BAB 39

55 6 0
                                    

Di malam yang dingin itu, Serra sangat gelisah. Tidurnya tidak nyaman, dan dia terus mengubah posisi tidurnya. Sampai Archie ikut terbangun dan mengusap rambutnya pelan. "Kenapa Cherry? Apa kamu bermimpi buruk?"

Serra membuka matanya dan menatap Archie dengan sendu. "Aku merindukan rumah, Archie. Bolehkah aku pulang?"

"Ya, sepertinya kita harus pergi. Benar apa yang dikatakan Gusti Ruumini. Akulah pembawa sial itu," ucap Archie pelan.

"Archie, tidak. Jangan berpikir seperti itu."

"Lihat, keluarga ini berantakan, Serra. Aku tidak tahu dimana lagi harus mencari rumah. Antawirya tak terasa seperti rumah lagi, New York terasa asing bagiku, aku tidak tahu harus kemana lagi. Apalagi ada kamu, aku malu sekali, aku seperti lelaki yang tidak punya siapa-siapa. Padahal aku memiliki kerabat yang banyak, tetapi tak satupun berada dipihakku. Apa yang salah denganku, Serra?"

Serra menggeleng, "No Archie. Nothing wrong with you. Ini semua salah paham sejak awal dan terus berlanjut sampai sekarang. Kamu hanya harus menjelaskannya. Seperti kamu menjelaskannya kepadaku. Bahwa luka di wajah Armaya karena ia terjatuh dari kuda, ke bodohan Ariya karena dia malas belajar, dan Matteo? Dia dibesarkan oleh bapak yang ambisius, apalagi? Semua saudaramu itu tidak menerima diri mereka. Stop blaming your self, from now, im begging you."

"Lagipula, aku bersamamu, Archie. I'm your home, Ajuda is your home too, jika kamu tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, aku disini. Aku yang akan menuntutmu kembali kepadaku. Just for me, and i'm not allowed you to come back here. Never Archie."

"Thank you, Cherry. I promise were comeback after everything is controlled here. Setelah Eyang membaik, kita akan kembali, okay?"

"Okay."

"Okay..."

"Okay."

"Terima kasih, Serra. Terima kasih telah menjadi istriku," ucap Archie. Tangannya dengan lembut mengusap pipi istrinya.

Serra memejamkan mata,
merasakan hangatnya jemari Archie di pipinya. Jemari Serra pun ikut menggenggam tangan itu, dalam diam, ia membuka matanya dan menatap dalam suaminya. "Seharusnya aku yang berterima kasih, Archie. Aku banyak membuat kesalahan dan mengecewakanmu beberapa kali. Namun, kamu masih disini. Disampingku, dengan status suamiku. Terima kasih, Archie."

"Kamu tahu, satu hal yang aku yakini selama ini—untuk membuat hidupku tetap berjalan dengan baik adalah dengan memikirkan kamu. Aku yakin,  segala sesuatu yang pergi dariku, pasti akan kembali. Aku mulai itu dengan memikirkan kamu, Serra. It start and done with you. Sedari dulu hingga saat ini, dengan jemari ini aku berjanji menghilangkan kesedihanmu, dengan genggaman ini aku berjanji memenuhi suka citamu, dengan tangan ini aku berjanji menuntunmu di kegelapan, dan dengan cincin ini," kecup Archie di kari manis Serra, tepat di cincin pernikahan mereka. "Aku meminta kamu untuk menjadi milikku, secara tulus dan berterus terang," sambungnya lembut.

Archie menatap Serra dengan tatapan bersalah. "Aku tidak melamarmu dengan benar, Cherry. Terima lah, lamaran sederhana ini. Di atas ranjang ini, dengan kita berdua yang mengantuk."

Serra tertawa kecil, dan mengangguk pelan. "Aku bersedia, sangat bersedia Archie," bisik Serra berseri.

Senyum Archie merekah dan ia memeluk istrinya dengan gemas. "Terima kasih, Cherry! Terima kasih!"

Ajuda

"Mae! Mae! Apa yang Mae lakukan?! Nao, nao, nao!!!" Sierra berteriak keras dan mendorong dokter yang akan melepas alat bantu hidup Skyline de Leon yang sedang tertidur pulas di atas ranjang rumah sakit kerajaan Ajuda. Ia memeluk keras anaknya. Takkan dibiarkan dokter itu menyentuhnya.

Tubuh itu hangat, diselimuti oleh selimut bulu domba dengan motif bewarna biru, di tubuhnya terpasang alat penyokong hidupnya, mulai dari ventilator sampai kateter, semuanya terpasang rapi dan terpantau oleh monitor yang menunjukkan saturasi dan rekam jantungnya. Detak jantungnya normal dengan saturasi seratus persen dari oksigen yang menyokongnya. Alat-alat itu, adalah pengganti kehidupannya selama lima tahun terakhir.

Semenjak kecelakaan maut yang merenggut calon suaminya Aghrane Harriet Van Burren- merupakan anak dari Presiden Amerika ke empat puluh tujuh. Aghrane adalah sosok pria yang tegas, penuh ambisi dan penyayang. Ia pernah bermimpi untuk memiliki empat orang anak bersama Skyline, membina kehidupan rumah tangga yang harmonis, dan berlibur ke Danau Komo—menaiki yacht bersama-sama. Namun, belum sampai mimpi itu terbangun. Aghrane tidur untuk selamanya.

"Mae sudah berjanji, you promise me! You promise us! Aku tidak memberikan ijin, aku ibunya!" seru Sierra keras dan melindungi Skyline dari para perawat yang akan melakukan tugas mereka.

Rahang Ratu Portugal itu mengeras, tangannya terkepal, napasnya panas dan dalam. "Sierra, ini perintahku."

"Aku mohon, Yang Mulia. Jangan ambil anakku," lirih Sierra dengan air mata yang membasahi pipinya.

Ratu itu tidak menggubris dan mengarahkan kepada tenaga medis disana untuk melakukan tugas mereka. "Samuel, urus tantemu," perintah Regina, dan Sierra dengan brutalnya meronta ketika keponakannya memeluknya, dan memaksanya untuk keluar.

Namun, sekeras apapun tenaga Sierra, tenaga Samuel tetap lebih besar darinya.

"No! No! No!!! Skyline! Sky! My Sky! Anda tidak berhak melepaskannya, Anda tidak berhak membunuhnya! Dia anakku, anakku!"

TBC

SERCHIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang