BAB 2

175 22 0
                                    

Setelah pernikahan tertutup, Serra menjadi sangat pendiam. Dia tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada keluarganya, bahkan ketika dia harus berangkat kembali ke New York yang menjadi tempat tinggalnya selama ini. Begitupun dengan Archie, pria itu hanya diam, mengikuti Serra, tetapi setiap detail perlakuannya akan selalu berdampak kepada Serra. Seperti ketika pria itu memasangkan sabuk pengaman kepadanya ketika mereka di dalam mobil menuju bandara.

Seharusnya pernikahan itu dilaksanakan dengan megah, seperti kedua orang tuanya. Seluruh media menampilkan upacara khidmat kedua mempelai di televisi nasional, parade mengelilingi kota, dan berbulan madu di tempat yang sudah direncakan. Tetapi tidak dengan pernikahannya, tidak ada upacara megah apalagi sampai di tayangkan di televisi nasional, tidak ada parade, dan tidak ada bulan madu. Bahkan tamu undangan hanya dihadiri oleh keluarga inti kerajaan, dan beberapa wartawan eklusif yang diundang. Pernyataan pernikahan keduanya memang sempat mendapatkan keterkejutan di publik. Mereka tentu saja tidak pernah menyangka Dasarata Archie Djovan Mallory yang diromorkan adalah seorang gay ternyata menikahi putri bangsawan dari kerajaan de León. Bagaikan seorang putri yang disembunyikan, Abrata Serra Rue de León benar-benar mengejutkan semua orang, seperti porselen yang dijaga ketat, tubuhnya berbalut gaun pengantin putih tulang yang sangat pas ditubuhnya. Tidak ada yang menduga, wanita itu adalah seorang putri bangsawan, pewaris tahta kerajaan de León.

"Jangan menyentuhku," desis Serra dan menepis tangan Archie dari dirinya.

"Aku hanya mencoba membantu."

"Aku tidak perlu bantuanmu," balas Serra tajam.

Dan ketika mereka sampai di depan pesawat pribadi kerajaan. Sepatu hak tinggi, dan gaun sempit di kakinya membuat wanita itu kesusahan menaiki anak tangga yang akan membawanya ke dalam pesawat. Archie dengan sigap meletakkan lengannya di samping Serra dan mau tidak mau wanita itu memeganginya jika ia tidak ingin terjatuh dan di foto oleh paparazi yang berhasil menguntit mereka.

"Kamu tidak perlu berlagak seperti suami yang baik, itu hanya akan memunculkan spekulasi publik mengenai kita." Serra duduk di kursi yang berbeda dengan Archie ketika pria itu mempersilahkannya duduk. Serra meletakkan tasnya di kursi depannya agar Archie dapat mencari kursi lain untuk dirinya.

"Aku hanya membantumu, Serra," jawab Archie lembut dan tersenyum tipis, melihat tingkah laku istrinya yang lucu. Seperti anak kecil yang tidak ingin disentuh, ketika kemauannya tidak dituruti.

"Aku tidak perlu bantuanmu, Archie."

Serra tanpa melihat ke arah pria itu, dia membuka majalah dan lembaran sampul yang Archie ada di dalamnya membuat Serra mendecih. "Seharusnya kamu menikahi Christina yang sudah lama menjadi kekasihmu. Kamu menerima pernikahan ini hanya akan membuat namamu menjadi asumsi publik. Oh Archie Mallory, Billioner yang menikahi putri kerajaan karena dia ingin menguasai segalanya. Argumen bodoh."

Archie mengulas senyum geli, Serra sangat lucu pikirnya. Nada bicara mengejek wanita itu yang dibuatnya seolah menjadi wanita penggosip di warta berita bukan membuat Archie marah, pria itu malah semakin menyukai Serra. Archie ikut membuka majalah di halaman yang ia pikir Serra juga membukanya. Ia melihat foto dirinya bersama Christina Adam ketika mereka menjadi ikon majalah bisnis tersebut.

"Untuk apa menikah dengan wanita kaku seperti Christina? Asal kamu tahu Serra, dia bukan kekasihku dan tidak akan pernah menjadi kekasihku," jawab Archie membalas Serra.

Serra tertawa sinis. "Ah ya, aku baru ingat. Dasarata Archie Djovan Mallory adalah pria cupu yang tidak pernah meniduri wanita manapun."

"Itu kamu tahu." Archie membalasnya dengan senyum penuh kegelian. Dia mempunyai prinsip tidak akan pernah meniduri wanita sebelum dia menikahi wanita tersebut. Larangan Tuhan memang untuk dihindari, begitulah yang ia tahu.

"Tinggal di Amerika dengan segudang keliberalannya, kamu masih bisa menahan tidak berhubungan dengan wanita sebelum menikahinya?" tanya Sera sinis.

Archie mengangguk tanpa Serra tahu. "Apakah itu salah?"

"Salah besar!" seru Serra tidak terima. Ia merasa dirinya tidak lebih baik dari pria itu. Serra marah karena Archie tidak seperti dulu. Kenapa rasanya tidak adil, melihat Archie yang cupu dan tidak tahu apa-apa mengenai hal tabu itu. Padahal dulu, dia adalah biang dari segala biang.

"Kamu seharusnya bermain, Archie. Menyenangkan dirimu, apa kamu belum pernah disenangkan sebelumnya?" tanya Serra sinis.

"Belum, jika kamu mau, kamu adalah orang pertama yang akan menyenangkanku."

Dahulunya, Archie tidak seperti sekarang, semenjak dia mengikuti orangtuanya ke Akkadiamadjantara, Archie menjadi sangat berubah, bukan Archie yang dikenalnya. Dia meninggalkan rokok, bertutur kata halus, bahkan selalu rapi dan tertata. Archie yang dikenal Serra adalah berandalan di sekolahnya, selalu merokok di jam kosong, bolos, bahkan sampai ikut pergaulan bebas teman-teman sekolah yang tidak dapat di pilahnya. Sementara Serra kebalikannya, dahulu dia anak baik, tidak pernah membantah, selalu berprestasi, dan menjadi kebanggan semua orang. Sekarang, Serra sendiri juga tidak mengenali dirinya. Dia bahkan melanggar banyak aturan kerajaan, seperti mabuk, pergi ke klab tanpa pengawal, berpesta ganja di pesiar, dan banyak hal yang dia lakukan tetapi tidak pernah tertangkap, itu karena Lucas Trevor selalu melindunginya dan pria itu mendapatkan Serra seutuhnya.

Kini, semuanya tidak dapat Serra kendalikan sendiri. Dia sudah tidak sendiri ada mata-mata neneknya yang akan mengawasinya seumur hidupnya–suaminya sendiri yang kini ditatapnya penuh intimidasi dan emosi. Serra yakin, keputusan Eyangnya untuk menikahkan dia dengan Archie adalah atas alasan agar Serra dapat tobat dan menjadi selayaknya putri kerajaan de León yang dihormati.

"Apa kamu sedang memperhatikanku, Serra?" tanya Archie dengan suara dalamnya yang seksi. Serra menggeleng pelan mengusir pikiran jahat yang akan merasukinya. "Serra?"

"Tidak, siapa juga yang ingin memperhatikan pria cupu seperti kamu?!" Serra memusatkan kembali penglihatannya kepada majalah yang dipangkunya.

Tetapi... sial, pikirannya terus mendengar suara Archie yang terus memangil namanya. Suara pria yang sangat nyaman untuk di dengar, apalagi ketika pria itu menyebutkan namanya.

"Serra?"

Serra tetap fokus dengan pikirannya berusaha menghilangkan suara itu dari dalam pikirannya. Tetapi kenapa suara itu terus muncul dan membuat Serra ingin menjawabnya. Serra sampai meremas majalah yang dipangkunya guna menahan dirinya agar tidak terpancing oleh panggilan Archie yang terus menghantui pikirannya.

"Serra?" Archie menepuk pundak wanita itu, dan Serra tersentak lalu menarik napasnya dalam. Sialan, pria itu berani menyentuhnya.

"Jangan sentuh aku, Archie," tegas Serra menepis tangan Archie menjauh. Archie mengangkat tangannya di udara dan berdiri di hadapan wanita itu dengan postur tubuhnya yang proposional. Otot yang pas di lengan yang tidak terlalu besar, bahu lebar yang terlihat seperti sandaran yang empuk, juga dengan dada busungnya yang Serra dapat tahu bahwa dibalik kemeja putih yang terlihat kekecilan itu bersemayam roti-roti sobek yang ingin dicicipi.

Serra meneguk salivanya sendiri.

"Kita tidak akan sampai dalam waktu dekat. Pramugarinya mengatakan akan memberikan makan malam, apa ada makan malam yang ingin kamu makan?" tanya Archie hangat kepada Serra yang sedang dengan dunianya sendiri.

"Apa saja, roti? Roti terlihat menggiurkan," kata Serra tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh Archie.

Archie mengerutkan dahinya dan menutup dadanya dengan spontan ketika mengetahui Serra sedang memperhatikan dirinya. "Kenapa kamu terlihat berbeda, Serra? Kamu seperti wanita mesum yang menginginkan aku."

"A-apa?!" Serra tersadar mengusap wajahnya kasar. "Aku? Menginginkan kamu? Yang benar saja," decih Serra dan mengambil buku karya David Bach lalu membuka halaman demi halaman dengan asal. "Kamu sebaiknya kembali ke kursimu."

"Baiklah, roti panggang dengan selai atau mentega?"

"Apa? mentega, panggang hingga kecoklatan."

"Baik, keinginanmu adalah perintah untukku."

"Itu bukan keinginanku, aku memang sedang memerintahkanmu."

-

SERCHIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang