Madrasah ini terdengar ramai oleh teman-temannya yang sedang mutolaah kitab, menghafalkan nadzom sampai yang menalar jurmiyah dalam agenda menunggu kedatangan sang guru. Tapi di sudut yang sama, Aisha dan Via memilih bercengkrama alih-alih mengikuti kebiasaan baik teman-teman seangkatannya, mereka pikir, tak apa, karena jarang-jarang pula mereka menjadi pangedulan begini. Bagi keduanya, cerita pagi ini adalah salah satu hal yang tak bisa dilewatkan sebab begitu bombastic.
"Emang dari awal kamu sama Irsyad udah berduaan di balong?" tanya Via menelisik.
"Iiiih,,, gak lama. Orang keburu datang si Shelma--"
"Tapi pas Shelma belum datang, dia ada liatin kamu gak Sha?"
"Beuh, sumpah Ya, agak takut juga sebenarnya. Soalnya ya ni meskipun aku gak noleh aku bisa ngerasain dia lagi merhatiin aku. Lama-lama risih juga sih sebenarnya," tutur Aisha. "Tangannya boleh aja sibuk nyabunin perbotan, tapi matanya tuh ke aku teruuuuusss..."
"Bukan aku keuGR-an ya, Ya? Tapi iiihh, kenapa sih kek ada yang aneh aja gitu dari dia."
"Terus yang paling BOMB nya!!! Pas aku udah selesai nyuci, waktu itu tuh aku lagi cari santri buat minta tolong bawain cucian, tapi bukan dia yang aku maksud, tapi kamu tau gak apa yang terjadi?! Dia! Dia tiba-tiba nyamperin terus nawarin dirinya gitu aja..." Aisha menggeleng tak habis pikir dengan mata membulat.
"Sampe-sampe aku speechless, gak bisa berword-word lagi! 'Kek apaan nih?' Sampe si Shelma yang ada disana yang jawab pertanyaan dia!"
"Emang dia gimana ngomongnya pas nyamperin kamu?" tanya Via tak kalah heboh.
"Katanya gini 'Maaf, mbak ini cuciannya udah semua? Biar saya yang bawa.' Masya allah banget kan?! Seorang Irsyad loh?!" Aisha bertepuk tangan singkat lengkap dengan wajah shock yang tak dibuat-buat. Berbeda dengan Via yang malah dibuat berpikir.
"Kamu mikir gak sih Sha?" Via menoleh, menatap sahabatnya itu dengan tatapan serius.
"Mikir apa?"
"Mikir gak sih kalo Irsyad itu nyesel udah nyia-nyiain kamu...?"
"Gamungkin!"
"Mungkin aja! Coba flashback, kamu tau sendiri kan gimana sikap dia yang terkenal di kalangan santriyah waktu dia masih digosipin deket sama kamu?! Kulkas 10 pintu, Sha?! Terus ini apa kalo bukan cinta?!!!" Via greget sendiri.
"CINTA?!" Aisha kaget.
Sontak semua pasang mata kini tertuju pada Aisha akibat volume suaranya yang lepas kendali. Mereka hanya melempar tatapan tak nyaman dan keheranan lantas kembali sibuk pada kegiatannya masing-masing.
"Kebiasaan kamu Sha!"
"Maaf maaf... tapi apa yang kamu bilang tadi diluar nalar banget! Ya gamungkinlah!" Aisha kembali membawa suasana ke dalam topik obrolan yang sempat terjeda.
"Bisa aja Irsyad nyesel setelah tau sifat asli Kak Gissya. Terus dia balik ke kamu dan nyesel juga karena udah nyia-nyiain kamu, Sha," bisik gadis berkerudung hitam itu takut-takut kalo ada yang mendengarnya.
Sekelebat pemikiran sesat tiba-tiba melintas begitu saja di otak Via, dan ia harus mengeluarkannya, "Cie Sha,,, aku ramein lagi deh kapal Irsyad Aisha," ungkapnya.
PLAKKK!
"Gilla kamu Ya!" Aisha melotot tak main-main. Tak habis pikir dengan jalan pikiran Via yang gila. Bukannya gadis itu sendiri yang menyaksikan bagaimana dunianya hancur oleh lelaki itu meski kini dirinya mulai membaik? Sahabat macam apa itu.
"Maaf, becanda doang Sha. Jangan ngambek," entengnya.
"Kesel aku, Ya!"
"Ya maaaaf, mana tega aku cengcengin kamu sama brengsek itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dalam Untaian Doa (END)
Teen FictionBudayakan vote dan coment sebagai tanda dukungan❤️ Ketika Aisha Putri Adila menginjakan kaki di Pondok Pesantren An-Nur dengan pemandangan pantainya yang menjadi ciri khas lekat, ia bertemu dengan Ahmad Idris Assegaf, seorang Gus tampan berhati ding...