BAB 33

63 10 0
                                    

Jamuan makan malam Sang Raja diadakan di aula istana. Ruangan yang besarnya dua kali lipat ruang pertemuan di istana negara itu kini dipenuhi oleh meja-meja dan kursi-kursi yang akan diduduki oleh tamu undangan dari kerajaan lainnya. Meja-meja prasmanan mengisi ruang-ruang kosong dan meja panjang yang berada di tengah aula diduduki oleh Gusti Tedjo dan tetua adat Akkadiamadjantara. Sementara itu, perwakilan dari kerajaan-kerajaan memenuhi kursi-kursi kosong yang tersedia.

Salah satunya kursi milik Princess of Ajuda—Abrata Serra Rue de Leon. Kursinya berada di meja paling depan dekat dengan meja milik kerajaan Akkadiamadjantara yang menandakan bahwa mereka kini menjalin hubungan baik dan lebih dari itu—mereka adalah keluarga sekarang. Di meja itu, duduk Arden Christo, selalu sekretaris kerajaan yang menemani Serra dalam tugasnya. Jujur saja, Christo baru sampai di Indonesia subuh tadi dan ia baru tidur sekitar tiga jam sebelum akhirnya bersiap dan tiba di Akkadiamadjantara. Dia juga harus menyiapkan berkas-berkas perjanjian antar kerajaan yang nantinya harus ditanda tangan oleh Gusti Tedjo sebagai perpanjangan kontrak kerja sama mereka diluar urusan keluarga tentu saja.

Tetapi Christo hanya sendiri duduk di mejanya, karena putri raja nya kini sedang bersiap untuk tarian persembahan kepada tamu undangan lainnya. Salah satu orang yang telah menunggu penampilan tarian itu adalah Sophie Avantin Elderige Duchees of Devonshire dia terlihat sangat bersemangat menantikan grup tari yang akan memasuki aula.

"Look, there she is!" serunya girang kepada rekannya yang satu meja dengannya.

"Oh my God, our little Serra," gumam perempuan lainnya.

"She's always beutiful, isn't it Ottie?" Pria disebelahnya menyahut.

"Yah, dia selalu cantik dan bersinar, jangan lupa itu, Marioline."

"Okay, Flerington."

Selain anggota kerajaan, beberapa orang penting dibidangnya juga ikut diundang demi menjalankan kerja sama yang akan terus berjalan. Gusti Tedjo menyambut tamu-tamunya dengan hangat. Ia membuka acara dengan mempersembahkan tarian kepada tamunya. Di detik itu juga, alunan gamelan dan pengiring musik lainnya memulai permainan mereka.

Semuanya takjub karena untuk pertama kalinya mereka melihat putri raja Ajuda yang sempat ditutup-tutupi itu. Betapa cantiknya dia, dalam balutan jarik dan selendang, dengan perhiasan-perhiasan di lengan, leher dan telinganya, menambah kesan mahal semakin terpancar. Apalagi dengan warna rambut kecokelatan yang mulai memudar itu, mata kebiruannya juga menjadikannya satu-satunya wanita paling menarik diantara yang lain. Tubuhnya gemulai, ia pintar mengikuti irama. Gerakannya selaras, tegas, dan menggambarkan setiap alunan yang menggema.

"Dia indah sekali," puji Regina dari balik ponsel yang sedang Christo arahkan ke arah para penari.

"Dia berhasil, Ma'am,"  jawab Christo. Ada sedikit rasa bangga disana, sampai membuat pria itu tersenyum.

"Tolong ambil videonya, kirimkan ke aku secepatnya. Nanti, aku hubungi lagi," ucap Regina dan menutup telepon sambungnya sementara Arden Christo dengan sabar mengambil gambar putri raja Ajuda itu. Ia seperti seorang ayah yang sangat bangga terhadap anaknya. Ternyata tidak hanya Christo yang mengambil momen itu. Banyak dari tamu undangan lain yang diam-diam mengambil gambar dari putri raja Ajuda sekaligus istri dari anggota kerajaan Akkadiamadjantara.

Ditengah perbincangan antara para hadirin, Dayita dan pelayan Pawon Ageng lainnya datang untuk mengecek kondisi makanan mereka. Dayita dengan anggunnya berjalan menyusuri prasmanan dan memastikan semua hidangan masih banyak dan terbagi rata untuk para tamu. Dia juga memerintahkan beberapa hidangan untuk diganti dengan yang terbaru, yang masih hangat, dan lebih lezat untuk disantap didetik itu juga.

SERCHIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang