"Ibu titip ini untuk Heejin, ya," Hyebyul menodorkan sebuah kantung plastik yang berlogokan kekhasan dari kafe miliknya.Hanbin melirik ke dalam, "Apa ini?"
"Banyak tanya. Sudah, pergi sana," kekeh Hyebyul sembari mendorong putranya berjalan keluar.
Sang anak hanya bisa berdecak lelah sebelum akhirnya menuruti perintah ibunya. Hanbin segera berjalan masuk ke mobil milik ibunya, dan menyalakan mesinnya. Setelah berpamitan, langsung saja pria Sung itu menginjak pedal gas untuk melajukan kendaraannya.
"Di mana, ya?" gumam Hanbin sembari melirik pada peta daring di ponselnya.
Sesuai arahan, Hanbin pun akhirnya memarkirkan mobilnya di sebuah kedai. Ia turun dan menatap papan tulisan yang ada di sana.
"Hwangnaengmyeon. Harusnya ini," ujarnya. Pria itu mengangguk dan segera masuk ke dalam sana.
Pintu dibukanya, sontak aroma tua merasuki indra penciumannya. Matanya memperhatikan keadaan sekitar, sangat kuno dan tidak modern.
"Selamat datang," seorang wanita tua menyambutnya.
Hanbin segera menghampiri meja kasir untuk memesan, "Bolehkan aku memesan naengmyeon 2 porsi untuk dibawa pulang?"
"Tentu. Mohon ditunggu, ya," angguknya.
Dengan lihai, wanita tua tersebut membuat makanan pesanan Hanbin. Karena merasa canggung, akhirnya Hanbin memilih untuk membuka pembicaraan.
"Apakah kau bekerja sendirian di sini, Nek?" tanya Hanbin.
"Ah, benar. Aku menjaga kedai ini sendiri. Anakku yang membangun kedai ini sudah bekerja di perusahaan dan meninggalkan ini. Karena kedai ini penuh kenangan oleh cucuku yang sudah tidak ada, aku akhirnya memutuskan untuk menjaga kedai saat mereka bilang akan menghancurkannya," jelasnya sembari terkekeh.
Wanita tua itu lantas menoleh panik, "Eh, apakah aku terlalu banyak bercerita? Maaf jika tidak nyaman,"
"Tidak, tidak. Aku justru berterima kasih karena aku sudah tidak perlu bertanya lagi untuk memastikan," balas Hanbin dengan kekehan, "Aku sengaja datang kemari karena tahu kalau ini kedai milik Hyunjin Hyung. Benar, 'kan?"
"Kau mengenal Hyunjinie?" tanyanya terkejut, "Kau kenal cucuku?"
Hanbin menggeleng, "Tidak. Tapi aku adalah kekasih dari seseorang yang mengenalnya,"
"Kekasih? Siapa?" wanita itu mulai penasaran.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menyebutkannya. Tapi, Ia sangat menyayangi Hyunjin Hyung dan merawatnya hingga akhir hidupnya. Hyunjin Hyung sangat berarti baginya," jawab Hanbin sembari mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Ah, sungguh?" tanya wanita tersebut dengan terharu. Ia membungkus pesanan Hanbin sembari berkata, "Aku kira tidak ada yang peduli padanya. Aku ingin merawatnya, namun aku sudah terlalu tua. Bahkan orang tuanya tidak peduli pada anaknya karena sudah tidak bisa diselamatkan. Hanya Yeji yang merawatnya. Aku bahkan tidak dekat dengannya,"
"Nek, tidak seharusnya kau seperti itu," tutur Hanbin, "Maaf jika terkesan menggurui. Namun, kau harus menghargai waktu yang kau punya bersama orang yang kau cintai. Kau tidak akan pernah tahu kapan mereka harus pergi. Lakukan apapun yang bisa membuatmu bahagia bersamanya, agar kau tidak menyesal di kemudian hari,"
Nenek tersebut mengangguk, "Kau benar. Dan sekarang aku menyesalinya,"
Hanbin menghela napasnya, merasa sedikit setuju dengan apa yang nenek tersebut rasakan. Ia mengangguk kecil, "Jika sudah seperti ini, yang bisa kita lakukan adalah belajar dari kesalahan masa lalu. Mulailah untuk menghargai waktu dan momen yang ada bersama orang-orang di sekitar kita, karena kita tidak akan tahu sampai kapan kita bisa tertawa bersama,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Umbrella || ℍ𝕒𝕟𝕓𝕚𝕟-ℍ𝕖𝕖𝕛𝕚𝕟
أدب المراهقين𝑱𝒆𝒐𝒏 𝑯𝒆𝒆𝒋𝒊𝒏 𝒇𝒕. 𝑺𝒖𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒏𝒃𝒊𝒏 • • • 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑎𝑛, 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖. 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛. 𝑆𝑒𝑏𝑢�...