24. Rania

900 73 0
                                    


4 bulan kemudian

Pagi hari yang terasa sangat sejuk di Bogor Asya dan Rayyan yang sedang bersantai di balkon rumahnya dengan Rayyan yang melantunkan surah Yusuf dan Maryam sambil mengelus perut Asya yang hampir menginjak usia hamil 9 bulan

Hampir setiap pagi Rayyan selalu melantunkan kedua surah itu agar dimudahkan dalam masa persalinan nanti
Saat ini Asya telah libur mengajar dan di gantikan oleh Rania untuk sementara

"Assalamualaikum" suara seorang perempuan yang berada di teras rumah Rayyan lalu Rayyan pun turun ke lantai bawah dan ternyata Rania yang datang

"Wa'alaikumsalam" ucap Rayyan yang berdiri didepan Rania

"Ustadz, saya mau mengambil buku paket Al-Qur'an hadits" tutur Rania tanpa mengucapkan apapun Rayyan langsung masuk dan mengambil buku paket yang Rania pinta

Tak lama Rayyan kembali keluar dan memberikan buku paket itu
Tak lama Rania pergi Rayyan pun kembali ke balkon

Ia kembali menghampiri Asya yang sedang duduk
"Buku paketnya sudah saya berikan ke Rania" beo Rayyan yang duduk di samping Asya

Mereka pun melanjutkan berbincang

*****

Jam menunjukkan pukul 16.00

"Rania saya titip Asya ya, kalau ada apa-apa bisa telepon saya atau kamu beri tahu ustadz Ali terlebih dahulu" ucap Rayyan yang akan segera pergi ia akan menghadiri acara di luar kota

"Iya ustadz, saya akan menjaganya sebaik mungkin" balas Rania yang tersenyum kepada Rayyan

"Sayang, baik-baik ya di rumah nanti malam saya pulang kok" lanjut Rayyan yang mencium kening Asya dan mengelus perut Asya yang sudah membesar

Lalu Asya pun mencium punggung tangan Rayyan
"Ya udah saya pergi, assalamualaikum" tutur Rayyan yang menaiki mobil yang dikemudikan oleh supir pondok

Tak lama mobil yang Rayyan pakai sudah menjauh
"Heh, mau ngapain masuk" beo Rania dengan suara yang lumayan kencang

"Aku mau istirahat, cape" lirih Asya yang akan memasuki rumahnya karena ia sudah terlihat sangat lelah

"Masakin gue dulu, lapar gue" lanjut Rania, Rania akan bersikap semena-mena saat Rayyan tidak ada di rumah bahkan ia seperti tidak memiliki malu menyuruh Asya sesuka hati tanpa belas kasihan

"Apa, mau bantah, hah! Awas aja nanti kalo Lo lahiran gak akan gue bantu" tegas Rania yang berdiri di hadapan Asya lalu tanpa berkata apapun Asya langsung memasak makanan menggunakan sisa bahan masakan

Sudah lebih dari bua bulan Rania bersikap seperti namun Asya sama sekali tak memberi tahu Rayyan
"Cuma karena perjodohan kan kalian menikah, sejujurnya Rayyan tuh cintanya sama gue!" Tegas Rania yang menghampiri Asya yang sedang memotong bahan masakan

Namun Asya hanya diam
"Selesai masak, cuci baju gue tuh di keranjang" titah Rania dengan mata tajamnya

Rania yang sering disebut-sebut sebagai ustadzah lemah lembut nan cantik siapa sangka sikapnya terhadap Asya seperti ini

*****

Jam menunjukkan pukul 23.58

Asya yang sedang memainkan handphone miliknya di sofa ia tak bisa tidur karena ia sedang menunggu Rayyan yang katanya macet dijalan
"Sya, buatin gue teh dong" titah Rania yang berdiri dihadapan Asya namun Asya tak menjawab apapun

Sebuah tamparan keras mengenai pipi Asya sampai-sampai Asya meneteskan air mata sambil memegang pipinya yang terasa panas
"Kenapa, sakit hah!" Tegas Rania yang baru usai menampar Asya

"Gue udah masak buat Lo, gue udah cuci baju Lo, gue udah bantu Lo, Lo gak punya otak apa gimana gue lagi hamil Lo nyuruh gue semena-mena, gue kasih tau Rayyan mau Lo!" Tegas Asya yang sudah muak dengan hari ini tambah-tambah ia sangat merasa lelah

"Berani Lo sama gue, Lo disini hanya sebatas menantu!" Lanjut Rania Asya pun tersenyum

"Lah gue menantu, Lo apa cuma guru honor aja bangga!" Ucapan Asya mulai tak terjaga karena ia sudah kesal dengan tingkah laku Rania yang semena-mena

Rania yang kesal ia mendorong Asya sampai terjatuh ke lantai, darah yang mengucur di gamis yang Asya pakai namun Rania tak terlihat panik sama sekali
"Rania tolong aku, tolong telepon ustadz Ali" lirih Asya yang sudah sangat lemah namun Rania pergi begitu saja

Asya pun harus mengambil handphone nya sendiri dengan susah payah dengan rasa sakit yang ia rasakan ia pun menelpon ustadz Ali
"Ustadz, tolong saya perut saya sakit banget" tutur Asya lalu terdengar ustadz Ali yang langsung bergegas

Tak lama ustadz Ali datang membawa mobilnya
"Ustadzah Rania tolong saya" tutur Ali yang meminta Rania untuk membantunya membawa Asya ke dalam mobil

Lalu Asya pun duduk di kursi belakang dan memanjangkan kakinya
"Kenapa ini bisa terjadi?" Tanya Ali yang mengemudikan mobilnya

"S-saya tadi mau membantu Asya berdiri tapi dia malah kepeleset" balas Rania sementara Asya yang mengeluarkan air matanya dan Ali pun semudah itu percaya dengan perkataan Rania

*****

Jam menunjukkan pukul 00.09

Rayyan yang baru pulang ia pun mendatangi ruangan Asya
Tak lama Rayyan memasuki ruangan Asya
"Sayang, gimana keadaannya" tanya Rayyan yang baru datang lalu Asya langsung memegang lengan Rayyan

"Sakit" lirih Asya tak lama suster rumah sakit datang

"Pak, istri bapak terjadi pendarahan akibat benturan yang cukup keras" ucap suster itu yang berdiri di depan Rayyan

"Astaghfirullah"

"Kita bisa langsung mulai persalinan kita pakai normal aja pak" ucap dokter yang berdiri di samping suster itu

"Oke dok, lakukan yang terbaik untuk kelahiran anak saya dan kesehatan istri saya" lanjut Rayyan dokter itu pun menganggukkan kepalanya

"Tarik nafasnya Bu" ucap suster itu

Asya yang memegang lengan Rayyan dan Rayyan yang melantunkan sholawat yang begitu merdu
"Sedikit lagi Bu" tutur dokter itu

"Aaakkkhhhh!"

Owweeekkk.... Owwweeekkk..

Suara tangisan bayi yang begitu kencang
"Alhamdulillah" ucap Asya dan Rayyan yang lega saat anak pertama mereka telah lahir dan sehat





Segini dulu ya guys
Jangan lupa tinggalkan jejak!!

Jangan lupa spam komen sebanyak mungkin!!

Sekian terima vote
Assalamualaikum

Shaquille.2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang