26 | The Fansite: Pt.I

116 26 0
                                    

"Jadi, kalian akan melakukan comeback dengan album spesial musim dingin, First Snow," jelas Heejin sembari melangkahkan kaki.

Yujin menatap tidak percaya pada kakaknya, "Cepat sekali..."

"Itulah kehidupan kita, Yujin-Ah," kekeh Hanbin sembari mencubit pipi adik bungsunya.

"Apakah lagunya sudah diproduksi?" tanya Keita penasaran.

Heejin mengangguk, "Sudah ada beberapa lagu yang kami dapat,"

"Ah, baiklah," jawabnya sedikit lesu.

"Jangan khawatir. Aku juga menyisakan satu slot untuk lagu ciptaanmu. Kau ingin menulis lagu, 'kan?" sambung gadis itu dengan sedikit tawa.

Keita menoleh dengan mata berbinar, "Benarkah!? Asik!"

"Aigoo, Produser Terazono akan sangat hebat sepertinya," gurau Jiwoong sembari mengusak rambut pria keturunan Jepang itu.

"Gyuvin-Ah, ada apa?" tanya Matthew sembari berjinjit agar bisa menangkup pundak adiknya, "Kau terlihat lesu,"

"Ah, tidak apa-apa," Gyuvin menggeleng dan tersenyum tipis. Matthew mengernyitkan keningnya, lalu mengangguk paham.

"Ayo, kita ke studio. Aku akan memutar lagu-lagu demo untuk kalian pilih," ajak sang manajer, yang tentunya disetujui oleh para anggota.

Mereka pun segera melangkahkan kaki menuju studio rekaman agensi mereka untuk mendengarkan beberapa lagu kiriman para produser yang sudah tim mereka hubungi.

"Baiklah. Ini lagu pertama, mereka memanggilnya Breeze, lagunya bercerita tentang sikap dingin seseorang yang mereka suka. Menyedihkan, ya?" ujar Heejin dengan tawa kecil. Ia pun menekan mousenya untuk memulai lagu.

"Wah, melodinya sangat asik, tapi liriknya menyedihkan," ujar Taerae tidak percaya.

ZhangHao menatap Heejin dengan tegas, "Aku suka lagu ini!"

"Hao Hyung, kau semangat sekali," Jay tertawa melihat tingkah ZhangHao yang tiba-tiba.

"Tentu! Lagu ini sangat cocok untukku!" serunya lagi, dan hal itu mendapat tatapan tajam dari Heejin. Tentu saja Heejin paham maksud dari kalimat pria asal China itu.

Gadis itu pun melanjutkan, "Ini lagu kedua, sementara diberi judul Last Wish, judulnya terlihat polos namun secara mengejutkan beat lagu ini bernuansa gelap, loh,"

Setelah diputar, musik mulai menggelegar dan para anggota mendengarkan dengan saksama.

"Liriknya menggambarkan tentang perpisahan sepasang kekasih karena keadaan yang memaksa. Itulah mengapa nuansanya cukup gelap," jelas Heejin.

"Lagu ini cocok untuk Hao Hyung. Ia kan menguasai konsep seperti ini," ujar Matthew.

ZhangHao menggeleng, "Tidak. Aku lebih suka Breeze,"

"Baiklah, baiklah. Breeze milikmu, Hyung," Hanbin tertawa sembari menarik pria itu dalam pelukannya.

Heejin menggeleng dan akhirnya memutar lagu terakhir, "Dan ini, adalah lagu bergenre ballad. Judulnya adalah... White Butterfly,"

Sekali lagi, Heejin menekan tombol pada mousenya, dan lagu mulai mengalun. Musik perlahan memanjakan telinga mereka, hingga suara penyanyi demo terdengar.

"Suara ini..." Jiwoong membulatkan matanya.

Heejin tersenyum dan mengangguk, "Benar. Hoetaek Oppa yang membuat lagu ini,"

Matthew membulatkan mulutnya, "Hyung... tidak'kah dia sedang di rumah sakit?"

"Beberapa waktu setelah kalian menjenguk, Ia diperbolehkan pulang. Ia juga mengucapkan selamat atas debut kalian," ujar Heejin dengan tatapan haru, "Dan Ia memutuskan untuk melanjutkan karir sebagai produser lagu di agensi ini,"

[✓] Umbrella || ℍ𝕒𝕟𝕓𝕚𝕟-ℍ𝕖𝕖𝕛𝕚𝕟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang