Pajeon

1.5K 269 35
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan diambil dari Pinterest.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Don't forget to VoMentHappy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa Di?----" Chery melongo.

"---Chef Liam? Ngapain disini?" untuk sesaat, suasana akward melingkupi mereka. Bunyi serangga malam yang tersebar di halaman depan Kalingga terdengar saling sahut. Chery juga sadar saat Liam terlihat mengamati dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Setelah itu, Liam terlihat menghela napas dan mengendurkan ekspresi serius yang sejak awal ia tunjukkan.

"Ada barang saya yang ketinggalan."

Sebelumnnya.....

"Sorry sorry telat. Laporan keuangan udah dikirim ke email ya bos. Coba lo cek, udah masuk belom?" 

"Udah." katanya yang masih sibuk dengan MacBook yang memang sejak awal datang sudah ia buka. 

"Oke, mana report lo?" katanya lagi sambil menutup layar Macbook nya setengah dan menggesernya sedikit kesamping. 

"Ck, buru-buru banget. Ngga mau nyobain menu best seller kita dulu? Atau basa-basi sambil cerita soal kesan lo tinggal di Jakarta. Udah mau sebulan kan?" kata sepupu sekaligus orang yang dipercaya Liam untuk mengurus restorannya yang berada di daerah selatan Jakarta itu.

"Gak ada. Now, report lo Lucas!"

"Buru-buru banget sih, dasar artis." walaupun menggerutu, Lucas tetap membuka iPad dan file presentasinya. Kemudian ia mengopernya pada Liam yang duduk tegak dihadapannya.

"Performa resto ada di 91%. Turun 3% dari bulan lalu karna bulan ini ada libur beberapa hari buat renovasi toilet belakang. Terus menu baru yang lo kirim kemaren udah diuji coba sama Juan. Lo mau gue minta Juan buat bikin lagi biar lo bisa nyobain? Mumpung lo ada disini nih."

"Kenapa kita ngga bisa sampe 100%?" Liam mengangkat kedua alisnya dengan mata yang masih membaca grafik evaluasi bulanan yang dibuat Lucas. "Setiap kali laporan lo selalu bilang masih-masih- padahal presentase juga paling mentok 97%. Sisanya kemana? Dimana yang missed?"

Lucas menggaruk bagian belakang lehernya. Sebagai manager, Lucas di charge penuh untuk performa dari restoran yang ia handle. Sama dengan Mark yang kebagian meng-handle restoran Liam yang ada di Sentul. Dan selama hampir satu tahun kepemimpinannya, performa resto memang tidak pernah mencapai 100%.

"What do you need to make a 100% or more for the next report?" tanya Liam. Kedua sikunya sudah berada diatas meja. Dengan kedua telapak tangan yang menyatu dan menyangga dagunya.

Cherry On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang