"Bajunya kurang pendek, Sur. Apa aku boleh mengguntingnya? Aku tidak nyaman sama sekali," gerutu Serra mencoba menaikkan kebaya rendanya menjadi sepinggang sehingga lekukan badan bagian belakangnya tercetak jelas.
"Maaf, Raden Ayu. Sudah menjadi tugas saya untuk memastikan Raden Ayu memakai pakaian yang sudah ditetapkan oleh Gusti Roos, Raden Ayu." Surti menunduk dalam dan berkata dengan lembut.
"Aku tidak peduli, tolong ambilkan gunting."
Bola mata Surti bergetar dan jemarinya pucat memutih dengan keringat dinginnya. Mati aku dalam hatinya ia terus mengumpat dirinya akan mati. "Cepat, ambil sekarang atau kamu mau melihat aku memakai pakaian yang lebih daripada tadi dan mengatakan kepada nenek tua itu kalau kamu tidak becus memberikan aku pakaian yang layak?"
"T-tidak Raden Ayu. Wes tidak baik berkata kepada Gusti Roos seperti itu, Raden Ayu. Beliau sudah menghabiskan waktunya untuk menyiapkan ini semua Raden Ayu. Maafkan saya, akan saya ambilkan." Surti dengan cepat mengambil gunting di nakas dekat tempat tidur dan memberikannya kepada Serra.
Wanita itu kemudian memotong bagian yang menurutnya terlalu panjang—tepatnya bagian sisi depan dan samping kebaya itu. Serra tersenyum puas, karena kebaya itu sekarang seperti crop top kekinian yang Serra sukai.
Surti ingin menangis melihat kelakuan Serra dan ia tidak mau terkena masalah sehingga ia memalingkan wajahnya ketika Serra mulai menggunting jariknya yang menurutnya kurang terbuka sehingga ia sulit berjalan.
"Ayo, Sur. Kita makan, aku sudah sangat lapar." Serra kembali keruang kelurga bersama dengan Surti yang sudah pucat dibelakangnya. Pandangan pembantu itu kosong dan ia tidak tahu harus seperti apa. Tamat sudah riwayatku seperti itulah suara hatinya sekarang.
Roosita yang baru saja berbincang dengan Archie melotot ketika melihat istri cucunya berpakaian sangat tidak bermoral dan Archie sama terkejutnya. Namun, langsung tersadar karena Prabawa menepuk pundak Archie seakan ia tahu akan seperti apa kelanjutan ceritanya. "Eyang Uti akan marah besar," ucapnya menggeleng kepada Archie dengan senyuman tidak percaya.
"Abrata Serra Rue de Leon, berhenti disana, dan berjongkoklah kemari," ucap Roosita tegas. Seketika membuat Serra melihat seisi ruangan dengan heran. Ia tetap berjalan, lalu Surti dengan paksa menjongkokkan Serra sehingga mau tidak mau wanita itu berjalan jongkok. "Akh!" Ia memberikan tatapan mematikan kepada Surti dan perempuan itu membantu Serra berjalan jongkok sampai ke hadapan Roosita Raharyo.
Sesampainya disana, Surti membantu Serra berdiri, kemudian ia menyuruh Serra untuk menyalami Roosita dengan arahan matanya. Serra masih terheran dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Surti dengan sengaja menyentuh tangan Serra dan menunjuk tangan Roosita untuk disalami.
Serra dengan canggung mengambil tangan Roosita dan menyalaminya. "Balik," ucap Roosita dan Serra langsung berbalik. Ketika ia ingin melangkah Roosita kembali bersuara. "Balik kesini," ucapnya. Serra mau tidak mau berbalik lagi, sambil mendesah pelan dan memutar kedua bola matanya. "Gigi," ucap Roosita menyuruh Serra membuka mulutnya dan memperlihatkan gigi seri putih bersih nan rapi itu. Kemudian Roosita memegang pinggul wanita itu dan Serra sangat terkejut karena genggamannya sungguh kuat. "Pinggul yang cukup besar untuk melahirkan keturunan yang banyak."
"Aku suka semuanya, Archie pintar memilih pasangan. Masalahmu hanya satu Putri Raja, etika. Mulai hari ini, kamu harus banyak belajar apa itu etika dan bagaimana cara bersikap sopan santun. Sampai kamu tahu itu, maka jamuan untukmu kami adakan, dan pertemuan resmimu dengan Gusti Tedjo akan berlangsung sehingga tugasmu akan selesai. Lebih cepat kamu belajar, lebih cepat kamu terbebas dari tugas Ratumu." Roosita kemudian mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Serra yang semakin membuat wanita itu mengernyikan dahinya. "Itukan yang kamu mau, anakku? Kebebasan?"
Roosita kembali menegakkan kembali tubuh gempalnya dan mempersilakan semua anggotanya untuk makan hidangan yang telah tersedia. "Ganti bajumu lagi atau kamu tidak akan makan malam sama sekali."
Serra benar-benar dibuat murka. Setelah berjalan jongkok dihadapan seluruh keluarga besar kini ia diusir dan harus berganti pakaian lagi?! Serra tidak akan membiarkan nenek tua itu menang dan menaklukan dirinya, hanya dialah yang boleh menang akan dirinya sendiri. Serra menggeram dan kembali ke kamarnya bersama Surti. Serra merobek jarik itu dan membuangnya asal. Ia kesal, sangat kesal. Ia marah sangat marah. Sampai kemarahannya memuncak, Serra menghempaskan semua guci-guci kecil dsn pigura yang terletak di atas lemari sepinggangnya.
Surti sangat terkejut dan terperanjat melihat aksi majikannya yang diluar nalar. Ia adalah putri raja, tetapi kenapa sikapnya sangat jauh dari kata seorang putri. Surti meringis dan mendekat ketika melihat tetesan darah jatuh dari tangan Serra. Perempuan itu yakin pasti tangan itu terseret cukup keras dan mengenai kayu di ujung meja.
"Raden Ayu," panggil Surti panik dan segera mengambil kain bersih untuk menampung luka itu.
Serra yang masih belum sadar terdiam dan ketika Surti selesai membalutkan kain itu, Serra menangis dan menyadari perbuatannya. Serra sangat sedih, karena untuk sekian kalinya, ia terkekang dan merasa dipenjara. Serra sangat marah dengan keputusannya, bahkan Archie tidak adak disisinya untuk mendukungnya. Serra menangis begitu kencang sampai Surti memilih untuk membiarkan majikannya sendiri dan ia menunggu di dekat kamar, mana tahu majikannya akan memanggilnya beberapa saat lagi.
"Aku merindukanmu, Lucas," gumam Serra di sela tangisannya. Air matanya kini membasahi seluruh area bantal yang ia tiduri. Serra membenamkan wajahnya sampai ia lelah dan tertidur.
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SERCHIE
RomanceSERCHIE | © 2023, Ani Joy. All rights reserved. Ini adalah sebuah karya fiksi. Nama, karakter, insiden, dan Dialog adalah produk dari imajinasi penulis dan tidak akan dibangun sebagai nyata. Kemiripan apapun untuk peristiwa nyata atau orang-orang, h...