42. sahur

762 75 2
                                    


Rayyan pun masuk ke dalam rumah Kayla.
"Astaghfirullah!" Spontan Kayla beristighfar saat melihat wajah anak pertama nya itu namun Rayyan hanya bisa menatap bundanya dengan tatapan bingung.

"Kenapa kamu nak?" Tanya Kayla yang mendekati Rayyan namun Rayyan hanya menggelengkan kepalanya Kayla pun tersenyum pasalnya Rayyan yang tidak tau apa-apa.

"Liat ke kamar mandi sana ngaca." Titah Kayla tanpa pikir panjang Rayyan melewati tubuh bundanya ia pun langsung bercermin.

"Astaghfirullah." Saat itu juga ia beristighfar dan menghemat nafas yang ada di pikirannya saat itu adalah kedua anaknya yang sepertinya balas dendam.

Ia pun mencuci wajahnya dengan air mengalir lalu ia menaikan kaus bagian bawahnya dan mengelap wajahnya.
Ia pun keluar dari kamar mandi.

"Ayo nak. Arhan dan Nafa sudah di rumah kamu." Ujar Kayla. Nafa adalah seorang wanita yang di takdirkan menjadi jodoh pendamping untuk Arhan alias Nafa ini istri dari Arhan.

Mereka berdua pun keluar rumah lalu Kayla mengunci pintu rumahnya dari luar. Mereka pun berjalan menuju rumah Rayyan. Rayyan berjalan di samping bundanya yang membawa sebuah baki.

Jam menunjukkan pukul 03.25

Rayyan yang sampai di teras rumahnya ia pun mulai masuk dengan Kayla menuju ruang makan rumah Rayyan.
Asya yang tiba-tiba membulatkan matanya saat coretan di wajah Rayyan sudah hilang.

"Ayo makan. Kenapa sayang?" Tanya Rayyan yang menghampiri Asya yang terlihat panik dan keringat panas dingin karena ia ketakutan akan Rayyan yang marah.

"I-iya m-makan ya" ucap Asya yang berjalan menuju meja makan. Mereka pun mulai makan masakan Asya dan Kayla yang membawa beberapa lauk dan di bantu Nafa masak.

"Nafa makan yang banyak." Titah Kayla pada menantunya itu karena Nafa yang sedang mengandung anak pertama Arhan jadi kayla yang membantu menjaga kesehatan Nafa.

"Mual bunda." Jawab Nafa yang terlihat tidak nafsu makan.

"Hamil pertama biasanya kaya gitu emang." Lanjut Asya setelah menelan sesendok nasi juga lauk pauk. Rasya yang tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya Asya pun menoleh ke anaknya itu.

"Rasya udah makannya?" Tanya Asya Rasya pun menganggukkan kepalanya anak itu menaruh piring bekas ia makan di wastafel.

"Nanti Rasya lapar." Lanjut Rayyan namun anak itu hanya menggelekan kepalanya.

"Rasya ikut puasa ya sekarang." Titah Rayyan Rasya hanya menganggukkan kepalanya. Rasya pun jalan menuju ruang tamu ia menyalakan televisi sambil menyantap beberapa makanan ringan di meja ruang tamu.

Jam menunjukkan pukul 08.00

Rayyan yang baru sampai rumah ia habis mengantar kedua anaknya sekolah dan ia baru usai membeli beberapa barang yang Asya pesan. Ia pun masuk ke dalam rumahnya.

"Barang yang kamu pesan." Beo Rayyan yang memberikan sebuah tota bag berwarna hijau Asya pun mendekati suaminya itu dan mengambil barang yang ia pesan.

"Tadi kenapa kamu marahi anak-anak." Tanya Asya sambil menundukkan kepalanya ia sudah tau alasan Rayyan marah dan ia ingin mengakui nya kalau ia yang salah.

"Ya karena udah berani coret wajah saya." Lanjut Rayyan seketika Asya yang membulatkan matanya dan ia bingung ingin menjawab apa.

"K-kok k-kamu tau a-anak-anak yang salah tau dari mana?" Tanya Asya dengan suara gugup dan panik ia pun mendongakkan kepalanya agar melihat ke wajah Rayyan.

"Ya karena saya berfirasat seperti itu." Lanjut Rayyan yang menatap wajah istrinya itu yang sangat cantik dan indah di pandang.

"Se-sebenarnya i-itu a-aku yang lakukan." Lanjut Asya yang menundukkan kepalanya Rayyan pun tersenyum mendengarnya.

"Kenapa kamu melakukan itu sayang. Ada salah saya dengan kamu?." Rayyan yang malah tertawa bukanya marah membuat Asya lega mendengarnya Asya pun mulai mendongakkan kepalanya.

"Karena mas Rayyan. Gak memperbolehkan aku main hp semalam." Lanjut Asya yang tersenyum ke arah suaminya itu.

Cup.

Sebuah kecupan mendarat di dahi asya. Asya pun membulatkan matanya kaget.
"Ya saya takut kamu sakit." Lanjut Rayyan yang tiba-tiba memeluk istrinya itu.

"Kamu kalo marah jangan gitu ya." Ujar Rayyan Asya pun menganggukkan kepalanya. Suami istri itu sangat serasi dengan perut Asya yang sudah besar karena sedang hamil.


Jam menunjukkan pukul 11.00

"Uma. Abba masih marah sama kita?" Tanya Rasya yang menatap Rayyan yang dari tadi hanya diam menatap laptop di ruang tamu.

"Abba gak marah sama kalian. Abba masih sibuk." Balas Asya yang tersenyum menatap kedua anaknya itu yang sedang duduk di kursi meja makan.

"Ni kamu bagi Abba." Titah Asya yang memberikan sepiring apel yang sudah di kupas kulitnya dan sudah di potong agar lebih kecil.

Alisha pun membawa piring hijau itu menuju ruang tamu dan Rasya yang mengikuti Alisha berjalan.
"Abba dari Uma." Tutur Alisha yang menaruh piring itu di samping laptop Rayyan. Rayyan pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Abba masih marah?" Tanya Alisha Rasya pun menginjak kaki Alisha karena ia menanyakan hal yang bisa membuat Rayyan semakin marah.

"Apa sih bang!" Kesal Alisha yang merasa sakit ia pun memukul lengan Rasya namun Rasya menghindari dari pukulan Alisha.

"Abba gak marah." Lanjut Rayyan tanpa menoleh ke kedua anaknya itu.

"Udah ambil buku kalian. Kata Uma kalian ada PR matematika." Titah Rayyan seketika Rasya yang membulatkan matanya.

Pasalnya jika Rayyan yang mengajarkan matematika sudah di pastikan omelan bahkan bentakan datang sampai sering membuat kedua anaknya menangis.








Segini duluan ya guys
Jangan lupa tinggalkan jejak!!

Jangan lupa spam komen sebanyak mungkin!

Maaf ya up nya lama kemarin sempet ujian kelulusan sekolah.

Sekian terima vote
Assalamualaikum



Shaquille.2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang