Vote dan komen jangan lupa guys!
Makasih :)
..
Sya menatap Arbi yang sedang duduk termenung di kursi balkon. Sejak pertemuan mereka dengan ketiga teman Arbi kemarin pemuda itu tiba-tiba saja menjadi diam. Sejak pagi Arbi tidak banyak bicara, sampai malam pun pemuda itu terlihat gelisah. Bahkan setelah sholat isya Arbi sudah duduk termenung di balkon. Sya jadi bingung sendiri harus bagaimana.
"Ya Allah, Mas Arbi kenapa sih?" gumamnya.
Gadis itu berdecak pelan dan mengambil cardigannya, setelahnya dia keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Sya menuju ke dapur dan membuka kulkas untuk mencari sesuatu.
"Sya, lagi apa malem-malem gini? Belum tidur?"
Sya menoleh ke belakang, sudah ada Bunda yang berdiri di belakangnya. "Eh Bunda, aku mau bikin teh Bun. Bunda ada daun mint gak ya? Aku mau bikin teh peppermint, Mas Arbi keliatan gelisah gitu jadi aku mau bikinin teh peppermint buat dia biar pikirannya lebih tenang.." jawab gadis itu.
Bunda mengerutkan keningnya. "Arbi gelisah? Kenapa dia?"
Sya menggeleng pelan. "Aku gatau Bun, tapi sejak ketemu sama temen-temennya di mall kemarin dia jadi keliatan banyak pikiran gitu."
Bunda mengerutkan keningnya. "Temen-temennya? Siapa Sya?" tanyanya.
Sya menghela nafas dan menutup kulkas. Gadis itu menuju ke kursi dan duduk di sana di susul oleh Bunda. "Seinget aku nama mereka Samuel, Erwin sama satunya Naomi. Pas aku sama Mas Arbi di mall tiba-tiba mereka manggil, mereka nanya Mas Arbi selama ini kemana aja.."
"Ya Allah.." Bunda memijat keningnya pelan. Ternyata mereka. Kenapa Sya harus bertemu dengan mereka.
Sya menatap Bunda. "Bunda kenapa?"
Bunda menghela nafas dan menatap Sya. "Mereka temen-temen Arbi, mereka bawa pengaruh buruk ke Arbi, Sya. Kamu pasti udah tau kalo Arbi punya tato kan?"
Sya mengangguk.
Bunda memejamkan mata sebentar. "Arbi bikin tato gara-gara mereka, dia terpengaruh sama mereka. Arbi tuh dulu agak susah di bilangin. Dia lumayan nakal, biarpun gak yang sampe make narkoba, mabok atau main perempuan tapi dulu dia hampir kejebak sama hal-hal maksiat, dia mulai jauh dari Allah, dia sering pergi ke club atau sebagainya, dia hampir kebawa arus negatif lah. Pas bunda tau dia kayak gitu, bunda marahin dia, bunda bener-bener kecewa, bunda nangis banget waktu itu Sya. Saking kecewanya bunda, saking sakit hatinya bunda liat dia kayak gitu.."
Bunda menghela nafas sejenak.
"Dan setelah kejadian bunda nangis marahin dia, Arbi mulai berubah, dia mulai ngejauhin temen-temennya pelan-pelan. Dia mulai deketin diri ke Allah, dia mulai rajin lagi sholatnya, dan pas di momen itu kita dapet kabar kalo Nenek sakit. Arbi langsung bilang ke bunda dia mau jagain Nenek, dia mau tinggal di desa. Bunda sama Ayah dukung keputusannya, kita berdua di sini selalu berdoa semoga di desa Arbi nemeuin kedamaian, dia makin deket sama Allah. Dan ya alhamdulillah semua terkabul, biarpun Nenek udah nggak ada tapi dia bilang udah nyaman di desa dan mau menetap, dia udah nemuin kedamaian di sana.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Yang Itu | END
RomanceArbi si mas-mas baik nan bersahaja yang tiba-tiba saja diminta untuk menikahi Khalisya si kembang desa yang tiba-tiba mengaku dihamili olehnya. Ngobrol saja jarang bagaimana bisa hamil? "Mas yang itu yang hamilin aku.." -- Khalisya. Kisah keseharian...