"Kau mau mandi?" tawar Hanbin.
Heejin yang sedang duduk di sofa menoleh, "Ah, apakah boleh?"
"Tentu. Kau bisa menggunakan baju Hyerin, masih ada beberapa yang bagus," jawab pria Sung tersebut sembari mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.
"Oke, terima kasih, yaa, Hanbin-Ah," Heejin mengangguk dengan senyuman.
Gadis itu segera berdiri dan membersihkan dirinya. Hanbin membawakan baju milik adiknya tersebut pada Heejin. Benar saja, bajunya masih sangat bagus layaknya baru.
"Apakah tidak apa-apa?" lirih Heejin sedikit tidak enak. Ia menghela napasnya sejenak, lalu berbisik pada pakaian tersebut, "Aku pinjam, ya, Hyerinie,"
Segera Ia memakai pakaian tersebut, lalu kembali berjalan keluar. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan Ia langsung kembali berjalan keluar untuk membantu Bu Sung di kafe.
"Aku tidak boleh menjadi beban terus menerus," ucapnya dengan yakin.
Pintu Ia buka, dan nampaklah Bu Sung dan Hanbin yang sedang melayani para pelanggan. Bu Sung yang berjaga di kasir dan menyiapkan pesanan, serta Hanbin yang mengantar minuman untuk pembeli di meja masing-masing.
Heejin berjalan kecil mendekati Bu Sung dan berbisik, "Eommeonim, aku akan menjaga kasir saja,"
"Eoh, Heejinie. Baiklah, tidak masalah," kekeh ibu Hanbin gemas, "Kau mengenakan baju Hyerin, ya?"
Dengan sedikit gugup, Heejin mengangguk, "A-Ah, benar. Hanbin membawakannya untukku tadi. Maaf jika menyinggung,"
"Tidak, tidak," geleng Bu Sung, "Kau sangat cantik, ya. Aku bisa melihat Hyerin dalam dirimu,"
"Terima kasih," lirih Heejin canggung.
"Pantas saja Hanbin memilihmu," kikik wanita tersebut sembari mencubit pipi Heejin gemas.
Yang diledek menggerutu kecil, "Eommeonimm,"
"Baiklah, baiklah. Kalau begitu, aku akan menyiapkan pesanan saja, ya. Aku titip kasirnya," pamit ibu Hanbin sembari tersenyum.
"Baikk," Heejin tertawa dan mengangguk. Benar, rasanya sangat nyaman memiliki sosok ibu dalam kehidupan, ya? Ia hanya bisa menghela napas saat dulu membaca poster yang bertuliskan 'Ibu adalah matahari terbaik', 'Ibuku pahlawanku', 'Jika ada obat yang paling manjur, maka itu adalah ibu', dan berbagai macam kalimat motivasi lainnya tentang sosok ibu.
Bagaimana mau bereaksi? Merasakan sosok ibu saja tidak.
"Eoh? Sungmin-Ah! Lama tidak bertemu!"
Heejin melirik pada sumber suara. Ternyata Hanbin, sepertinya Ia bertemu dengan teman lamanya. Keduanya saling memberi tos dan berbincang dengan nyaman.
"Hanbin-Ah!? Wah! Kau sudah lama tidak nampak!"
"Wang Zihao!!"
Lagi-lagi Hanbin bertemu dengan kawan lamanya. Heejin hanya curi-curi pandang di tengah kegiatannya berkasir, berusaha mengamati senyum dan tawa pria Sung tersebut saat berbicara dengan teman-temannya.
"Hei, hei! Si kembar datang!"
"Yo! Kamden, Kade! Apa kabar!?"
"Wah, temannya sangat banyak," lirih Heejin, "Aku jadi iri,"
"Ada apa, Heejinie?" tanya Bu Sung yang baru saja datang dengan beberapa pesanan.
Heejin menoleh, "Ah, tidak. Aku hanya sedang melihat Hanbin bertemu teman-teman lamanya,"
Wanita tersebut ikut menatap pada arah pandang Heejin. Benar saja, putranya sedang tertawa dengan teman-teman lamanya saat sekolah dulu.
"Hanbin memang sangat hebat dalam berteman. Dulu Ia sangat aktif dalam kegiatan sekolahnya, terlebih Ia juga cukup berprestasi. Saat mendengar Ia ingin menjadi idol, teman-temannya berbondong-bondong memberinya semangat," jelas Bu Sung, "Aku sangat bangga menjadi ibunya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Umbrella || ℍ𝕒𝕟𝕓𝕚𝕟-ℍ𝕖𝕖𝕛𝕚𝕟
Fiksi Remaja𝑱𝒆𝒐𝒏 𝑯𝒆𝒆𝒋𝒊𝒏 𝒇𝒕. 𝑺𝒖𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒏𝒃𝒊𝒏 • • • 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑎𝑛, 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖. 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛. 𝑆𝑒𝑏𝑢�...