Malam itu, perutnya berbunyi dan Serra sangat lapar. Sedari penerbangan ia tidak makan apapun dan Serra rasa ia harus makan sesegera mungkin. Ia bangun dan tidak menjumpai siapapun di sana. Serra mengganti pakaiannya dengan piyama tidur dan berjalan menyusuri lorong-lorong istana yang sunyi. Temaramnya istana diikuti dengan bulan purnama yang penuh ketika Serra melihat keluar dari beranda yang menghubungkan kamarnya dan kamar Archie. Kamar itu gelap, Serra pikir pria itu mungkin sudah tidur.
Serra berjalan lagi, menyusuri istana dimalam hari. Sampai dia melihat seseorang di atas gazebo tidak beratap tengah berdoa dengan beberapa sajen di depannya. Serra mengerjapkan kedua matanya, dan terkejut melihat Surti yang baru saja selesai berdoa disana. Serra dengan cepat, menyembunyikan dirinya dan berbalik badan dengan cepat berjalan kembali. Rasa laparnya kini hilang dan ia sedikit takut akan Surti. Apa perempuan itu akan melakukan hal yang buruk kepadaku? Serra berjalan cepat sampai ia tidak tahu bahwa Archie menunggunya di tengah beranda mereka.
"Archie?" Bisik Serra segera membawa Archie menuju kamarnya, ia takut Surti mungkin akan menemukan mereka. "Apa yang kamu lakukan malam-malam diluar?" tanya Serra panik.
"Aku menunggu kamu."
"Menungguku?"
"Aku tadi lihat kamu keluar kamar."
"Dari mana kamu tahu?"
"Jendela kamarku?"
Serra mendesah dan menutup matanya sekilas. "Apa kamu tahu malam-malam di istana itu berbahaya?"
Archie terkekeh dan menunggu skenario dari istrinya. "Aku tidak tahu kerjaan kuno seperti ini benar -benar ada. Dan orang-orang yang aneh di malam hari melakukan pemujaan benar-benar ada."
"Pemujaan?" ulang Archie dan Serra mengangguk. "Surti melakukan pemujaan. Aku rasa dia ingin mencelakai ku karena aku menyusahkannya."
Archie tertawa lalu dengan cepat Serra membekap mulutnya. "Sssttt. Apa kamu gila? Surti bisa mendengar kita."
"Serra film apa yang kamu tonton sehingga kamu bisa berpikir seperti itu? Surti mungkin sedang berdoa, Serra. Dia mungkin sedang mendoakan yang terbaik untukmu," ucap Archie masih dengan tawanya. Istrinya lucu sekali. Archie kemudian duduk di ranjang dan mulai berbicara serius. "Ibuku dulu juga selalu berdoa. Ia akan berdoa kepada leluhur untuk membantunya dalam segala hal. Membesarkan ku misalnya. Itu yang dia takutkan tentang aku, Serra."
"Kita harus menghormati leluhur dan jangan lupa kepada Tuhan, Serra. Mungkin Surti sedang melakukan hal yang sama."
"Untuk apa?" tanya Serra penasaran.
"Untuk apa, apanya?"
"Untuk apa dimalam hari seperti ini? Bukankah menganggu orang lain, seperti tadi aku ingin makan dan tidak jadi," omel Serra kesal.
"Tidak menganggu sama sekali Serra. Malam hari adalah waktu yang tepat untuk mendengarkan apa yang tidak terdengar, dan waktu terbaik untuk bersuara apa yang ingin kita suarakan. Kamu saja yang sebenarnya salah waktu, makan malam sudah lewat dan kenaa kamu baru bangun?" Archie bersedekah dihadapan istrinya menunggu wanita itu menjawab.
Dengan ragu Serra menjawab, "Aku tertidur dan tidak sadar sudah malam. Lagian kamu kenapa tidak membangunkan aku?!" Gantian, sekarang Serra yang bersedekap dan memajukan wajahnya angkuh.
"Surti bilang kamu menangis sepanjang hari. Jadi, aku tidak mau menganggu kamu dan membiarkan kamu menenangkan dirimu."
"Aku kan juga perlu makan. Lihat sekarang salah siapa yang tidak mau membangunkan aku?!"
"Raden Ayu?"
"Sssttt, kamu bilang jangan berisik. Tetapi kamu sendiri yang bersuara bedar-besar," bisik Archie membekap mulut Serra.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERCHIE
RomanceSERCHIE | © 2023, Ani Joy. All rights reserved. Ini adalah sebuah karya fiksi. Nama, karakter, insiden, dan Dialog adalah produk dari imajinasi penulis dan tidak akan dibangun sebagai nyata. Kemiripan apapun untuk peristiwa nyata atau orang-orang, h...