Vote dan komen jangan lupa guys!
Makasih :)
..
"Mas Arbi, kemaren ada yang dateng mau custom mug 200 buah pake nama. Kira-kira diterima nggak ya? Dia bilang butuhnya seminggu lagi." tanya Indra salah satu karyawan di percetakan Arbi.
Arbi yang sedang mencetak undangan menoleh, pemuda itu nampak berfikir sebentar. "Terima aja Ndra, masih bisa kayaknya."
Indra mengangguk. "Siap Mas Arbi, nanti saya kabarin ke orangnya."
Arbi mengangguk. "Iya Ndra." kata pemuda itu melihat ke arah rak-rak yang isinya sudah menipis.
Percetakan milik nenek dan kakek Arbi memang cukup besar. Bahkan mereka juga menerima sablon untuk baju atau mug yang biasa digunakan untuk sovenir pernikahan.
Percetakan itu sangat populer untuk kalangan anak sekolah ataupun pegawai desa bahkan beberapa pemilik usaha mencetak banner dan pamflet di sana. Selain karena hasilnya bagus dan juga cepat tapi pelayanan di tempat Arbi memang bagus.
Setiap ada yang ingin menikah pasti percetakan itu sudah menjadi langganan untuk mencetak undangan. Sejak ada Arbi di sana pemuda itu selalu aktif ikut membuat desain dan juga memantau semua prosesnya.
"Mas Arbi, kaos pesenan anak SMA bulan lalu udah jadi semua. Nanti langsung dianter aja atau suruh mereka ke sini?" tanya Fadil menghampiri Arbi.
"Anterin aja, kamu tau kan rumah Revan yang waktu itu ke sini? Katanya rumah dia deket balai desa." jawab Arbi.
Fadil mengangguk. "Iya Mas tau, nanti sore saya anterin ke rumahmya kalo udah jam pulang sekolah." jawab pemuda itu.
Arbi tersenyum dan mengangguk. "Yaudah kalo gitu.."
"Kalo gitu saya ke belakang lagi Mas, masih ada pesenan sablonan yang belum selesai." kata Fadil.
"Iya Dil." sahut Arbi. Pemuda itu melanjutkan kegiatannya mencentak undangan. Arbi menyandarkan kepalanya, melihat keadaan percetakannya yang terlihat semakin baik.
Beberapa waktu lalu Arbi sempat merenovasi percetakan itu, membenarkan atapnya yang berlubang dan juga mengecat ulang semua temboknya. Beberapa alat yang sudah usang juga dia ganti dengan yang baru. Arbi benar-benar ingin percetakan itu semakin maju.
Bahkan pemuda itu juga membeli mesin foto copy dan printer baru. Membeli alat press dan juga menambah perlengkapan ATK di sana.
Arbi menghela nafas. Pria itu kemudian berdiri. "Ko, lanjutin cetak undangannya. Saya mau beli persediaan kertas sama yang lain dulu." kata pemuda itu memanggil Eko.
Eko mendekat dan mengangguk. "Iya Mas.."
Arbi kemudian keluar dari percetakan itu. Dia menuju ke parkiran dan memilih untuk memakai motor roda tiga Viar yang terparkir di sana karena nantinya akan lebih mudah membawa barang-barang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Yang Itu | END
RomanceArbi si mas-mas baik nan bersahaja yang tiba-tiba saja diminta untuk menikahi Khalisya si kembang desa yang tiba-tiba mengaku dihamili olehnya. Ngobrol saja jarang bagaimana bisa hamil? "Mas yang itu yang hamilin aku.." -- Khalisya. Kisah keseharian...