Lee Family Series (Minsung with Sunghoon)

Pertemuan

Keempat lelaki itu berkumpul di sebuah meja melingkar. Salah satunya terus menggerutu karena pertemuan mendadak yang dibuat Minho. Saat Minho menyuruh untuk berkumpul di cafe Felix, dia sedang dalam 'proses membuat adik untuk Niki' dengan istri manisnya.

"Apa? Keperluan lo minta kita kumpul cuma buat suruh kak Chan pindahin sekolah Jake? Itu doang?"

"Bukan, dengerin dulu sebelum mulut lo gue sumpel sambel ayam geprek."

Hyunjin -yang daritadi menggerutu- refleks menutup mulut seksinya karena ucapan Minho barusan.

"Ini ada hubungannya sama Lia."

"Lia? Lo ketemu Lia dimana?" Kali ini yang bertanya adalah Seo Changbin, suami dari pemilik cafe.

"Bukan gue yang ketemu, tapi Sunghoon sama Jisung."

"Jisung ketemu Lia? Kok bisa?"

Akhirnya Minho menceritakan semuanya dari awal. Dari dirinya yang melihat wajah Sunghoon terluka, hingga semua penjelasan Sunghoon padanya.

Bangchan selaku ayahnya Jake hanya diam mendengarkan. Dia terima-terima saja saat Minho memintanya untuk memindahkan sekolah Jake. Tanpa permintaan Minho pun, jika Jake tahu Sunghoon akan pindak sekolah, Jake pasti ingin ikut.

"Wah... gak beres nih si Lia."

"Bukannya Lia udah cerai ya sama suaminya? Itu pun gak lama setelah dia nikah, gue tau info ini dari Yeji ya. Bisa-bisanya dia ngakuin lo sebagai ayah dari anaknya."

"Obsesi si Lia sama lo kayanya gak pudar-pudar, Ho. Lo pake pelet apa dah?"

Minho malah tersenyum menyebalkan karena ucapan Bangchan. Memasang wajah sok tampannya, Hyunjin ingin sekali menampar Minho, tapi dia lebih takut mulutnya disumpal sambal ayam geprek.

"Terus sekarang lo mau apa?"

"Gue minta pendapat kalian, apa yang harus gue lakuin?"

"Sebenernya urusan Sunghoon udah beres sih gue rasa, cuma ya kita gak bisa lepasin Lia gitu aja. Seenggaknya harus kasih dia sentilan dikit."

"Gue ada ide, karena Lia nyerang anak lo, kenapa lo gak serang juga anaknya dia?"

Hwang Hyunjin ini memang penuh drama, tapi jika urusan seperti ini dia memang jagonya. Tidak salah Minho mengajaknya berkumpul malam ini.

"Ide bagus."

.

.

.

Keesokan harinya, Minho benar-benar menjalankan aksinya. Dia meminta bantuan Jake untuk mengirimkan foto anak bernama Saeri yang tak lain adalah anak dari Lia. Melihat wajahnya, ternyata tidak lebih tampan dari Sunghoon.

Minho menunggu di depan sekolah Sunghoon, dia melihat satu per satu anak yang keluar dari sekolah. Minho tidak sendiri, Hyunjin ikut bersama dengannya.

"Itu! Itu dia anjir!"

"Mana?!"

"Ah anjir, lo mah lama!"

Hyunjin yang berlari lebih dulu. Dia menahan tangan anak itu.

"Kim Saeri kan?"

Anak itu terlihat kebingungan, tapi dia kemudian menganggukkan kepalanya.

"Bisa bicara sebentar?"

"Om siapa?"

"Ayahnya Sunghoon." Tidak, bukan Hyunjin yang menjawab, melainkan Minho yang berdiri di belakang Hyunjin.

Saeri meneguk ludahnya sendiri. Jujur saja dia baru kali ini melihat ayahnya Sunghoon yang juga dia akui sebagai ayahnya. Wajahnya ternyata mirip dengan Sunghoon.

Dan kini mereka berakhir di cafe kecil di pinggir jalan dekat sekolah. Minho dan Hyunjin tidak ingin membawa anak itu jauh-jauh, takut dikira pedofil katanya.

"Jadi, kemarin kamu sempat masuk rumah sakit karena Sunghoon?"

Saeri tersenyum sendu, "Iya, tapi sebenarnya gak terlalu parah. Cuma mama yang berlebihan sampai bawa aku ke rumah sakit."

"Ah, begitu. Sunghoon bilang, kamu sering mengakui saya sebagai ayah kamu, itu benar?"

Saeri terlihat gugup dengan pertanyaan Minho. Dia menggigit bibir bawahnya. Minho menyimpulkan kalau Saeri ini sepertinya seorang submisif. Miris sekali, dulu Lia sangat membenci lelaki submisif, katanya mereka banci, tapi sekarang dia terkena karma, anaknya sendiri terlahir menjadi seorang submisif.

"Maaf, om. Kalau aku tanya mama dimana papa, mama selalu bilang kalau papa nya Sunghoon itu papaku. Tapi Sunghoon gak terima tentang itu."

"Wajar Sunghoon tidak terima, karena saya memang bukan ayah kamu."

Hyunjin menyodorkan sebuah foto seorang lelaki.

"Kamu kenal dia?"

Saeri menggeleng.

"Dia lah ayah kamu. Mama kamu dan dia bercerai, tak lama setelah mama kamu mengandung kamu."

Saeri menatap foto lelaki itu cukup lama. Jika dilihat, wajahnya memang mirip dengan wajah lelaki dalam foto. Jika dibanding dengan wajah Minho, dia tidak memiliki kemiripan sama sekali.

"Jadi, mama selama ini berbohong?"

"Saeri, kamu harus tahu kalau mama kamu dari dulu menyukai om Minho ini, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan."

"Bukan cinta, itu lebih seperti obsesi. Jadi tidak heran jika mama kamu membuat kebohongan ini."

Anak itu mengepalkan tangannya. Matanya berkaca-kaca. Merasa sakit hati sekaligus malu karena selama ini dia dibohongi oleh ibunya sendiri.

"A-aku minta maaf, om. Aku salah. Harusnya aku gak percaya begitu aja sama ucapan mama."

"Gak apa-apa, saya ngerti."

"Dibalik foto itu ada nomor ponsel ayah kamu, kalau kamu mau, kamu bisa hubungi dia."

"Beneran, om?"

Minho dan Hyunjin sama-sama mengangguk.

Mata Saeri berbinar, terlihat sekali dia sangat senang. Saeri tidak bersalah, dia hanya seorang anak yang ingin tahu keberadaan ayahnya.

"Makasih ya, om. Sekali lagi aku minta maaf. Soal Sunghoon, apa om bisa sampaikan permintaan maafku?"

"Ya, nanti akan saya sampaikan."

"Makasih, om. Makasih banyak."

Sebenarnya Hyunjin ingin penyerangan yang lebih dari ini, tapi Minho bilang dia tidak tega pada Saeri. Biarlah keadaan yang mengatur, Minho juga yakin jika setelah ini Saeri akan sangat kecewa pada Lia, dan dia tidak akan mempercayai ucapan Lia dengan mudah, hubungan keduanya pun pasti akan menjadi renggang. Itu saja pasti sudah cukup menyakitkan bagi seorang ibu. Ya, jika Lia mempunyai sisi keibuan.

Apalagi setelah mendapat nomor ponsel ayahnya, bisa jadi Saeri memilih untuk hidup dengan sang ayah dan meninggalkan Lia, siapa tahu kan Lia akan ditinggal sendirian.

Berterima kasihlah pada kembaran Hyunjin yang bernama Yeji karena usahanya untuk mencari informasi ke teman-temannya demi mendapatkan nomor ponsel mantan suami Lia.

.

.

.

.

.

Satu konflik beres, kita lanjutkan konflik berikutnya hehehe...