43. selamat jalan

880 87 100
                                    

4 bulan kemudian.

Jam menunjukkan pukul 14.00

Rayyan yang sedang duduk di kursi meja makan dan sedang merapikan barang bawaan nya. Hari ini ia baru usai melaksanakan sebuah acara syukuran kandungan Asya yang sudah sampai bulan ke-7.

"Kalo ada apa-apa chat aku atau gak telpon." Ucap Asya yang menghampiri suaminya yang sedang merapikan sorban yang ia kenakan.

"Iya sayang." Tutur Rayyan yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan ia berdiri di depan tubuh Asya.

Cup.

Sebuah kecupan mendarat di dahi Asya.
"Kamu jaga diri baik-baik ya kalo ada apa-apa telpon saya atau minta bantu bunda." Lanjut Rayyan yang mengelus perut Asya.

"Alisha, Rasya jaga Uma baik-baik ya." Ujar Rayyan yang melihat anaknya sedang cuci tangan dan akan beranjak untuk makan.

"Siap Abba komandan." Balas Alisha yang tersenyum riang ke Abba nya itu. Rayyan pun ikut tersenyum mendengarnya.

"Abba jangan pergi lah." Titah Rasya yang memegang jemari Rayyan sambil cemberut. Rayyan pun menyamaratakan tingginya dengan anaknya itu.

"Abba harus isi acara kalo gak pergi nanti Abba di tungguin di sana." Tutur Rayyan yang mengelus puncak kepala anaknya itu.

"Ya udah Uma. Abba pergi ya." Tutur Rayyan lalu ia menyalami istrinya itu dan kedua anaknya yang mencium punggung tangan Abba nya itu.

Rayyan pun keluar rumah dan di ikuti kedua anaknya juga istrinya yang berjalan perlahan.
"Abba hati-hati ya. Cepet pulang ya." Tutur Rasya yang menarik sorban yang Rayyan kenakan.

Entah apa yang di pikirkan anak itu hingga melarang Rayyan untuk pergi bisanya ia selalu memperbolehkan Rayyan pergi.

"Ya udah Abba pergi ya." Lanjut Rayyan yang memasuki mobil yang di kendarai oleh Ali.

"Assalamualaikum"

Perlahan mobil yang di naiki oleh Rayyan mulai pergi menjauh.




*****

Jam menunjukkan pukul 01.00

"Uma Abba mana Uma." Tanya Rasya dengan suara yang sesak akibat tangisan nya yang tak henti-henti. Asya pun mulai panik pasalnya jam segini suaminya belum kunjung pulang.

"Assalamualaikum. Mas Ali ada telpon kamu tidak?" Tanya Rania yang ternyata masih menunggu kepulangan suaminya. Asya pun menggelekan kepalanya.

"Astaghfirullah kemana ya mereka." Monolog Rania yang mulai terlihat panik.

Suara dering handphone milik Asya bersuara ia pun bergegas mengambil handphone miliknya dan mengangkat telepon yang ternyata telpon itu masuk dari nomor tak dikenal.

"Assalamualaikum dengan siapa di sana?" Tanya seseorang dengan suara beratnya Asya pun menoleh ke Rania.

"Saya Asya." Jawab Asya dengan suara yang terdengar kebingungan.

"Apakah anda kerabat dari saudara Rayyan." Tanya lelaki itu.

"Saya istrinya pak." Jawab Asya tiba-tiba orang itu terdiam sejenak membuat Asya semakin panik.

"Maaf Bu. Pak Rayyan sudah tidak bisa tertolong lagi." Ujar orang itu spontan Asya menangis histeris saat mendengar ucapan itu namun telpon nya langsung terputus.

"Innalilahi wa innailaihi roojiun." Lirih Asya yang terjatuh tak berdaya Rasya pun mendekati Uma nya itu dengan tangisan yang kembali menghampiri.

Rania yang mendengarnya pun langsung terdiam kaget namun ia langsung memanggil seorang lelaki dan ia menyuruh mengambil mobil milik Ali untuk di bawa ke sini.

"Ayo Asya kita ke rumah sakit." Ucap Rania yang merangkul lengan Asya.

Lalu Rania membawa Asya ke dalam mobil namun Rania yang lari menuju rumah Kayla untuk memberi tahu Kayla.

Jam menunjukkan pukul 01.20

"Kenapa cepat banget mas." Lirih Asya yang sudah menangis histeris dan memegangi jasad Rayyan yang sudah di tutupi kain putih.

"Abba bangun Abba." Lirih Alisha yang masih belum percaya dan Rasya yang dari tadi hanya bisa menangis histeris sambil memegangi jemari Rayyan yang tadi pagi ia pegang.

"Abba kata nya mau pulang cepat." Lanjut Rasya yang menangis histeris bahkan membuat matanya merah akibat tangisannya yang tak bisa berhenti.

"Maaf Bu tadi saat pak Rayyan sudah sangat lemah. ia menitipkan secarik kertas dan ia berpesan untuk kasih ke ibu jika ia tidak ada umur lagi." Tutur seorang dokter laki-laki yang memberikan sebuah kertas

isi kertas :

"Kita bertemu dari sebuah Kertas yang tak sengaja datang. Aku harap kisah cinta kita tetap abadi di hati kamu walau hati ku sudah mati. Jaga baik-baik anak-anak kita kamu harus kuat cantik kamu harus tersenyum kamu harus menjadi simbol kuat nya seorang wanita. Aku sayang kamu selamat tinggal sayang. Aku akan menyusul ayah Abyan akan menyusul Humaira. Aku yakin kita pasti bisa bersatu kelak di syurag nya Allah SWT."

Tangisan pun pecah ia membaca surat itu di hadapan jasad Rayyan ia pun memasukan kertas itu ke dalam saku gamis yang ia kenakan.

"Entah apa yang terjadi kalau kamu gak ada ustadz hari-hari aku di isi dengan senyum kamu." Lirih Asya yang kembali mendekati jasad suaminya.

"Untuk setelahnya aku janji aku gak akan cengeng aku pasti kuat demi anak kita. Aku sayang kamu." Lanjut Asya.









Sekian dari saya menurut saya tokoh Ustadz Rayyan ini adalah tokoh yang menggambarkan seorang lelaki yang nyaris sempurna.

Kita inget selalu ustadz Rayyan ya.

Sekian terima kasih
Jangan lupa spam komen sebanyak mungkin!!

Jangan lupa vote sebanyak mungkin!!

Assalamualaikum

Makasih banyak guysss.

Shaquille.2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang