30. FITNAH

1K 94 1
                                    


1 Minggu kemudian

Jam menunjukkan pukul 09.00

Rayyan yang sedang menggendong anaknya dan Asya yang berjalan di samping Rayyan saat ini mereka sedang menghadiri acara akad nikah Rania dan Ali dan resepsi pernikahan nya baru usai

Asya dan Rayyan pun berjalan menuju tempat makanan dan sudah berjejer beberapa makanan di meja itu
"Ustadz Rayyan" seorang pria paruh baya menghampiri Rayyan lalu Rayyan pun menoleh dan berfikir sejenak saat melihat pria itu

"Kiayi Zaid?" Tanya Rayyan pria itu pun menganggukkan kepalanya dan tertawa kecil

"Masya Allah, terakhir bertemu dulu saat saya akan pergi ke Yaman ya" lanjut Rayyan yang tersenyum manis lalu Asya pun ikut tersenyum

"Ini anaknya?" Tanya kiayi Zaid yang memainkan pipi Rasya yang sangat menggemaskan

"Alhamdulillah anak pertama kiayi" balas Rayyan

"Ini istri saya kiayi, Asya Ratafa" ujar Rayyan yang memperkenalkan Asya pada kiayi Zaid lalu Asya pun tersenyum

"Ya sudah saya mau ke kiayi Arif dulu" lanjut kiayi Zaid sambil memegang punggung Rayyan

****

Jam menunjukkan pukul 23.00

"Ustadz Rayyan!" Teriak Rania sambil menggedor-gedor pintu rumah Rayyan dengan air mata yang bercucuran

"Astaghfirullah Rania!" Spontan Rayyan keluar dan di buntuti oleh Asya

"DASAR WANITA MURAHAN!" tegas Rania yang menunjuk-nunjuk wajah Asya membuat Rayyan kesal dan Asya tampak kebingungan

"DIAM!" desus Rayyan Rania pun mengambil handphone miliknya

"JANGAN PERCAYA, DIA FITNAH!" Dari kejauhan Ali yang berlari menuju mereka dan Arif pun mendekati mereka karena kegaduhan mereka dan para santri yang mulai bingung

"ISTRI YANG KAMU SAYANG INI, PEREBUT SUAMI ORANG!" Tegas Rania sambil memperlihatkan layar handphone miliknya Asya pun meneteskan air juga menutup mulutnya

"Apa benar?" Tanya Rayyan yang menoleh ke Asya dengan tatapan yang sangat menyeramkan

"Kata-kata dia gak benar kak" lirik Asya yang meneteskan air mata dan Rayyan pun mulai mempercayai bahwa istrinya tidak bersikap seperti itu

"Aku ada bukti rekaman" lanjut Rania yang membuka rekaman di handphone miliknya dan ia mulai menekan rekamannya

"Duh sayang....."

"Sabar kak Asya..."

Suara yang sedikit mendayu terdengar dari rekaman itu spontan Rayyan membulatkan matanya
"ALI, ASYA JUJUR DENGAN SAYA KALIAN MELAKUKAN APA! HAH! JAWAB!" tegas Rayyan membuat Asya semakin ketakutan

"Saya berani sumpah, saya tidak melakukan itu, saya berani menjamin memang yang kedua suara saya tapi yang pertama bukan suara kak Asya" lanjut Ali dengan wajahnya yang sangat percaya diri dengan perkataannya

"Kalian bukan mahram, bisa-bisanya kalian berpegangan tangan" lanjut Arif yang akan suara ia berusaha menenangkan kegaduhan ini karena tak enak di lihat para santri dan santriwati

"Ini ustadz yang paling sedih aku lihatnya" lanjut Rania memperlihatkan foto Ali dan Asya sedang berpelukan dan Ali mencium kening Asya Rayyan pun membulatkan matanya

Sebuah tamparan mengenai pipi Asya dari tangan Rayyan ini pertama kalinya Rayyan menampar Asya
"Bang jangan langsung percaya itu fitnah" lirih Ali yang tak tega melihat Asya yang diperlukan tidak baik dengan suaminya

Asya pun menangis histeris ia langsung masuk ke dalam rumahnya
"aku gak nyangka, padahal kamu baru habis menikahi aku kenapa kamu seperti ini" lirih Rania kepada Ali sambil memegang punggung tangan Ali

"RANIA STOP! KAMU SUDAH KELEWAT BATAS!" Tegas Ali yang menarik tangannya begitu saja

Rayyan pun menyusul Asya ke kamarnya dan kegaduhan itu dipisahkan oleh ustadz Arif
Lalu Rayyan menghampiri Asya yang berbaring di ranjang dengan air mata yang bercucuran
"Apa benar kamu melakukan itu!? Hah! Jangan bohong! Saya tidak suka!" Tegas Rayyan dihadapan Asya namun Asya tak menjawabnya melainkan ia terus menangis

"Bisa-bisanya kamu melakukan hal yang tidak wajar dengan Ali" lanjut Rayyan yang duduk di samping Asya

"Percaya kak, aku gak melakukan hal seperti itu aku sayang kakak" lirih Asya yang memegang punggung tangan Rayyan lalu Rayyan menarik tangannya begitu saja

"Kali ini kamu sudah menghilangkan rasa percaya saya, saya sayang sama kamu kenapa kamu mengkhianati saya" lirih Rayyan yang menundukkan kepalanya

Rayyan pun berjalan ke arah sofa dan lebih memilih tidur di sofa

****

Jam menunjukkan pukul 11.00

Saat ini Rayyan sedang ke kampus dan Asya berniat ingin menemui Rania di rumah ustadz Arif namun Asya pergi ke rumah ustadz Arif lewat jalan belakang rumahnya yang menghubungkan dengan halaman belakang rumah ustadz Arif

Saat ini rumah ustadz Arif hanya ada Rania karena ibu Zainab dan ustadz Arif sedang pergi ke Jakarta sedangkan Ali yang sedang mengajar di sekolah pondok

Halaman belakang rumah ustadz Arif langsung menghubungkan dengan dapur rumahnya dan terlihat Rania yang sedang memasak sesuatu
"BERANI SEKALI KAMU MEMFITNAH SAYA SAMPAI SUAMI SAYA PERCAYA! SENANG KAMU HAH!" Tegas Asya membuat Rania kaget dan Rania langsung menatap Asya

"Kenapa, takut Rayyan tidak percaya lagi dengan kamu?" Tanya Rania yang tersenyum seperti menantang dan ia mendekati Asya

"Saya akan menjadi penguasa pondok pesantren ini, harta Ali akan saya kuasai dan saya tidak akan diam melihat kamu yang bahagia dengan Rayyan" desus Rania sambil tertawa lalu Asya sangat merasa kesal dengan perbuatan perempuan yang satu ini

"Dasar perempuan murahan, cuma mau harta Ali saja hah?" Tanya Asya yang tertawa saat ini Ali menjabat sebagai bendahara pondok pesantren At-tariq jadi taktik Rania adalah ingin memeras harta pondok pesantren At-tariq

"Aku akan buat kalian berpisah" lanjut Rania

Rania yang sedang memasak itu ia tak segan-segan menggoreskan pisau ke tangan kanan dan bekas goresan itu cukup panjangnya, saat itu posisi Asya sedang menggendong Rasya namun Asya tetap menahannya

"Kenapa, lemah banget cuma bisa nangis" ujar Rania yang langsung pergi begitu saja

Asya pun balik ke rumahnya dengan tangan kanannya yang terasa sangat nyeri dan sambil menggendong anaknya perlahan ia meneteskan air mata

Tak lama ia sampai rumah ia berjalan menuju kamarnya untuk mengobati tangannya
Ia mengambil P3K di kamar mandi dan mengobati tangannya dan Rasya yang menangis histeris di atas ranjang

"Uma harus bisa buktikan ke Abba kalau Uma gak salah" ucap Asya yang baru selesai mengobati tangannya dan ia tersenyum melihat Rasya

Gimana guys bab ini?
Hahahahaha





Segini dulu ya guys
Jangan lupa tinggalkan jejak!

Jangan lupa spam komen sebanyak mungkin!!

Sekian terima vote
Assalamualaikum

Shaquille.2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang