Via adalah satu-satunya orang yang mengenal Aisha lebih dari siapapun termasuk Tata dan Gissya, ia yang paling mengerti bagaimana sifat dan watak gadis itu. Tak perlu heran, karena dirinya dan Aisha sejak kecil memang soulmate sejati, perihal tanggal lahir mereka yang hanya berjarak satu hari, atau perihal warna favorit yang tak jauh berbeda, juga perihal hobi nyemilin es batu yang mendarah daging. Sejak SD, SMP sampai mereka memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren, semua dirundingkan dengan matang hingga akhirnya mereka terus bersama-sama sampai detik ini.
Mungkin ini agak sesat, tapi pernah terlintas dibenaknya perihal Aisha yang begitu dingin kepada lelaki, tentu hal ini berbanding terbalik dengannya yang cukup friendly. Kurang ajarnya ia pernah menyangka jika Aisha punya kelainan dimana gadis itu tidak bisa menyukai lawan jenisnya. Sampai-sampai ia pernah menghindari Aisha hanya karena pemikiran konyolnya ini, dan darisana terjadi pertengkaran yang sampai sekarang jika dipikir-pikir lucu juga. Bagaimana tidak, semua orang juga pasti akan sependapat dengan dirinya, pasalnya Aisha begitu cuek setengah mati pada lelaki bahkan saudara sepupunya sendiri. Ia tak mengerti untuk ini, tapi ketika dia bertanya sebab dibalik itu, gadis itu memberikan jawaban yang tak terduga, begini katanya ...
"Jujur, bukan so jual mahal. Tapi aku gasuka interaksi sama cowok, Ya. Rasanya tuh kek aneh aja gitu, gak peduli seberapa banyak cowok yang deketin aku, aku selalu merasa sikap dan kata-kata mereka menjadikan akutuh kaya wanita murahan tau gak? Gombal-gombal gitulah, terus basa-basi yang sama sekali gak menarik. Bukan gak tertarik sama cowok, tapi dari kecil papa tuh selalu nashetin aku buat bisa jaga diri, dan bunda bilang kalo jadi wanita tuh harus mahal."
Dan pada suatu kesempatan ia juga pernah bertanya kepada sahabatnya itu perihal apakah dirinya tidak berniat mencari pacar diusia mereka yang kini sudah mempunyai KTP? Lagi-lagi jawaban gadis itu membuat Via terpekur.
"Aku bukan wanita sempurna, Ya. Tapi spek cowok idaman akutuh diatas rata-rata banget. Gak tau diri ya? Emang. Sekalinya suka sama cowok, cowoknya gak bisa digapai, sengaja biar gak bisa pacaran. Untuk saat ini, aku gak butuh siapapun memasuki hati aku, lagi mode nyaman sendiri. Dan menurut aku pacaran itu ribbet, harus prioritasin orang yang belum tentu jadi jodoh kita, paling repot kalo udah galau, ergh! Kamu tau gak cita-cita paling konyol yang aku impikan?"
"Apa?"
"Aku cuma pengen mencintai satu lelaki di dunia ini setelah papa, dan aku hanya akan menikah dengan cinta pertama aku. Udah itu aja."
Dan setaunya, sahabatnya itu tipikal orang yang ambisius, dan perfeksionis. Juga teguh pendirian, dia tak pernah mengingkari janji dan tak pernah berdusta dengan apa yang dikatakannya. Kadang Via insecure untuk ini. Tapi, setelah mengenal Irsyad, ia sadar ada perubahan besar dalam diri sahabatnya, bahkan ia nyaris tak mengenali sifatnya yang berbanding terbalik sebelum mengenal lelaki.
Bukan sekali dua kali gadis itu mereog karena hal sepele contohnya berpapasan dengan Irsyad, kadang saking kesalnya, ia pernah punya niatan menendang Aisha ke planet mars saat sahabatnya itu sedang mode bucin akut pada lelaki itu. Apa yang istimewa dari Irsyad? Ia pikir tidak ada, tapi begitulah keajaiban cinta pertama, bahwa kita meyakini semua kebahagiaan itu tak akan pernah berakhir. Hingga puncaknya kemarin, untuk pertama kalinya seumur hidup, Via melihat Aisha menitikan air mata hanya karena lelaki, HANYA KARENA LELAKI KURANG AJAR seperti Irsyad. Yang menurutnya lelaki itu tak tau diri, sebab sudah dicintai oleh wanita sempurna tapi malah menghina-hina. Minimal jika tidak jatuh cinta jangan memberi harapan lah.
Sudahlah, jika membahas persoalan dua hari yang lalu hanya akan membuat dirinya berapi-api teringat akan chat yang dikirimkan Irsyad. Dan lebih parahnya, kenapa harus Gissya? Jenis pertanyaan yang sama dibenak Sofa, Tata dan juga dirinya termasuk Aisha. Ia harap, semoga Gissya tak tahu tentang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dalam Untaian Doa (END)
Teen FictionBudayakan vote dan coment sebagai tanda dukungan❤️ Ketika Aisha Putri Adila menginjakan kaki di Pondok Pesantren An-Nur dengan pemandangan pantainya yang menjadi ciri khas lekat, ia bertemu dengan Ahmad Idris Assegaf, seorang Gus tampan berhati ding...