'Tit! Tit! Tit! Tit!'
"Eungh..."
Seorang wanita bangun dari tidurnya. Ia berniat untuk mendirikan tubuhnya, namun sebuah tangan kekar menghalanginya. Mau tidak mau, Ia menyingkirkan tangan sang suami untuk bangun dari tidurnya.
"Pukul berapa, sih?" gumamnya setelah mematikan alarm. Jarum pendek menunjuk di angka 5 dan yang panjang di angka 1.
Kakinya melangkah menuju kamar mandi yang ada di kamarnya. Keran Ia nyalakan, dan segera Ia basuh wajahnya dengan air. Tak lupa mengambil sebatang sikat gigi yang sudah diolesi pastanya. Heejin menggosok gigi dengan mata yang masih berat untuk terbuka. Ia berkumur beberapa kali, dan akhirnya menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi.
Hal pertama yang akan Ia lakukan adalah pergi ke dapur untuk memeriksa bahan makanan. Bagaimanapun, Ia harus membuat sarapan untuk suami dan anak-anaknya, 'kan?
"Aku belum membeli bahan makanan lagi. Masih bisa membuat omelet dan nasi goreng kimchi, sih," Heejin berucap sembari mengamati isi kulkasnya, "Ya sudah, itu saja,"
Segera Heejin mengambil bahan makanan yang ada dan dibawanya ke meja dapur. Ia mulai menyalakan kompor dan menuang minyak, guna untuk memasak makanan yang akan disantap oleh anggota keluarganya.
"Ah, sudah hampir pukul 6, ya?" ujarnya setelah melihat jam di dinding dapur, "Aku harus membangunkan Hanbin dan anak-anak,"
"Tidak perlu," suara berat nan serak menusuk indra pendengaran Heejin. Hanbin keluar dari kamar dengan rambut acaknya.
Sang istri tersenyum melihat suaminya datang, "Kau sudah bangun? Tumben sekali,"
"Masakanmu sangat wangi," jawab Hanbin sembari berjalan mendekatinya. Sebuah kecupan dilayangkannya pada pipi sang istri, seperti biasa tentunya.
"Aku akan membangunkan anak-anak," Hanbin membalikkan tubuhnya untuk berjalan ke arah yang berlawanan.
Heejin terkekeh geli, "Baiklah. Terima kasih,"
Pria itu berjalan naik ke lantai atas untuk memasuki kamar sang buah hati. Hanbin membuka pintu pertama, dan segeralah Ia mendekati kasur putrinya.
"Sung Hanbyul, bangun sayang," lirih Hanbin sembari mencium pipi gadis kecil itu.
"Eungh..." lenguh Hanbyul sembari membuka mata kecilnya, "Jam berapa, Papa?"
"Sudah hampir jam 6, loh. Kau bilang hari ini sekolah kalian ada kegiatan pukul 7, 'kan? Bangunlah dan berangkat lebih awal untuk bersiap," jelas Hanbin sembari membuka tirai kamar gadis itu.
Hanbyul yang sedang terduduk mengangguk kecil, "Baiklah..."
"Pergi mandi dan turun ke bawah, ya. Mama sudah menyiapkan sarapan untuk kita," perintah Hanbin sembari menawarkan tangan pada putrinya.
Hanbyul membalas tos sang ayah, "Mengerti,"
"Anak Papa semakin pintar saja," gemas Hanbin seraya mengusak lembut surai Hanbyul.
Setelah selesai dengan putri sulungnya, Hanbin berjalan keluar kamar dan bersiap untuk kamar kedua. Ia memutar kenop pintunya, dan masuk ke dalam ruangan tersebut.
Pria berusia 30 tahunan itu berkacak pinggang dan tersenyum. Ia menarik napas dalam-dalam dan menjerit.
"JAGOAN PAPA! AYO BANGUN, SAYANG!"
"Ah, berisik sekali!" si kakak mengusap telinganya, "5 menit lagi!"
Hanbin berjalan mendekati putranya dan menggelitiki mereka, "Hei, hei, kalau tidak bangun nanti Papa ambil konsol permainan kalian,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Umbrella || ℍ𝕒𝕟𝕓𝕚𝕟-ℍ𝕖𝕖𝕛𝕚𝕟
Fiksi Remaja𝑱𝒆𝒐𝒏 𝑯𝒆𝒆𝒋𝒊𝒏 𝒇𝒕. 𝑺𝒖𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒏𝒃𝒊𝒏 • • • 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑎𝑛, 𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖. 𝐵𝑢𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛. 𝑆𝑒𝑏𝑢�...