Gusti Ruumini, Armaya Ruhaya, dan Ariya Rukaya sampai di rumah duka melayat setelah keluarga yang lain. Rakanansatya dan keluarganya menolak datang karena ada yang harus mereka urus di istana. Kedatangan mereka ke kediaman. Mallory sebagai bentuk penghormatan terhadap mantan istri kerabat mereka—Dasarata Aksara Malo, ayah dari Dasarata Archie Mallory. Kedatangan Ruumini bukan hanya melayat dan berlibur kecil. Tetapi ada rencananya yang harus ia tuntaskan sebelum terlambat.
Setelah melihat Raden Ayu-nya menuju toilet. Ruumini dengan sengaja menungggu wanita itu di dekat sana. Setelah ia menunggu beberapa saat, Gusti Ruumini melancarkan aksinya.
"Raden Ayu," panggilnya hormat dengan senyum sinis. Auranya yang kuat membuat Serra sedikit pusing.
"Ada yang harus aku bicarakan denganmu. Bisakah kita duduk sebentar?" Gusti Ruumini menunjuk ruang baca yang tidak jauh dari sana.
Setelah ia yakin, tidak ada orang lain dan Serra duduk dengan nyaman. Gusti Ruumini ikut duduk dan menatap tajam Serra. "Aku langsung saja, aku tidak suka basa-basi. Saat ini hanya ada aku dan kamu."
Serra mengerutkan alisnya, menerka-nerka kemana arah pembicaraan ini.
"Aku tahu posisimu sekarang, dan seharusnya kamu juga tahu posisi suamimu sekarang," jelas Gusti Ruum. "Nama Archie ada di surat wasiat istana. Dia adalah penerus tahta yang sah secara hukum dan adat. Tetapi, kamu harus tahu, pentingnya saksi wasiat itu dituliskan. Selama tidak ada saksi, maka wasiat itu bebas untuk dirubah."
Kerutan dahi Serra semakin dalam. "Aku datang karena suatu alasan. Jika Archie berusaha mengambil Taj Rukmasana, ambillah. Dan bersiap untuk segera digantikan dengan kematiannya."
Tubuh Serra membeku, jantungnya berdebar cukup kencang. "Aku butuh bantuanmu, Raden Ayu. Aku butuh penguasa yang sah, aku tidak ingin bermain kotor dengan merubah wasiat. Aku ingin Archie sendiri yang merubahnya, dan setelah itu dia bisa hidup dengan tenang. Buatlah Archie tidak menginginkan tahta itu, jauhkanlah dia dari Akkadkamadjantara."
Serra memandang tidak suka ke arah Gusti Ruumini. "Kamu pikir aku akan membantu?"
"Tentu saja, peranmu penting disini. Kamulah kunci anak sial itu mau memberikan tahtanya secara sukarela dan tidak perlu ada kematiannya. Dia akan mendengarkanmu."
"Tidak perlu sejauh itu, suamiku tidak memiliki niat untuk kesana."
Gusti Ruumini tertawa bahagia. "Syukurlah kalau begitu. Rencana ini akan berjalan sempurna."
"Tidak akan, karena kebahagiaanmu itu, aku harus memastikan suamiku memegang tahta Akkadkamadjantara."
Mata Gusti Ruumini membelalak. "Apa?! Kamu pikir kamu bisa seenaknya bertindak?!"
Serra masa bodoh. "Raden Ayu!" Langkah Serra yang akan beranjak terhenti. Gusti Ruumini bagai kesetanan menahan amarahnya. "Aku tidak akan segan melakukan apapun. Aku bisa membuat anak sial itu lebih menderita sebelum kematiannya. Atau bahkan lebih mengerikan dari ibunya."
Tangan Serra terkepal, dan amarahnya sudah berada di puncak kepala. Ingin sekali dia membalas, tetapi Serra tahu, Gusti Ruumini tidak main-main dengan ucapannya.
—
"Jangan berbohong, Cherry. Apa yang membuatmu seperti ini?"
"Kamu," ucap Serra pelan. "Kamu Archie. Kamu membuatku lemah, kamu membuatku harus tunduk dan rendah diri. Aku tidak bisa, banyak musuhmu diluar sana yang harus dilawan. But, just thinking about you, about your safe, about your pure heart, it's hurt me. It makes me weak." Tangisan Serra tumpah dan ia tidak kuasa menahannya lagi.
Apa yang Gusti Ruumini katakan kepadanya benar-benar menyakiti perasaannya. Wanita tua itu lebih kejam daripada neneknya, lebih mengerikannga lagi dia bisa berbuat semaunya bahkan merenggut nyawa mereka dengan skenario-skenario di otaknya.
"Oh, Cherry, i'm so sorry."
"Don't sorry me." Serra menatap Archie dalam, ia menarik napas dan mengusap hidungnya sebelum berbicara, "Promise me, Archie. Let me die first, then you. Because I can't bear it if I have to leave you first."
Archie memeluk istrinya dengan erat. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, Serra. If you die, i'll die with you. We'll die together, don't worry. Aku juga tidak sanggup, Cherry. Jujur, jika bisa kita akan hidup abadi selamanya, just you and me, and maybe our kids soon."
—
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
SERCHIE
RomanceSERCHIE | © 2023, Ani Joy. All rights reserved. Ini adalah sebuah karya fiksi. Nama, karakter, insiden, dan Dialog adalah produk dari imajinasi penulis dan tidak akan dibangun sebagai nyata. Kemiripan apapun untuk peristiwa nyata atau orang-orang, h...