ia menyadari itu semua saat melihat pecahan piring waktu lalu, bahkan itu bukan hanya 1 atau 2 sayatan saja tapi sudah memenuhi seluruh paha San.
Wooyoung bahkan tak pernah menyangka jika San akan melakukan hal yang sudah ia larang sejak lama. Apakah dia kesal padanya dan mencoba untuk melampiaskan kekesalannya itu dengan cara melukai dirinya sendiri.
"Brengsek."
Cukup lama Wooyoung menunggu San, ia sudah menunggu hampir 20 menit, dan sekarang ia dapat melihat San yang keluar dari kamar mandi disana dengan hanya menggunakan handuk kecil yang melilit dipinggangnya, bahkan ia bisa dengan jelas melihat luka sayatan itu.
Wooyoung menatap San yang sedang berjalan kearahnya tapi tiba-tiba saja San terjatuh dan membuat Wooyoung terkejut, ia langsung beranjak dari duduknya dan sedikit berlari menghampiri San. Ia sudah mencoba menepuk-nepuk pipi San tapi dia tak juga membuka matanya.
"Sial, kau pingsan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pet : Sanwoo/Woosan
FanfictionSan dijual oleh kedua orangtuanya ke tempat perdagangan manusia untuk melunasi hutang mereka pada rentenir. San menghabiskan sisa hidupnya didalam kandang besi, San juga sempat berpikir untuk bunuh diri tapi ternyata kesialannya masih terus berlanju...