"Bagaimana kabarmu?"
Garam berdehem dan mengangguk, "Aku baik-baik saja,"
"Kau sendiri?"
Gyuvin ikut mengangguk, "Tentu baik,"
"Bukankah tadi manajermu bilang, Ia mengantarmu pulang karena kau tidak bail-baik saja?"
"Aish, kau mendengarnya?" Gyuvin berdecak tak percaya, "Yah, hanya masalah biasa sebagai idol,"
"S-Selamat atas debutmu," ucap Garam dengan gugup.
Sontak, pria Kim itu tertawa remeh, "Apa itu? Menggelikan sekali,"
"Aish, Kim Gyuvin sialan. Setidaknya berterima kasih padaku!" cebik gadis Kim itu sinis.
"Baiklah, baiklah. Terima kasih, Garam-Ssi,"
Garam mengerucutkan bibirnya, "Jadi... mau bercerita tentang masalahmu?"
"Hah? Kau siapa bertanya seperti itu?" tanya Gyuvin tak percaya.
"Wah, benar-benar! Manusia sialan ini semakin menyebalkan!"
Gyuvin tertawa, "Aku bercanda,"
"Yah, sebenarnya hanya karena beberapa komentar yang kubaca. Hal itu membuatku sedikit tidak percaya diri," jawab Gyuvin seusai dengan pertanyaan perempuan itu.
"Komentar kebencian?" tanya Garam yang dibalas anggukan oleh Gyuvin, "Apa yang mereka katakan?"
"Beberapa diantaranya mengatakan aku sangat kaku di atas panggung, aku merusak penampilan anggota lain, dan ada juga yang menyuruhku meninggalkan grup,"
Garam membulatkan mulutnya, "Benarkah? Menyeramkan sekali,"
"Tapi, aku memang terlalu lemah. Kepercayaan diriku jatuh hanya karena komentar kebencian seperti itu," ucap Gyuvin dengan senyuman pahit.
"Kim Gyuvin. Kau hebat. Kau sudah berjuang selama ini, dan kau juga tampil dengan luar biasa," Garam berucap sembari memainkan tas kecilnya.
Lantas, Gyuvin melirik jahil, "Apa kau menonton panggung debutku?"
"T-Tentu saja! Kau tahu aku teman yang suportif!" Garam menjawab yakin.
"Haha, kau benar-benar tidak berubah, Garam-Ah," kekeh Gyuvin dengan tawa yang cukup besar.
Garam menoleh sinis, namun akhirnya ikut terlarut dalam tawa keduanya. Sudah lama mereka tidak berbicara seperti ini.
"Kau suka fotografi?" tanya Gyuvin melihat kamera yang Garam bawa.
"A-Ah, benar. Aku mengambil jurusan fotografi di universitasku," jawab Garam sembari memegang kamera yang Ia bawa.
Gyuvin mengangguk, "Hah, kau bisa kuliah, ya. Belajarlah yang rajin,"
"Tanpa kau suruh pun aku sudah melakukannya,"
"Pinjam kameramu,"
Gadis itu menoleh tajam, "Tidak boleh. Aku tidak suka kameraku dipegang orang lain,"
"Pelit sekali. Kau tidak boleh pelit," protes Gyuvin.
"Tidak mau!"
"Garam-Ah! Jangan pelit! Aku mau pinjam saja!"
"Lepaskan, Gyuvin-Ah!"
"Ih, hanya sebentar, kok!"
"Tidak mauuu!"
"Apa ini?" Saebin menatap gemas pada keduanya. Gadis itu datang dengan nampan berisi minuman, "Kalian berdua terlihat akrab,"
"Hah? Tidak! Aku tidak mau akrab dengan orang pelit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Umbrella || ℍ𝕒𝕟𝕓𝕚𝕟-ℍ𝕖𝕖𝕛𝕚𝕟
Novela Juvenil𝑱𝒆𝒐𝒏 𝑯𝒆𝒆𝒋𝒊𝒏 𝒇𝒕. 𝑺𝒖𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒏𝒃𝒊𝒏 • • • 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑎𝑛, 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖. 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛. 𝑆𝑒𝑏𝑢�...