BAB 20

97 12 0
                                    

"Abrata Serra."

Serra memutar badannya karena merasa terpanggil.

"Kamu bisa pergi, Archie. Tinggalkan istrimu disini," ucap Roosita yang membuat Archie keluar terlebih dahulu dan Serra kembali ke samping ranjang nenek tua itu.

"Kamu terlihat tidak senang, bukakah suamimu yang menyuruhku untuk dekat denganmu?"

Dengan napas yang dangkal, Roosita berusaha untuk duduk dan dengan sigapnya Serra segera membantu nenek suaminya itu. Roosita masih lemah untuk bergerak, sehingga gerakannya terbatas dan Serra hanya dapat membantunya sampai duduk dengan nyaman.

Serra masih terdiam sampai Roosita membuka suara. "Kenapa kamu membantuku?"

Serra masih terdiam.

"Kamu yang menemukan inhallerku, dan orang pertama yang sadar akan penyakitku. Aku tahu kamu memasuki kamarku lagi setelah dokter keluar dan memastikan aku tidur dengan nyaman memakai dua bantal kepala."

"Terima kasih."

"..."

"..."

"Jika tidak ada lagi yang ingin Anda sampaikan aku akan keluar," ucap Serra ingin segera keluar karena ia merasa canggung sekali.

"Apa alasanmu menikahi cucuku?"

Serra merasa seperti mengikuti kuis dadakan Profesor Bentley, guru besar yang galak dan suka memberi kuis dadakan ketika ia bersekolah dulu.

"Tidak tahu, nenekku menjodohkan aku. Dan mau tidak mau, aku menerimanya."

Roosita menarik senyumnya. "Apa kamu mencintainya?"

Serra menggeleng.

Senyuman Roosita tercetak lagi. "Malangnya cucuku," lirihnya.

Alis Serra bertaut heran.

"Dia memilih kamu diantara tiga wanita pilihanku  yang siap dipinang. Dia malah memilih wanita yang tidak memilihnya. Dia memilih kamu. Lucu sekali," seringai Roosita membuat Serra sedikit takut.

"Anak itu, mencintaimu sedari dulu. Tidak berubah sedikitpun rasa itu–aku dapat melihatnya. Bahkan dia memintaku untuk peduli kepadamu karena dia takut aku membencimu." Roosita tertawa. "Archie-Archie, cucuku itu benar-bemar mirip dengan kakeknya. Aku juga pernah berada di posisimu. Suamiku juga pernah membelaku untuk ricintai oleh ibunya."

"Aku teringat akan itu, dan aku menyukainya."

"Anda juga dijodohkan?"

"Setiap kerajaan punya pilihan mereka masing-masing. Aku dipilihkan dan awalnya aku sangat membencinya. Tetapi, ketika dia pergi, dia tidak disampingku, aku merindukannya. Bertahun-tahun bersama aku baru menyadari bahwa sejak awal aku telah mencintainya dan takut kehilangannya. Karena itu aku terus membencinya, agar nanti jika dia tidak ada, aku tidak bergantung kepadanya. Tetapi, semuanya sama saja. Aku tetap tidak bisa berdiri sendiri. Aku tetap merindukannya. Artinya, aku tetap tidak bisa membencinya. Karena sedari awalaku telah menjadi miliknya."

Mata Roosita memandang dalam ke arah Serra. "Aku tahu bebanmu besar. Seperti apa nasibmu seharusnya, aku tahu. Aku mengenal kakamu, dan aku tahu sejak dia sakit kamu yang menggantikannya dan itu tidak mudah. Menjadi harapan orang lain itu tidak menyenangkan, karena kamu tidak bisa menghrapakan harapanmu. Kamu meninggalkan dirimu sendiri demi kepentingan kerajaan. Perintah Ratumu adalah tugas yang harus dituntaskan. Sampai kamu tidak bisa membedakan itu perintah kerajaan atau perintah keluarga."

"Rasa sesakku sedikit menghilang, karena aku tahu cucuku berada di samping orang yang tepat. Dia, diam-diam menjalankan hidupnya sendiri. Dia dijauhi semua sanak saudaranya, dia tinggal sendirian dan kembali kesini hanya membuatnya mengingat masa kecil suramnya. Aku berharap tidak ada lagi orang yang akan meninggalkannya."

SERCHIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang