Burundi

2.1K 340 79
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan dari Pinterest.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Don't forget to VoMentHappy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"B-bu, m-maksudnya gimana?"

"Panggil mas coba. Kalo Chery takut dimarahin sama Mas atau malu, dicoba dulu sama ibu. Coba panggil." Gendis menatap Chery dengan minat. Matanya seolah mengharap dan menunggu.

"M-mas." cicit Chery. "Mas siapa?" sahut Gendis masih menatap harap pada Chery.

"M-mas L-liam." kenapa Chery menurut? Pasti Chery baru saja jadi korban hipnotis! Senyumnya jadi kaku selama beberapa saat karena Gendis terus menatapnya dengan berseri-seri.

Setelahnya, ia sempat ditarik kesana kemari oleh Gendis untuk memamerkan banyak jenis kain padanya. Dengan semangat 45, Gendis akan menjelaskan kepada Chery asal usul dari setiap kain yang ia tunjukkan. Bahkan saat ini Chery sudah didandani dengan kain yang memiliki pola batik modern buatan galeri Rumah Kain yang dilitkan diseputar pinggangnya. 

Soal kejadian Gendis yang memintanya untuk memanggil Liam dengan panggilan Mas, Chery anggap hanya angin lalu. Mungkin Gendis hanya sedang kebingungan karena Liam belum menjelaskan siapa dia, kan?

"Nah cantik. Aduh, ibu jadi ngga mau Chery pulang." 

"Chery senang disini?" tanya Gendis yang sudah tak tahan lagi untuk menahan tanganya agar tidak mengelus kepala Chery.

"Seneng bu. Tapi sayang cuma bisa dua hari disini."

"Gapapa. Kalau ada waktu Chery boleh sering-sering mampir kesini. Sekalian tinggal disini sama ibu juga ngga apa-apa." Chery terkekeh sambil mengangguk. Gendis sangat ramah padanya. Berbeda dengan anaknya yang menyebalkan.

"Cher, let's go." Gendis mendelik pada Liam. "Mau dibawa kemana Chery nya?"

"Nunggu sunset bu. Sekalian nemenin Chery hunting foto." Gendis terlihat berat hati untuk melepas tangan Chery. "Dijagain loh ya Chery nya. Ambil sisi yang tidak terlalu ramai ya Mas."

"Iya ibu. Mas pamit. Ayo Cher."

"Chery pamit ya bu."

"Iya hati-hati ya nak. Cubit aja mas Liam kalau kamu dijahilin." Chery terkekeh dan berjalan menyusul Liam. 

Mereka berboncengan menggunakan motor yang  sama dengan motor yang mereka gunakan saat datang tadi. Mereka menghabiskan kurang lebih 10 menit hingga sampai di pantai yang dijadikan spot sunset terbaik dan yang paling sepi.

"Woah." Chery segera turun dari motor. Ia berdiri menatap kagum pada pantai dihadapannya dengan kamera yang tergantung dilehernya.  Kemudian ia berjalan, meninggalkan Liam yang masih memarkirkan motor mereka dibelakang sana. Kameranya sudah berpindah ke tangan dan membidik beberapa gambar. 

Cherry On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang