Aglio E Olio

2.3K 318 83
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan dari Pinterest.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Hari terakhir Chery di Lombok, dihabiskan dengan berkeliling Rumah Kain dan mengikuti segala aktifitasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari terakhir Chery di Lombok, dihabiskan dengan berkeliling Rumah Kain dan mengikuti segala aktifitasnya. Ia bangun lebih siang dari biasanya dan mendapati kamar yang sudah kosong. 

Semalam, ia menghabiskan waktu bersama Liam semalaman sambil berbaring berhadapan dan membicarakan banyak hal. Kalau kata Liam, sekaligus membiasakan Chery untuk memanggilnya dengan sebutan baru yang sudah terlanjur Liam sukai. Bibir Chery bahkan berulang kali dipukul main-main dengan telunjuk Liam setiap gadis itu salah panggil karena belum terbiasa. Membuat Chery yang awalnya masih malu-malu jadi kesal sendiri. Pecah sudah rasa canggung dan malu yang ia rasakan hingga Chery berarni memukul Liam beberapa kali sebagai balasan.

Saat ini, ia sedang berdiri diarea luar aula terbuka bersama dengan Juwi. Gadis manis berusia 19 tahun yang ikut membantu Gendis untuk mengurus Rumah Kain. Mereka sedang memperhatikan demo masak yang sedang dipimpin oleh seorang chef yang memang berkerja di resto yang dimiliki Rumah Kain. Pesertanya kebanyakan turis mancanegara. Sekalinya ada orang Indonesia, hanya seorang guide.

"Kenapa bukan Mas Liam aja yang demo Wi?" Juwi terkekeh. "Mana mau mba. Dari dulu, Mas Liam ngga pernah mau disuruh masak buat orang lain kalau bukan pengunjung resto. Untuk demo, biasanya memang dikerjakan Pak Anas atau Pak Putu."

"Alasannya?" Juwi menggeleng. "Tapi kalo kata Ibu, bagus Mas Liam ngga mau. Ngga bakal juga Mas Liam bisa sok-sok sabar ngajarin orang masak. Yang ada diteriakin saking ngga sabarnya." 

Chery tertawa sambil menutup mulutya dengan punggung tangan. Iya juga, mana bisa Liam jadi seperti Pak Anas didepan sana, yang dengan sabar berjalan mengitar pada seluruh peserta demo dengan senyuman lebar dan kesabaran setiap menjelesakan setiap bumbu dapur yang ia gunakan. Lalu langkah mereka bergeser ke arah tepi Rumah Kain. Berdiri di area luas yang menghadap langsung ke pantai. 

Sejak Chery bangun pukul 7.30 tadi hingga sampai saat ini, ia hanya bertemu Liam beberapa kali karena pria itu selalu terlihat sibuk. Kata Juwi, Liam sedang sibuk memberi arahan kepada pihak resto, pihak pengurus Rumah Kain dan pihak galeri sebelum akhirnya kembali lagi ke Jakarta. 

Namun yang membuat Chery cukup tersipu saat mengingat moment setiap mereka memiliki kesempatan walau hanya untuk berpapasan, Liam akan menyempatkan diri untuk mencium entah puncak kepala, dahi ataupun pipi Chery.

"Nah itu dia." tunjuk Juwi pada sosok yang sedang celingak-celinguk mencari sesuatu. Chery membawa kepalanya menengok, menatap pada sosok Liam yang rambutnya berterbangan tertiup angin. Kemeja putihnya juga ikut berkibar, membuatnya sesekali tersingkap dan memperlihatkan bagian dada dan perut pria tampan itu. Dan saat tatapan Liam menemukan Chery, sebuah senyum lebar langsung terbentuk dan pria itu segera berjalan menghampiri tempat Chery berdiri. 

Cherry On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang