PART 37: TRENDING TOPIK

34 5 0
                                    

Sampai di kobong, Aisha membuka pintu menggunakan kaki sebab kedua tangannya ringkih memegangi segala bingkisan dan bunga dalam pelukan. Di lantai dua terdengar masih ramai yang itu berarti teman-temannya belum bergumul ke peraduan. Ia gegas saja menaiki tangga untuk menyuguhkan bingkisan dari Ustadzah Aminah. Selesai menginjak tangga terakhir semua pasang mata kini tertuju padanya. Kehadiran Aisha sukses menjeda obrolan mereka.

"Ini ada makanan dari Ustadzah Aminah. Dimakan bareng-bareng yah."

Maka dalam sepersekian detik, bahkan Aisha belum sempat melangkah saja kantong kresek yang baru diletakan itu sudah tertutup dikerumuni oleh teman-temannya dengan kehebohan yang mendominasi. Tidak heran, pasalnya ini santri. Bukan tentang kelaparan, tapi tentang mencari barokah dibalik kata ngantri. Ia hanya bisa tersenyum senang, lalu memilih mendaratkan bokongnya di lantai menyatu dengan mereka yang kini mulai bubar satu persatu dan menikmati makanan yang telah diambilnya.

"Mbak Aisha makasih."

"Kak Sha makasih makanannya."

"Makasih."

"Sha makasih."

"Mba Aisha nuhun."

Aisha hanya mengangguk dengan senyuman hangat. Ia terlalu lelah untuk menjawab satu persatu ucapan mereka. Disisi lain, ia senang mendapati sahabat-sahabatnya tampak menikmati makanan itu meski jaraknya agak jauh darinya. Dari tempatnya Via terlihat melambaikan tangan, begitupun dengan Sofa, Gissya dan Tata. Kakinya terlanjur letih untuk menghampiri mereka meski satu ruangan. Jadi ia membiarkan dirinya selonjoran seraya menyenderkan punggungnya di tembok kobong yang terasa hangat.

"Mbak Aisha, bukannya bucket bunga punya mbak dititipin sama saya. Kok itu ada lagi sih?"

Aisha barusaja bernafas lega tapi celetukan seseorang yang dititipi bunga dan ijazah olehnya buka suara, dan itu berhasil membuatnya membeku. Padahal dirinya barusaja membuat perjanjian dengan Gus Idris untuk menyembunyikan hubungan mereka. Apakah harus secepat ini? Haruskah ia memalsukan kenyataan bahwa bunga ini diberikan oleh Ustadzah Aminah? Haruskah ia berbohong?

"SYUUUUTTT!!!" Gadis pemilik bibir comberan mulai beraksi. Aisha ditempatnya kini mulai ketar-ketir menunggu apa yang akan Via katakan.

"Kalian sadar gak sih kalo tadi kemeja Gus Idris sama bajunya Aisha itu samaan?"

Aisha kehabisan kata-kata untuk membela diri terlebih anak-anak mulai heboh.

"Samaan apanya?!"

"Warnanya! Sage-sage masa!!!"

"SYUUUUTTT!!!"

Mereka kembali diam hanya karena Via memberikan isyarat bahwa dirinya akan kembali membeberkan fakta.

"Kalian juga sadar gak sih kalo Aisha tiba-tiba pake gelang. Padahal katanya dia gak pernah suka pake gelang." Via memberikan kerlingan jahil ke arah sahabatnya yang kini sudah merah padam.

"Tapi ini bukan tentang itu. Kalian mau tau apa?" lanjutnya dengan mimik wajah sok misterius.

"Apa-apa??!!!"

"Apa?!"

"Tentang naon atuh!!!"

"Syuuuuuttt!!!"

"Gelang yang dipake Aisha couplean sama Gus Idris!!!!"

"Aaaaaaaa!!!!"

"Apa iya?"

"Yang bener!"

"Mbak Aisha bisa tolong jelaskan?"

"Kita butuh mic untuk mendengar klarifikasi."

"Mbak Aisha shipper baru! Siap?"

"Teruntuk sodara Aisha bisa tolong jelaskan?"

Kita Dalam Untaian Doa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang