Dengan kesal Christina masuk ke dalam ruangan Archie Mallory yang tengah memandang laptop nya dengan dahi berkerut. Archie melirik sekilas karena ia tahu Christina akan mengunjunginya. "Apa yang membuat wajahmu seperti itu Christina?" Archie bertanya dan kembali sibuk dengan laptopnya.
"Istri menyebalkanmu-lah penyebabnya. Apa dia tidak diajarkan sopan santun Archie? Dia bahkan tidak meminta maaf karena telah menyebabkan asistenku terjatuh," jawab Christina kesal.
Archie masih sibuk dan terus mengetik yang entah Christina pun tidak tahu. Wanita itu mengkode kepada asistennya untuk meletakkan dokumen yang dibawanya ke atas meja tamu dan menyuruhnya keluar. Sehingga menyisakan dirinya dan Archie Mallory yang sibuk. "Apa kamu sesibuk itu Archie? Kamu bahkan tidak memberikan tanggapanmu karena istrimu."
Archie mendesah pelan dan menautkan jari-jarinya menatap Christina yang kini berada di sampingnya berusaha menduduki pria itu. "Aku tidak perlu berkomentar. Jika memang begitu, begitulah istriku, Christina."
Christina yang kini berada di atas pangkuan Archie memainkan dasi pria itu. Ia mendecak kesal, "Seharusnya kamu memberinya pelajaran. Dia sangat kurang ajar."
Archie terlihat tidak nyaman dan berusaha untuk mendorong Christina dari pangkuannya. "Sebentar lagi juga dia akan mendapatkan pelajaran, Chris. Jadi, berkas yang aku minta sudah kamu bawakan?"
Christina mendengus. "Ya, sudah. Semuanya."
"Bagus," ucap Archie dan kembali fokus kepada laptopnya.
"Bagus? Itu saja?"
Archie melirik Christina heran. "Lalu?"
"Kenapa kamu selalu semenyebalkan ini, Archie?"
"Well, aku tidak tahu."
"Dan untuk apa semua dokumen ini? Terus kesibukanmu itu. Apa ada hubungannya?" Dahi Christina mengkerut dan dia mencium hal yang tidak beres sedang Archie lakukan.
"Benar sekali. Kamu cerdas, Christ. Tidak salah kamu akan menjadikan mu head board DAM Entertainment selama kurang lebih setahun kedepan," hentikan jari Archie membuat wanita itu menganga.
"Head board? Kamu memberikan aku posisimu?" tanya Christina sinis.
"Ya, lantas siapa lagi? Partner business yang aku percayai hanya kamu Chris. Kamu mengelola start-up dengan begitu brilliant. Jadi aku harap kamu bisa mengurusi DAM Entertainment selama aku tidak disini," ringis Archie mengakhiri pembicaraan mereka dengan mengusir Christina dari ruangan kerjanya karena Archie benar-benar sibuk.
—
Serra kembali ke rumah tepat pukul sepuluh malam. Setelah pertemuannya dengan Archie siang itu, sorenya ia bertemu dengan relasi-relasi kakaknya untuk mendapatkan sponsor di New York Fashion Week nanti. Ia juga mencoba mencari model pengganti dan terus menyeleksi model-model tersebut sampai tadi sebelum ia memutuskan untuk melanjutkan keesokan harinya. Serra begitu lelah dan rasanya tubuh kakunya ini akan patah sebentar lagi.
Ya, Serra tidak setangkas kakaknya—Abrata Skyline Abileaia de León yang kini terbaring di ruangan dingin rumah sakit keluarga kerajaan mereka. Serra juga tidak selembut, berkharisma dan telaten seperti kakaknya. Jika diingat Skyline adalah sosok putri mahkota yang begitu sempurna. Ia mengikuti semua protokol kerajaan. Bahkan ia ke Amerika bukan untuk bersenang-senang melainkan bekerja, mencari relasi, bahkan beramal. Sangat terbalik dengan Serra. Tetapi semenjak Skyline mengalami kecelakaan maut yang merenggut calon suaminya, Serra seakan menjadi tumbal kerajaan untuk melanjutkan kiprah Skyline di dunia.
Malam itu rumah terasa sangat hening. Serra yang kembali lebih awal merasa heran dan berniat untuk berkeliling sebentar. Ia teringat, semenjak tinggal di rumah Archie, ia belum banyak mengetahui tentang rumah ini. Kaki wanita itu bergerak mengikuti lantai marmer putih yang membawanya ke ruang makan, lalu ke dapur bersih dan berbelok sedikit ada ruang tengah yang dipenuhi dengan karpet-karpet yang Serra yakini untuk tidak menginjaknya. Karena ia dapat melihat beberapa serbuk kaca dan juga keramik yang berserakan disana.
Dibalik tirai panjang, Serra dapat melihat pintu sorong yang transparan dan kini terbuka lebar. Angin malampun memasuki dan hawanya sungguh mencekam. Serra melangkah serpihan kaca itu dan ingin menutup pintu kaca itu. Namun, yang membuatnya terheran adalah mengapa di kolam itu ada sesuatu yang mengambang. Serra bergegas keluar dan sedikit berlari.
"Oh, my, God!" Ia menemukan ibu mertuanya yang sudah mengambang di tepi kolam.
Tanpa pikir panjang, Serra melompat dan membawanya ke tepian. Serra memeriksa denyut nadi yang masih teraba, lalu memberikan pertolongan pertama. "Tolong!" teriak Serra sembari melakukan pompa jantung dan meniupkan napas buatan sesekali.
"Tolong! Siapapun tolong!!!"
Cecilia dengan piyama tidurnya terlihat panik, segera berlari dan terjatuh ketika mengetahui ibunyalah yang tengah tak sadarkan diri. "Panggilkan bantuan!"
Setelah Cecillia berhasil menelpon bantuan. Herra dilarikan ke rumah sakit terdekat dan dengan cepat kedua anak bungsunya menyusul dengan panik.
"How's mom?"
"Cecillia apa yang terjadi?" Estella dengan air mata yang sudah mengucur berusaha untuk masuk keruang rawat. Namun, Cecillia dengan cepat menahannya.
"Tenang, Estella, Mommy baik-baik saja. Kita tunggu kabar dari dokter. Katanya banyak air yang masuk ke dalam paru-parunya karena terlambat diketahui. Jika saja Serra tidak menolong Mommy mungkin saja. " Cecillia menggeleng tidak kuat dan menahan tangisannya. "She's gonna be okay."
Kekhawatiran juga tercetak jelas di rawut wajah Agra Van Dallas yang kini menatap Serra penuh amarah. Serra hanya bisa memeluk dirinya sendiri karena kedinginan. Bodoh sekali pikirnya, ia masih menggunakan pakaian basah tadi ke rumah sakit. Persetan, Serra sangat panik dan tidak sempat mengganti bajunya.
Amarah Agra semakin terlihat jelas ketika Archie datang. "Ce, bagaimana?"
"Bajingan! Sudah kukatakan kehadiranmu membawa sial!" Agra memukul dengan kepalan tangannya kepada Archie. Sehingga pria itu terjatuh dan memegang pipinya yang mengeluarkan seidkit darah.
Serra tentu saja terkejut dan mundur beberapa langkah.
"Kamu lihat apa yang kamu lakukan kepada Mommy?! Dia gila dan sekarang hampir mati! Itu semua karena kehadiranmu!" Agra berteriak dan segera dilerai oleh Cecillia yang mendorong mundur Agra.
Agra Van Dallas, pria itu memang berusia dua puluh enam tahun. Tetapi dia tidak dewasa sama sekali. Anak mami itulah sebutannya. Begitupun dengan Estella, keduanya sangat bergantung dengan ibu mereka. Itu yang Serra tahu ketika melihat interaksi mereka semua, dan menurut ingatannya dulu. Namun, yang masih membuat Serra keheranan adalah apa alasan Herra bisa menjadi seperti itu.
"Pergi kau! Pergilah Verdogen!"
Archie tersenyum tipis. Lalu berpesan kepada Cecillia, "Jika ia sudah sadar. Tolong kabari aku."
Agra mendecih, "Bahkan kamu tidak memanggil namanya."
Cecillia menenagkan Agra dengan mengusap bahu pria itu. Sementara Estella tidak sanggup beridri dan memilih untuk duduk di kursi koridor. Mata wanita itu kini mengarah kepada Serra yang kedingingan menempel di dinding. Cecillia tersenyum tipis dan mendekati adik iparnya. "Serra, kamu sebaiknya pulang. Kamu bisa sakit jika terus memakai baju basah ini."
Serra mengangguk dan mengikuti Archie. Wanita itu berjalan menyusuri langkah Archie. Serra menginjak lantai keramik putih itu sesuai dengan langkah suaminya. Ia melihat kebawah tanpa melihat apa yang sedang di depannya. Archie seketika menghentikan langkahnya dan berbalik badan menatap istrinya—seperti kelinci yang sedang mengikuti jejak temannya di salju. Archie tersenyum, dan lebih tersenyum lagi ketika dahi Serra menubruk dadanya.
"Aw," gumam Serra memegang dahinya yang tertabrak dada bidang Archie—keras ternyata.
"Apa kamu mengikuti langkahku?"
"Tidak," jawab Serra dengan cepat dan melangkahi Archie.
"Apa kamu yang menolong ibuku?" Serra tidak menjawab sementara Archie masih dengan senyuman bodohnya. Pria itu berjalan disamping Serra dan merangkul bahu istrinya. "Kamu sepertinya kedingingan, kita harus bergegas sampai mobil."
Dahi Serra mengerut dan belum sempat dia melepaskan rangkulan Archie pria itu sudah terlebih dahulu menggendong Serra. "Archie!"
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SERCHIE
RomanceSERCHIE | © 2023, Ani Joy. All rights reserved. Ini adalah sebuah karya fiksi. Nama, karakter, insiden, dan Dialog adalah produk dari imajinasi penulis dan tidak akan dibangun sebagai nyata. Kemiripan apapun untuk peristiwa nyata atau orang-orang, h...