San menghela nafasnya berat, sedari tadi Wooyoung terus berdiam diri saja dan tak membuka suaranya, sepertinya bukan kalimat itu yang ingin didengar Wooyoung, lalu apa. San sedikit melirik pada Wooyoung yang sedang menegak wine disana.
Ia tak boleh seperti ini terus-menerus, San tak bisa terus di dominasi oleh Wooyoung, sekarang ia lah yang harus mendominasi, karena San sudah berniat seperti itu sejak dulu. Tapi San takut jika Wooyoung akan menangis lagi.
"Woo, aku akan pergi jika kamu terus berdiam diri seperti itu."
Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya saat mendengar San yang sedang mencoba mengancamnya, bahkan dia tak dapat keluar dari rumahnya sekarang. Wooyoung tersenyum tipis, San terlihat sangat tampan jika sedang mencoba mendominasi seperti sekarang.
Wooyoung bahkan tau apa kelemahan San, dia tak bisa melihat dirinya menangis dan itu tentu saja dapat ia gunakan terus-menerus, meskipun ia jadi terlihat seperti seorang yang tak memiliki hati, tapi ia benar-benar tak ingin San pergi dari sisinya kembali.
"Kamu sudah berjanji tak akan pergi lagi."
San kembali menghela nafasnya saat ia melihat Wooyoung yang sudah mulai mengerucutkan bibirnya itu disana, Wooyoung seperti paham bagaimana cara agar dia dapat mengendalikannya. San mendudukan dirinya disamping Wooyoung.
San mengusap pipi Wooyoung, entah apa yang dipikirkan Wooyoung dengan dia yang mempermainkan dirinya itu sekarang. San mengambil ponsel miliknya saat ia mendengar suara dering telepon dari ponselnya itu, ia melihat nama Seonghwa tertera dilayar ponselnya.
"Halo kak?"
"San, kapan kamu akan kembali ke hotel?"
Wooyoung tentu terkejut mendengar pertanyaan Seonghwa pada San, apa maksudnya dengan kembali ke hotel, ia tau jika orang yang menelpon San sekarang adalah Seonghwa karena San hanya memanggil sebutan kak pada Seonghwa.
"Aku akan kembali sebentar lagi kak, aku masih–"
Belum sempat San menyelesaikan ucapannya, Wooyoung sudah terlebih dahulu merebut ponselnya itu. San menatap Wooyoung dengan bingung, dia terlihat marah sekarang dan apa yang membuatnya marah, ia sungguh tak dapat memahami emosional Wooyoung.
"Kamu tak boleh pergi San, kamu harus tetap disini! aku tak akan membiarkanmu pergi!!"
"Tapi Woo, aku harus kembali, aku harus–"
"TIDAK!!"
Wooyoung memeluk San dengan erat, bagaimana bisa ia membiarkan San berduaan dengan Seonghwa di kamar hotel yang sama, itu tak mungkin, bahkan ia merasa cemburu dengan hanya membayangkannya saja. Wooyoung mulai mengerucutkan bibirnya.
San mengusap wajahnya pelan, jika ia terus ditahan seperti ini, ia tak memiliki kesempatan untuk dapat menyakinkan Seonghwa dan Seonghwa tentu saja akan marah dengan ini semua. Sepertinya sebelum menyakinkan Seonghwa, ia harus menyakinkan Wooyoung terlebih dahulu.
Wooyoung benar-benar merasa sakit hati
mengingat selama 6 tahun ini San ternyata bersama Seonghwa dan mereka pasti hidup bersama, di tempat yang sama juga, hanya berdua. Membayangkannya saja sudah membuat Wooyoung merasa sangat kesal."Jawab dengan jujur San, apa kamu menyukai Seonghwa?"
"Aku hanya menyukaimu, Woo. Dan akan terus seperti itu, aku bahkan melanjutkan pendidikanku dan mendapatkan pekerjaan agar aku dapat sedikit pantas untukmu."
Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya, jadi selama ini San merasa tak pantas untuk dirinya dan dia memilih untuk pergi demi melanjutkan pendidikannya itu. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu, bahkan ia bisa membiayai San.
Tapi tak bisa dipungkiri ia merasa senang dengan San yang rela berjuang agar dia dapat merasa pantas untuk dirinya, mau bagaimanapun San, Wooyoung akan terus menyukainya. Ya, ia menyukai San, sangat menyukainya, dia selalu dapat membuat Wooyoung merasakan kembali kehadiran ibunya itu.
"Kenapa kamu harus pergi? aku dapat membiayaimu San, aku juga dapat memberikan pekerjaan untukmu."
"Tidak Woo, aku ingin mendapatkannya dengan usahaku sendiri, jika aku mendapatkannya darimu, maka aku tak akan pernah merasa pantas untuk bisa menjadi kekasihmu."
Kalimat terakhir yang diucapkan San berhasil membuat Wooyoung tersipu malu, bahkan jantungnya kembali berdetak dengan cepat, ia berharap San tak dapat merasakan detak jantungnya yang berpacu dengan cepat itu disana.
"Jadilah kekasihku Woo dan jika aku memang belum pantas untukmu, aku–"
"I will, San."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pet : Sanwoo/Woosan
FanfictionSan dijual oleh kedua orangtuanya ke tempat perdagangan manusia untuk melunasi hutang mereka pada rentenir. San menghabiskan sisa hidupnya didalam kandang besi, San juga sempat berpikir untuk bunuh diri tapi ternyata kesialannya masih terus berlanju...