Muhammad Irsyad Al-Fatih, santri pemilik senyuman termanis menurut Aisha. Lelaki kelahiran 2002 itu terkenal dikalangan santriyah karena piawai dalam memainkan darbuka. Sosoknya yang lembut dan sederhana menjadi faktor utama mengapa Aisha yakin menjatuhkan hati padanya. Karena pikirnya mencintai Irsyad dan keperibadiannya yang terlihat sangat menghargai wanita mustahil akan membuat dirinya sakit hati.
Jujur saja, ketakutannya selama ini semenjak mengenal dunia percintaan adalah patah hati. Mengingat ia punya riwayat penyakit mental yang masih menyisakan trauma sampai sekarang menjadikannya lebih berhati-hati dalam menimang-nimang pilihan.
Jika dibeberkan segamblang-gamblangnya, sebenarnya Aisha selama ini tidak pernah rukun dengan isi hati dan pemikirannya. Mencintai Irsyad seringkali menimbulkan pro dan kontra yang tak pernah usai dalam otaknya. Hari ini boleh saja Aisha kegirangan setelah melihat Irsyad secara sembunyi-sembunyi atau bahasa khasnya 'mengintip', namun setelahnya ia akan mulai berperang dengan pikirannya.
'Apa kau lupa dengan sifatmu yang keras, cuek pada lelaki dan mempunyai kadar gengsi yang tinggi. Melihatmu sekarang kau seperti sedang merendahkan harga dirimu sendiri dengan mencintai lelaki lebih dahulu. Jangan lupakan qodratmu sebagai wanita.'
'Mencintai dan menyukai seseorang bukanlah hal yang memalukan. Mencintai seorang lelaki lebih dahulu tidak termasuk kejahatan selagi wanita itu tidak mengungkapkan duluan maka haram baginya disebut wanita murahan.'
Kadangkala, Aisha ingin menjadi pribadi yang bodo amat-an. Ia ingin fokus mencintai lelaki yang dicintainya tanpa harus mendengarkan jeritan raga yang terpenjara dalam jiwa. Ia hanya ingin mencari kebahagiaan ditengah tekanan hidup. Buktinya cinta pertamanya ini mampu membuat dunianya terasa lebih baru, eufhoria senentiasa memenuhi sisi kalbu, dan pelangi memenuhi setiap hari-hari yang terus berlalu. Hingga tanpa ada yang tahu perlahan dirinya mulai menyembunyikan derita kehidupan dengan senyuman.
Ia memohon pada siapapun, untuk saat ini tolong jangan ada yang menyadarkan dirinya perihal qodrat seorang wanita. Biarkan ia menikmati cinta pertamanya dengan tenang.
* * *
Sesak, bau apek dari tumpukan pakaian kotor membuat Aisha tak nyaman berada lama-lama di tempat cucian kotor. Ia gegas mengambil beberapa baju kotornya dan memasukannya kedalam ember. Lemarinya saat ini mungkin kosong, karena hampir semua bajunya akan ia cuci hari ini. Sungguh, Aisha juga tak mengerti dirinya yang sangat teramat malas mencuci pakaian. Akibat dari kemalasannya ini, ia harus bekerja lebih keras sebab senin ini air keran di bak cucian surut, entah kerusakan apalagi yang terjadi pada pak sanyo.
Mau tak mau, Aisha harus berjalan kaki agak jauh dari kawasan kobong menuju pinggiran sungai dengan batu-batu besar. Tidak sendiri, karena ia membawa kedua temannya untuk mencuci bersama. Wajahnya sungguh masam tak bergairah mengeluarkan beberapa setel pakaian dari dalam ember. Namun hal itu justru membuat Gissya dan Via menertawakannya.
"Kang londri," celetuk Gissya.
"Sumpah kalo karena gak ada baju ganti aku gak bakal nyuci. Males banget," keluh Aisha, "Mana panas lagi."
"Jangan nurutin terus hawa nafsu dong. Kalo gak mau capek kakak kasih tau caranya, mau tau?"
"Apa?"
"Kalo baju baru satu setel tuh langsung cuci, karena kita juga gak tau kapan pak sanyo tiba-tiba butuh perhatian. Buktinya sekarang air keran surut, mana cucian kamu banyak, nyucinya harus di kali lagi."
Aisha mendengus sebal. "Kemarin aku piket masak, tau sendirilah gimana sibuknya aku kalo hari minggu, ditambah cucian hari jumat, mana sempet aku nyuci kalo udah nyentuh pekerjaan dapur."
"Ck." Gissya menggeleng.
Setitik ide cemerlang terbit di otak Via untuk mengembalikan energi hari senin sahabatnya itu.
"Ck, semangat dong, jadikan ini gambaran kalo kamu udah nikah sama Irsyad nanti."Maka dengan begitu saja, senyuman perlahan terulas di wajah Aisha, sungguh sederhana namun jitu. "Tetep aja kalo udah nikah pun gak mungkin sebanyak ini," jawab Aisha.
"Lebih banyak dari ini Sha, inget dong cita-cita kamu yang pengen punya tujuh anak laki-laki. Tapi tenang aja pasti nanti nyucinya dibantuin sama bapak Irsyad."
Aisha tertawa. Via menyenggol Gissya dengan sikutnya, "Kebayang gak sih kalo Aisha udah nikah nanti?" guraunya.
"Gimana yah, Aisha tuh cuek parah, ditambah Irsyad yang kalem. Gak kebayang, sesepi apa rumah mereka nanti," tambah Gissya.
"Punten nya, lelaki yang cenderung kalem diluar belum tentu kalem didalam juga. Siapa tau kalo dia udah sama wanita yang dicintainya jadi agresif," celetuk Aisha.
"Waduh, gak beres nih udah mikir sampe sejauh itu."
"Bukannya sengaja mikir tapi emang tiba-tiba melintas aja di pikiran," jawabnya tanpa dosa. Lalu setelahnya ia dibuat salting sendiri dengan ucapannya barusan.
"Gimana kalo jodoh kamu bukan dia?"
Aisha menghela napas. "Aku hanya mau nikah sama cinta pertama aku."
Via dan Gissya hanya bisa pasrah dengan kebucinannya Aisha pada Irsyad. Inikah yang disebut kekuatan cinta pertama? Senyuman Aisha begitu mekar seolah-olah ia sangat meyakini bahwa cinta selamanya tentang kebahagiaan. Via dan Gissya yang bisa dibilang cukup senior dalam dunia percintaan hanya bisa tersenyum prihatin melihat hal ini.
* * *
TBC
To Be ContinuedBuat yg udh ngevote makasih, pembaca gelap semoga harinya diberi cahaya ilahi sampai ada waktunya allah turunkan hidayah agar jempolmu tak lagi terjerumus dalam jurang kegelapan. Vote gratis seumur hidup!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dalam Untaian Doa (END)
Teen FictionBudayakan vote dan coment sebagai tanda dukungan❤️ Ketika Aisha Putri Adila menginjakan kaki di Pondok Pesantren An-Nur dengan pemandangan pantainya yang menjadi ciri khas lekat, ia bertemu dengan Ahmad Idris Assegaf, seorang Gus tampan berhati ding...