44. mimpi

823 66 1
                                    

Jam menunjukkan pukul 07.00

Terlihat sebuah keranda yang berada di barisan paling depan makmum. Para pengurus pondok dan para santri sudah siap melaksanakan sholat jenazah.

Dari kejauhan terlihat Ali dan kursi roda nya yang berada di bawah pohon dekat masjid pondok juga perban yang melilit dahinya.

"Ustadz Rayyan." Lirih Ali sambil menundukkan kepalanya sedangkan Asya yang masih menangis tersedu-sedu juga kedua anaknya itu.

Sementara sholat jenazah sedang di lakukan.
"Uma Abba kasihan Uma." Ujar Rasya yang sudah penuh keringat juga air mata di baju yang ia kenakan.

****

"Bangun sayang" lirih seorang lelaki dengan suara beratnya Asya yang tersadar dari mimpinya dengan tubuhnya yang sudah keringat dingin juga nafasnya yang setengah-setengah.

Spontan ia memeluk Rayyan yang ternyata berdiri tepat di samping ranjang tempat Asya tidur.
"Aku kira kamu mati." Ucap Asya Rayyan pun tak kuasa menahan tawa melihat istrinya yang baru sadar dari mimpi.

"Makanya sebelum tidur jangan baca Wattpad sad ending kan kebawa mimpi jadinya." Lanjut Rayyan yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku istrinya.

"Masih jam tiga sayang." Lanjut Rayyan ia pun melepas pelukan istrinya itu lalu meluluhkan tubuhnya pada ranjang empuk itu.

Tanpa aba-aba Asya pun kembali memejamkan mata sambil memeluk tubuh bidang suaminya itu sementara Rayyan yang kaget saat Asya yang tiba-tiba memeluknya erat.

"Goodnight...."

Jam menunjukkan pukul 03.30

Nit. Nit. Nit.

"Huaaaaaaa. Cukup lah tiga puluh menit." Ujar Rayyan yang membuka matanya perlahan namun ia baru sadar istrinya yang masih memeluk tubuhnya dengan erat.

Ia pun mencoba bangun namun tetap saja tidak bisa.
"Sayang. Saya ingin tahajud lepas dulu ya nanti peluk lagi." Ujar Rayyan yang mengelus puncak kepala Asya perlahan.

Perlahan Asya melepas pelukan itu dan Rayyan pun duduk di atas ranjang miliknya.
"Mau ikut tahajud?" Tanya Rayyan yang menoleh ke Asya. Asya pun menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah ayo. Saya siap-siap dulu." Beo Rayyan yang berdiri dari tempat tidur nya dan berjalan ke kamar mandi.

*****

Jam menunjukkan pukul 09.00

Rayyan yang saat itu tidak pergi mengajar di kampus tempat ia mengajar. Ia pun membantu Asya memberikan rumah saat ini ia sedang pel teras rumahnya dengan celana training abu dan baju lengan pendek berwarna hitam.

"Ustadz." Tutur beberapa santri yang melewati rumahnya dengan sopan. Rayyan yang sebenarnya sudah tidak tahan di lihat para santri karena sedikit malu.

Tak lama ia telah selesai pel teras rumah Rayyan lalu ia membawa ember juga alat pel nya ke dalam rumah. Ia pun berjalan menuju kamar mandi dapur.

Terlihat Asya yang sedang menyapu lantai dapur.
"Sudah saya bilang kamu diam. Ya diam sudah banget di bilanginnya duduk sana biar saya yang rapikan rumah!" Ketus Rayyan tanpa pikir panjang Asya pun menuruti perintah suaminya itu ia pun duduk di sofa ruang tamu.

"Sayang." Panggil Rayyan membuat Asya kembali lagi ke dapur.

"Lantai atas udah, lantai bawah udah, saya masak buat anak-anak nanti ya." Ujar Rayyan dengan tubuhnya yang sudah penuh keringat.

"Aku aja yang masak kakak istirahat aja." Balas Asya yang dari tadi tak enak hati kepada Rayyan.

"Kamu aja istirahat kamu kan perlu banyak-banyak istirahat." Lanjut Rayyan yang tersenyum manis ke arah istrinya.

*****

Jam menunjukkan pukul 13.09

Rayyan yang baru pulang dari masjid pondok ia pun memasuki rumahnya.
"Enak gak masakan Abba?" Tanya Rayyan yang baru sampai dan ia menghampiri Alisha yang tengah menonton televisi.

"Asin Abba." Balas Alisha seketika Rayyan yang membulatkan matanya mendengar ucapan anaknya itu.

Tanpa aba-aba ia pun langsung bergegas menuju dapur untuk menyicipi masakannya karena ia belum sempat cicipi.
"Emang asin ya." Monolog Rayyan yang berjalan menuju meja makan.

Ia pun membuka tudung saji.
Ia memasak orek tempe dan sup sayur. Ia pun menyicipi orek tempe yang ia masak tadi.

Saat satu suapan sampai di mulutnya ia langsung batuk-batuk karena masakannya yang begitu asin sampai-sampai ia tak kuat menahan rasa asin itu. Ia pun bergegas mengambil minum.

"Uma." Panggil Rayyan. Tak lama Asya datang menghampiri suaminya itu.

"Kamu makan masakan saya?" Tanya Rayyan yang berdiri di depan Asya. Asya pun menganggukkan kepalanya perlahan.

"Kenapa di makan kan gak baik, itu terlalu asin." Lanjut Rayyan Asya pun menggelekan kepalanya.

"Sup nya mah gak asin kan." Lanjut Asya. Rayyan pun mencoba sup yang ia buat itu.

*****

Jam menunjukkan pukul 18.00

Rayyan dan Asya sedang bersantai di balkon rumahnya tanpa ada suara bising dari rumahnya karena kedua anaknya sedang main di asrama para santri.

"Muhammad Malik Ash-shaquille." Celetuk Rayyan membuat Asya menoleh ke arah Rayyan.

"Kenapa?" Tanya Asya yang kebingungan dengan kata-kata yang di sebutkan Rayyan barusan.

"Bagus deh kalo anak ketiga kita laki-laki." Ucap Rayyan yang tersenyum sambil mendongakkan kepalanya dan menatap bulan yang sangat terlihat terang dan indah.

Asya pun ikut tersenyum.
"Iya bagus." Tutur Asya dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya.




Segini dulu ya guys

Maaf ya upload nya lama saya masih bingung mau buat sad ending atau happy ending, pada akhirnya saya lebih milih happy ending karena takut kalian kecewa😭

Oh ya jangan lupa baca cerita baru saya link nya saya taro ni.

Judul : ROAD TO JANNAH BY ZAKI_9

https://www.wattpad.com/story/342646351?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=zaki_9&wp_originator=7IZy6dr3Df3PwTq56Nr0vmeG4KIoCyxBeOpOlwDXPEPvP%2F9suBYqYlpnQsUHZtT02O6GTbgXZE4%2FsoC0s4c%2Fh44EtPlzj7R8S3c8yQQmLK3H7WZkERgXkGEcWqXJjBz0

Sekian terima kasih
Assalamualaikum

Shaquille.2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang