22. Trauma

1K 88 1
                                    

Jam menunjukkan pukul 08.00

Kayla dan Zana yang masih terus menangis bahkan sampai mata mereka merah akibat tangisannya
"Bunda, Zana sabar ya, nanti ayah malah gak tenang bunda" tutur Rayyan yang berusaha menguatkan Kayla pun mengelap air matanya

Saat ini jasad Abyan yang akan segera di makamkan terlihat sebuah lubang makam yang masih baru
Saat keranda jasad Abyan di buka disitu tangisan pun kembali menghampiri Zana dan Kayla juga Arhan

Lalu jasad Abyan mulai di masukan ke dalam liang lahat Rayyan yang membantu pemakaman ayahnya itu
"Bunda sabar ya" lanjut Asya yang memeluk Kayla saat itu Kayla dan anak-anak sangat terlihat hancur atas kematian Abyan namun Rayyan yang selalu menguatkan mereka semua

Sampai akhirnya pemakaman Abyan selesai terlihat gundukan tanah yang masih baru juga tertulis di batu nisan

Muhammad Abyan Shaquille

Bin

Muhammad Umar

Lalu Kayla yang menaburi kembang di atas makam Abyan tangisan Kayla yang tak henti-henti

*****

Jam menunjukkan pukul 21.00

Orang-orang yang sudah pulang ke rumah masing-masing karena baru usai melaksanakan ta'jiah malam pertama di rumah Abyan
Namun Zana yang masih terus menangis karena ia yang menangani Abyan sebelumya jadi ia sangat merasa bersalah sampai-sampai ia merasa trauma untuk operasi pasien selanjutnya

"Bunda aku gak mau jadi dokter" lirih Zana yang berada di ranjang Kayla sambil memeluk Kayla namun Kayla dari tadi hanya bisa menguatkan

"Kamu gak mau usaha ayah sia-sia kan nak, dulu ayah pingin banget kamu jadi dokter" lanjut Kayla dengan kata sembab

"Tapi aku gak layak jadi dokter lagi Bun" lanjut Zana dengan posisi yang bersandar di bahu Kayla

"Kamu harusnya lebih semangat lagi, biar pasien kamu selanjutnya bisa kamu tangani lebih baik" lanjut Kayla saat ini Kayla sudah mulai bisa mengkontrol kesedihannya namun bukan berarti dia tidak merasa ditinggal

"Zana, kamu harus yakin kalau kamu bisa memang sudah takdirnya kalo kamu gak teruskan jadi dokter ngapain kamu kuliah lama-lama ngapain selama ini ayah Biayain mahal-mahal" ucap Rayyan yang menghampiri adiknya itu Zana pun mengelap air matanya

Lalu Asya memberikan Zana minum Zana pun segera menghabiskan segelas air mineral itu

Lalu Rayyan pun keluar dari kamar Kayla ia menghampiri Rizwan yang sedang menyantap kopi
"Assalamualaikum" tutur Rayyan yang duduk di sebelah Rizwan

"Wa'alaikumsalam" jawab Rizwan yang menoleh ke Rayyan

"Saya mohon, kamu jaga adik saya walau kamu memang menikah bukan karena cinta" ucap Rayyan lalu Rizwan pun menundukkan kepalanya ia memandangi Karpet permadani yang ia duduki

"Tanpa Abang suruh saya sudah berjanji pada diri saya kalau saya tidak akan mengkhianati istri saya" lanjut Rizwan dengan sangat serius dan ia tersenyum Rayyan pun memegang punggung Rizwan

"Saya ke kamar Arhan dulu ya" beo Rayyan yang berdiri dari tempat duduknya

Lalu ia berjalan menuju kamar Arhan terlihat pintu kamar Arhan yang tertutup Rayyan pun langsung membuka pintu itu

Saat ia sudah membuka pintu itu terlihat Arhan yang berbaring di atas ranjang dan ditutupi selimut juga lampu kamarnya yang mati
Rayyan pun menghidupkan lampu kamar Arhan siapa sangka Arhan yang ternyata sedang menangis histeris di balik selimut yang menutupi tubuhnya

Rayyan pun mendekati adiknya
"Arhan, percaya sama Abang, kalau kamu seperti ini ayah bakal gak tenang nantinya" tutur Rayyan yang mengelus puncak kepala Arhan lalu Arhan yang duduk di samping Rayyan

"Abang kok gak sedih sih?" Tanya Arhan yang mengelap air matanya ia baru sadar Rayyan hanya menangis dua kali saat Abyan meninggal dunia

"Abang anak paling tua di keluarga ini, kalo bukan Abang siapa yang nenangin kalian, Abang berusaha berfikir dewasa untuk menjadi kepal keluarga yang dewasa" tutur Rayyan seketika Rayyan pun meneteskan air matanya namun ia langsung mengelapnya

"Abang juga sedih banget, tapi Abang tau sekarang bukan waktunya Abang buat sedih tapi Abang harus bisa membuat keluarga ini tenang kembali" lanjut Rayyan yang menatap lantai kamar Arhan yang begitu mengkilat dengan keramik berwarna putih terang membuat sinar lampu memantul

"Ingat janji kamu ke ayah, yang bakal kuliah kedokteran sehabis lulus nanti" lanjut Rayyan yang tersenyum menatap adiknya itu

Arhan pun tersenyum
"Makasih ya bang, aku sadar kalau aku menangis juga gak akan merubah takdir kan" lanjut Arhan seketika ia memeluk Rayyan

Rayyan pun kaget selama ini adiknya belum pernah memeluknya jangan kan memeluk berbincang saja sangat jarang seketika Rayyan tersenyum karena hubungan dengan adiknya semakin terbuka

"Kamu jangan nangis lagi, kalo ada apa-apa panggil Abang, Abang mau ke kamar Abang dulu" lanjut Rayyan yang berdiri dari tempat tidur Arhan ia pun pergi dari hadapan Arhan

Tadinya ia ingin pergi ke kamarnya namun ia melihat Asya yang sedang memasak sesuatu membuatnya berhenti di dapur
"Masak apa sayang?" Tanya Rayyan yang berdiri di belakang Asya

"Zana belum makan dari pagi, eh lauk abis semua jadi aku masak nasi goreng deh" jawab Asya tanpa menoleh ke Rayyan

"Emmmmm, wangi banget" beo Rayyan yang mencium harum dari nasi goreng buatan Asya

Lalu Zana dan Kayla mendekati Asya
"Nak maaf ya jadi ngerepotin" tutur Kayla pada Asya

"Gak papa bun"

Mereka pun berbincang di dapur dengan Arhan yang ikut menghampiri canda tawa pun sampai di antara mereka
Seketika Rayyan senang karena keluarganya sudah bisa tersenyum kembali







Segini dulu ya guys

Jangan lupa tinggalkan jejak!!

Vote lah guys masa baca doang sih hahahahaha

Jangan lupa spam komen sebanyak mungkin!!

Sekian terima vote
Assalamualaikum

Shaquille.2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang