30. Double Ronde

2.8K 137 8
                                    

Vote dan komen jangan lupa guys!

Makasih :)

.

.

"Tangan lo udah sembuh Bi?" tanya Dika melihat Arbi yang sedang mengangkat satu dus berisi buku tulis ke dalam ruko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tangan lo udah sembuh Bi?" tanya Dika melihat Arbi yang sedang mengangkat satu dus berisi buku tulis ke dalam ruko.

Arbi menoleh dan mengangguk. "Udah Dik." jawabnya.

"Alhamdulillah kalo gitu. Mantep kan hasil pijetannya Mbah Diman?  Cepet sembuhnya tangan lo haha.." kata Dika sambil tertawa dan duduk di  atas kursi depan etalase.

Arbi bergidik ngeri mengingat betapa sakitnya pijatan Mbah Dima. "Gak lagi-lagi tapi gue Dik. Gak kuat, sakit banget." kata pemuda itu.

Dika masih tertawa, pemuda itu mengeluarkan beberapa kertas dari dalam tas yang dia bawa. "Tolong fotocopyin Bi. 24 lembar, bolak balik ya.."

Arbi berdiri dan mengambil kertas yang Dika keluarkan. "Fotocopy di sekolahan gak bisa lagi?" tanya pemuda itu

Dika menggeleng. "Bisa, tapi antri tadi. Males banget gue, jadi gue mending ke sini aja. Deket ini.." jawab pemuda itu.

Sejak minggu lalu Dika memang sudah bekerja di sekoalh SD yang tak jauh dari ruko baru Arbi. Sekolah itu adalah sekolah elite, bangunannya sangat besar, Arbi sebenarnya agak heran karena banyak guru yang sering datang ke rukonya dengan alasan mesin fotocopy rusak ata antri. Itu kan sekolah besar tapi untuk alat seperti mesin copy atau printer masih kurang sampai guru sering keluar untuk mencetak atau memfoto copy tugas.

"Tumben Sya gak ikut ke sini? Kemana dia?" tanya Dika melihat ke dalam ruko Arbi, biasanya ada Sya di sana.

"Ada di rumah sama Mama tadi. Bikin kue-kuean gitu. Katanya mau di bawa ke tetangga, ada yang arisan terus mesen ke Sya." jawab Arbi.

Dika mengangguk-angguk mengerti. "Kayaknya Sya cocok bikin bisnis kue-kuean deh Bi. Maksud gue tuh kayak misal ada yang mau mesen bisa gitu chat dia. Kan lumayan tuh, lagian dia suka bikin-bikin kue kan.." kata pemuda itu.

Arbi mengangguk. "Ide bagus sih, nanti gue bilang ke dia deh. Kalo emang dia mau sih ya gak masalah. Gue dukung aja sih.." kata pemuda itu.

"Iya Bi, gue sih percaya kalo lo bakal dukung apapun yang dia lakuin.." kata Dika sambil tertawa.

"Mas Arbiiiiiiii~" segerombolan anak SMA tiba-tiba datang dan masuk ke dalam ruko.

Arbi tersenyum pada mereka semua. "Eh udah pada dateng nih, langsung naik aja. Udah siap kok tempatnya, sesuai request kalian. Kalo misal ada yang gak cocok atau gak sesuai bisa minta ganti ke Bang Deva atau Bang Rama ya. Mereka di atas kok.." kata pemuda itu.

"Oke Mas, duitnya udah aku transfer ya. Nanti kalo misal udah selesai diedit foto-fotonya tolong masukin ke flashdisk ini ya. Seminggu lagi kira-kira udah selesai diedit apa belum ya?" tanya seorang gadis berkacamata.

Mas Yang Itu | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang