61 | Lamppost: Satus

123 20 15
                                    

"Hati-hati," Juyeon memapah langkah Heejin yang masih tertatih-tatih.

Gadis itu tersenyum kecil dan berdecak, "Aku tidak apa-apa, Oppa. Jangan khawatirkan aku,"

"Apanya yang tidak apa-apa? Kau saja kesulitan begini," protes Arin yang membawakan beberapa barang Heejin turun dari mobil.

"Tapi, sejak kapan kalian berkencan?" tanya Heejin sembari menatap pada seorang pria yang merupakan tetangga apartemennya, "Yohan Oppa? Kau mengenal Eonnie?"

"Banyak tanya kau," balas Yohan sembari menjulurkan lidah. Heejin mendengus sebal sebagai respon.

"Kau lantai 5, 'kan, ya?" tanya Minhyung.

Heejin menggeleng, "Sudah, sudah! Aku bisa masuk sendiri ke apartemenku! Kalian pulang saja!"

"Hei, sudah sedikit lagi. Kita bisa membawamu sampai kamar," bantah Arin tetap dengan pendiriannya.

"Tidak perlu, Eonnie. Aku bisa—HEI!" Heejin berdecak begitu Ia ditinggalkan begitu saja oleh rekan-rekannya. Ia mengeratkan jaket yang Ia gunakan dan berdecak, "Yang punya rumah siapa, sih?"

Kakinya pun mulai berjalan mengikuti langkah mereka. Sepanjang perjalanan, Ia terus memikirkan pertanyaan Hanbin kala itu. Rasanya kepalanya hampir pecah mengingatnya.

"Jin-Ah, ayo masuk,"

"A-Ah, baiklah," Heejin segera mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam lift. Tangan Yohan menekan tombol, membuat benda tersebut naik ke atas.

Juyeon menatap iba pada gadis tersebut, "Jangan terlalu banyak berpikir, Heejin-Ah. Kau masih butuh istirahat banyak. Kalau kau tidak memaksa juga sebenarnya belum waktunya untuk kamu pulang dari rumah sakit,"

"Baiklah, baiklah, Oppa. Terima kasih," kekeh Heejin sembari tersenyum.

"Grupmu bagaimana?" tanya Minhyung.

Arin berdecak, "Suji Eonnie bahkan sudah beberapa kali bertanya pada kita, Minhyung-Ah. Kau bagaimana, sih,"

"Jadi... Suji Nuna benar-benar menggantikanmu?" Minhyung bertanya memastikan.

Heejin terkekeh sembarang mengangguk, "Hanya sementara, kok. Aku akan segera sembuh dan kembali bertugas,"

"Jangan pikirkan apa-apa dulu soal pekerjaan, ya? Fokus untuk kesembuhanmu saja," peringat Arin sembari membelai surat gadis itu.

"Eoh, baiklah, Eonnie," balas Heejin dengan bahagia.

Ia bisa tersenyum lebar melihat teman-temannya bahagia saat ini. Hatinya menghangat dan merasa lega. Ia harap bisa seperti ini seterusnya.

'Drrt! Drrt!'

"Ah, sebentar,"

Heejin segera mengambil ponsel dari sakunya untuk mengangkat panggilan tersebut. Melihat nama sang penelpon, sudut bibir Heejin kembali terangkat tinggi.

"Hanbin-Ah, ada apa?"

"...."

"Tentu,"

"...."

Kalimat dari Hanbin sukses membuat gadis itu meneguk ludah. Dengan ragu, Ia menghela napas, "Baiklah. Tak apa,"

"...."

"Eoh. Terima kasih,"

Arin bertanya begitu Heejin mengakhirkan panggilannya, "Ada apa, Heejin-Ah? Terjadi sesuatu?"

"Tidak, kok. Hanbin bilang Ia akan ke rumah bersama Yujin," jawab Heejin sembari mengantungi kembali ponselnya.

"Soal rumor kencan—AW!" Minhyung menatap tajam pada gadis Choi yang mencubitnya tersebut. Arin malah membalas tatapan pria Lee itu dengan mata membara.

[✓] Umbrella || ℍ𝕒𝕟𝕓𝕚𝕟-ℍ𝕖𝕖𝕛𝕚𝕟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang